Ambon (ANTARA) - Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku menggagas Pusat Unggulan Kepulauan untuk mendukung pemerintah dalam mengkaji potensi kemaritiman di daerah itu.
"Kita menggagas Pusat Unggulan Kepulauan yang akan meneliti dan mengembangkan penelitian mengarah pada penguatan kemaritiman sekaligus menjadi Archipelagic Centre of Excellence (ACE)," kata Rektor Unpatti Prof Freddy Leiwakabessy di Ambon, Selasa.
Arcipelagic Centre of Excellence (ACE) merupakan lembaga unggulan yang berfokus pada pengembangan dan penguatan kapasitas negara-negara kepulauan dalam mengelola dan melestarikan sumber daya laut dan pesisir.
Dengan visi menjadi pusat keunggulan dalam pengembangan kapasitas, penelitian, dan pengembangan inovasi, ACE bertujuan mendukung pengelolaan sumber daya laut dan pesisir yang berkelanjutan dan berbasis ekosistem.
ACE merupakan wadah yang strategis untuk mengembangkan kapasitas negara atau wilayah kepulauan dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ada di bidang pengelolaan sumber daya laut dan pesisir.
Baca juga: Luki, si pengembala sapi itu sebentar lagi diwisuda di Unpatti
Melalui penelitian, pengembangan inovasi, dan kerja sama internasional, ACE berupaya meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya laut dan pesisir.
Dengan demikian, ACE menjadi pusat keunggulan yang dapat mendukung pengembangan dan penguatan kapasitas negara-negara kepulauan dalam mengelola dan melestarikan sumber daya laut dan pesisir.
"Prinsipnya Unpatti siap mendukung pemikiran dan kebijakan pemerintah daerah dan pusat dalam rangka pengembangan sumber daya manusia," katanya.
Ia melanjutkan pengembangan paradigma transformasi dari pendidikan tinggi saat ini mengarah pada penguatan perguruan tinggi, sains dan teknologi serta pengembangan penelitian yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Universitas Pattimura wisuda 2.577 sarjana
Sementara itu Guru Besar bidang Perikanan dan Kelautan Universitas Pattimura Prof Yoise Lopulalan mengemukakan penerapan perikanan modern berperan penting dalam meningkatkan ekonomi serta menguatkan potensi kemaritiman di daerah itu.
"Perikanan modern menghadirkan teknologi canggih, armada penangkapan besar dengan alat tangkap yang efektif,” kata Prof Yoise.
Hal itu, kata dia dipengaruhi oleh pengembangan SDM nelayan di daerah. Menurutnya jika melihat kondisi nelayan di Indonesia saat ini berada pada fase sangat memprihatinkan.
"Mereka masih terjerat oleh kemiskinan, baik kemiskinan kultural maupun struktural. Mereka juga terbelenggu oleh kemiskinan ekonomi, informasi, permodalan, pendidikan, kesehatan, bahkan politik," kata dia.
Baca juga: Akademisi Unpatti kembangkan varietas pisang tongka langit jadi bernilai ekonomis
Untuk mengetahui tingkat pendapatan nelayan, bisa dilakukan dengan melihat proporsi produksi ikan dengan jumlah nelayan per hari.
Ia mengemukakan Indonesia memiliki potensi lestari sebesar 6,26 juta ton per tahun, namun produksi nelayan Indonesia per harinya hanya mencapai 5,5 kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Rusia 140 kilogram/nelayan/hari, Jepang 70 kilogram/nelayan/hari), dan Amerika Serikat 100 kilogram/nelayan/hari).
Oleh sebab itu kehadiran ACE penting sebagai wadah koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah dan akademisi dalam memajukan potensi kemaritiman Maluku.