Bogor (Antara Megapolitan) - Enam peneliti dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Ani Mardiastuti, Yeni A. Mulyani, Mirza D. Kusrini, Dones Rinaldi, Lin N. Ginoga dan Agus P. Kartono melakukan riset terkait persistensi satwaliar pada kantong hutan di dataran rendah Kabupaten Bogor.
Persistensi adalah bisa diartikan bandel, selalu ada walau kondisi lingkungan terbatas atau banyak diganggu manusia, contohnya ada beberapa jenis burung, katak, kupu-kupu, reptil yang masih bisa hidup walau hutannya sempit dan sering terganggu oleh manusia, tetapi ada juga yang tidak tahan dengan kondisi seperti ini.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa spesies satwa (mamalia besar, kelelawar, burung, reptil, amfibi, kupu-kupu) yang masih persisten di kantong hutan di Jawa Barat.
Peneliti ini memilih Hutan Dramaga (daerah urban) dan Hutan Haurbentes (rural) yang memiliki luas setara dan karakteristik serupa sebagai tempat pengamatannya.
Tim ini melakukan pengamatan selama 4 bulan musim penghujan (dua kali pengamatan).
Standar survey untuk masing-masing taksa dilakukan untuk mengetahui spesies persisten.
Dari hasil pengamatannya peneliti tersebut mengungkapkan bahwa Kantong hutan masih dapat menjadi habitat bagi beragam spesies satwa, dengan indeks keanekaragaman (H‟) yang cukup tinggi (kisaran H‟ untuk berbagai taksa: Hutan Dramaga 1.71-3.29; Hutan Haurbentes 1.53-3.50).
Hutan Haurbentes dihuni oleh lebih banyak spesies persisten dibandingkan dengan Hutan Dramaga.
Di hutan Dramaga terdapat 28 spesies burung, 4 kelelawar, 8 amfibi, 12 reptil, 47 kupu-kupu.
Sementara pada Hutan Haurbentes terdapat setidaknya 30 spesies burung, 11 kelelawar, 12 amfibi, 16 reptil dan 56 kupu-kupu.
Luas areal ternyata tidak mempengaruhi jumlah spesies persisten.
Faktor yang lebih berpengaruh terhadap persistensi spesies adalah karakteristik lokasi (kategori urban atau rural, lanskap di sekitarnya, serta gangguan antropogenik).
“Beberapa jenis satwaliar dari taksa burung, mamalia, herpetofauna (reptil dan amfibi) dan kupu-kupu masih dapat ditemukan (persisten) di kantong-kantong hutan di Jawa Barat. Padahal kantong hutan tersebut mengalami berbagai gangguan dari manusia yang menghuni di sekitar kantong hutan,†ujar Ani.
Spesies burung yang persisten khususnya adalah burung berukuran kecil yang mengandalkan pakan serangga, buah dan bunga-bungaan.
Spesies yang tidak dapat bertahan adalah spesies burung berukuran besar, yang memerlukan daerah jelajah luas, burung pemangsa dan burung yang hanya dapat berada pada daerah interior.
Spesies burung yang melimpah yaitu Orthotomus sepium, Passer mountanus, dan Halcyon chloris.
“Untuk mamalia, kami menemukan spesies yang persisten adalah mamalia kecil (kelelawar). Kelalawar yang melimpah yaitu Cynopterus minotus dan Cynoterus ithaecheilus. Pada reptil, spesies yang persisten adalah kelompok kadal berukuran kecil, tokek, cicak dan ular berukuran kecil. Spesies reptil yang melimpah yaitu Cyrtodactylus fumosus, Branchocela jubata dan Cyrtodactylus moratus.
Untuk amphibi, spesies yang persisten adalah kelompok katak yang berasosiasi dengan air, dan kodok; sementara katak serasah dan katak pohon jarang ditemukan. Spesies amphibi yang melimpah yaitu Ingerophryrus dan Duttaphryrus melanoostictus. Untuk kupu-kupu, kelompok spesies yang dapat bertahan di kantong hutan adalah kupu berwarna cerah. Spesies kupu-kupu yang melimpah yaitu Faunis caners dan Leptosia nina,†terangnya.
Peneliti IPB Kaji Persistensi Satwaliar Pada Kantong Hutan di Dataran Rendah Kabupaten Bogor
Senin, 6 November 2017 21:34 WIB
Tim ini melakukan pengamatan selama 4 bulan musim penghujan (dua kali pengamatan).