Depok (ANTARA) - Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Indonesia (UI) membahas tantangan masyarakat Indonesia yang multikultur yang saat ini tengah menghadapi tantangan berat terhadap degradasi norma dan nilai budaya.
Ketua DGB UI, Prof Harkristuti Harkrisnowo di Kampus UI Depok, Jumat, mengatakan bahwa fenomena degradasi moral terkait dengan globalisasi dan modernisasi yang diterima tanpa filtrasi. Kondisi diperparah dengan adanya krisis keteladanan.
“Kita membutuhkan figur pemimpin yang patuh terhadap etika. Ketidakpatuhan pemimpin terhadap etika akan menjadi pembenaran bagi masyarakat untuk melakukan pelanggaran, seperti diskriminasi terhadap kelompok tertentu," katanya.
Baca juga: DGB UI kaji implementasi ekosistem darat dalam pembangunan IKN
"Jika situasi ini dibiarkan, negara akan mengalami berbagai masalah, karena kurangnya penghargaan terhadap nilai, etika, dan moral,” kata Prof Harkristuti.
Kepatuhan pada aturan sebagaimana yang tercantum dalam 9 Nilai UI merupakan syarat utama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan di masyarakat yang multikultural.
Kepatuhan terhadap aturan dapat dimaknai sebagai bentuk persamaan hak dan kewajiban di antara suku bangsa yang berbeda di Indonesia.
Plt Sekretaris Jenderal, Kementerian Kebudayaan, Bambang Wibawarta menilai bahwa pergeseran budaya yang terjadi di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh fenomena globalisasi, melainkan juga karena masyarakat Indonesia membiarkan nilai budaya luntur seiring berjalannya waktu.
"Konsekuensi logis dari penurunan nilai budaya akan menyebabkan keretakan hubungan di antara masyarakat yang multikultural," katanya.
Baca juga: Dewan Guru Besar UI desak DPR hentikan revisi UU Pilkada
Penurunan nilai budaya dalam masyarakat yang multikultural tidak dapat dihindarkan meski aturan penetrasi internet diterapkan untuk melawan pengaruh globalisasi.
Dekan Fakultas Psikologi UI Prof Dr Bagus Takwin mengatakan bahwa orientasi budaya mengacu pada cara individu dan masyarakat memandang, menafsirkan, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar. Orientasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sejarah, agama, nilai, norma sosial, dan lokasi geografis.
Nilai dan perspektif budaya yang ada di dalamnya dapat memengaruhi cara orang berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain. “Orientasi budaya berperan dalam membentuk kepribadian. Kepribadian ini kemudian dapat memengaruhi tingkah laku orang," ujarnya.
Baca juga: DGB UI: Pemanfaatan Artificial Intelligence perlu dilakukan edukasi yang benar
Dari orientasi budaya ke kepribadian, ada beberapa proses yang dilalui, seperti akulturasi, sosialisasi dan pemaknaan atau self-construal.
Pada tahap inilah seorang individu dan masyarakat seharusnya memilah nilai-nilai yang masuk dalam dirinya, apakah sesuai dengan nilai dan norma yang ada di negara ini atau tidak.
"Jika tidak, misalnya saja budaya korupsi, tentu menjadi tugas kita untuk menghindari pengaruh tersebut, karena dapat mendatangkan keburukan bagi masyarakat luas,” ujar Prof Takwin.