Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial Saifullah Yusuf dan Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono memotivasi keluarga penerima manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) menuju graduasi mandiri pada acara PKH Jateng Fest 2024 di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
Dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Selasa, Mensos dan Wamensos menekankan pentingnya kolaborasi untuk menghapus kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah dan Indonesia secara keseluruhan.
Dalam sambutannya, Mensos menegaskan bahwa penghapusan kemiskinan ekstrem adalah salah satu prioritas utama pemerintah.
“Kami tidak hanya bekerja untuk memastikan bantuan sosial tersalurkan dengan baik, tetapi juga mempersiapkan KPM agar dapat hidup mandiri dan keluar dari lingkaran kemiskinan ekstrem. Kegiatan seperti PKH Jateng Fest ini adalah salah satu cara kami memperlihatkan hasil nyata dari upaya pemberdayaan masyarakat,” kata Mensos.
Ia menyebutkan, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan persentase penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 9,03 persen, menurun 0,33 persen poin terhadap Maret 2023 dan menurun 0,54 persen poin terhadap September 2022.
Baca juga: Kemensos bantu Rp1,8 miliar tangani banjir Sulsel
Berangkat dari data itu, Mensos menilai PKH bersama dengan inisiatif pemberdayaan lainnya seperti bantuan modal usaha, pelatihan keterampilan, dan dukungan layanan dasar, dirancang untuk memutus mata rantai kemiskinan yang selama ini membelenggu masyarakat pra sejahtera.
Pada kesempatan yang sama, Wamensos Agus Jabo Priyono menjelaskan bahwa penghapusan kemiskinan ekstrem membutuhkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai sektor.
“Bantuan sosial seperti PKH adalah langkah awal. Selanjutnya, kita harus memastikan akses pendidikan, kesehatan, dan peluang kerja bagi masyarakat miskin. Tanpa kolaborasi yang solid, penghapusan kemiskinan ekstrem hanya akan menjadi wacana,” ujar Wamensos.
Dalam PKH Jateng Fest, sejumlah inisiatif konkret diperlihatkan sebagai bagian dari upaya penghapusan kemiskinan ekstrem. Salah satunya adalah pameran hasil usaha KPM yang telah berhasil graduasi mandiri, seperti Iftriah, seorang KPM dari Kabupaten Rembang yang kini mengembangkan usaha pakan ternak.
Baca juga: Mensos buka HKSN 2024 dengan kerja bakti sosial se-Indonesia
Keberhasilan Iftriah menunjukkan bahwa dengan pendampingan yang tepat, KPM tidak hanya dapat mandiri tetapi juga berkontribusi pada penguatan ekonomi lokal.
Meski keberhasilan program seperti PKH terlihat nyata, Gus Ipul mengakui bahwa tantangan dalam menghapus kemiskinan ekstrem masih besar.
“Kemiskinan ekstrem bukan hanya soal kurangnya penghasilan, tetapi juga kurangnya akses ke layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat,” katanya.
Ia menambahkan salah satu tantangan terbesar adalah membangun kesadaran dan semangat di kalangan KPM untuk mengubah pola pikir dan memberdayakan diri mereka.
“Kita tidak hanya memberikan bantuan, tetapi juga harus mengubah mindset bahwa mereka mampu bangkit. Pendamping PKH memiliki peran besar dalam hal ini, dan saya mengapresiasi kerja keras mereka di lapangan,” imbuhnya.
Baca juga: Berikut tips Mensos Saifullah Yusuf hadapi cuaca ekstrem
Sebagai bagian dari strategi besar penghapusan kemiskinan ekstrem, Kementerian Sosial akan terus meningkatkan jangkauan dan kualitas program pemberdayaan masyarakat. Selain PKH, program-program seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), bantuan rumah layak huni, dan pelatihan keterampilan akan diintegrasikan untuk memberikan dampak yang lebih signifikan.
Ia berharap, keberhasilan PKH di Jawa Tengah, khususnya dalam mendorong graduasi mandiri, dapat menjadi model nasional untuk penghapusan kemiskinan ekstrem.
“Kami ingin langkah graduasi seperti ini menjadi contoh bahwa dengan kerja sama yang baik antara semua pihak, kemiskinan ekstrem bisa dihapuskan. Mari kita wujudkan bersama Indonesia yang lebih sejahtera,” kata Mensos.