Jakarta (ANTARA) - Pakar Lingkungan Hidup Indonesia Emil Salim mengingatkan risiko migrasi biota laut skala besar akibat meningkatnya suhu air laut menjadi ancaman serius bagi semua bangsa, khususnya negara kepulauan di khatulistiwa.
“Ini tantangan yang harus disikapi dan direspons untuk resiliensi berkelanjutan. Kerja sama berbagai pihak, misalnya antarnegara ASEAN dan global menjadi keharusan,” kata dia kepada para delegasi negara Asia, Pasifik dan Eropa, dalam acara Asia Disaster Management and Civil Protection Expo, Conference (ADEXCO) dan Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Emil yang juga mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia ini menjelaskan, suhu air laut global meningkat mencapai pada level tertingginya saat ini yang faktor utamanya disokong oleh perubahan iklim.
Berdasarkan data hasil penelitian Observasi Bumi C3S (Uni Eropa) mencatat suhu air laut mencapai rekor tertingginya dari 20,96 derajat Celcius pada 2023 menjadi 21,06 derajat Celcius pada Februari 2024.
Baca juga: Pakar IPB ingatkan potensi kepunahan hewan penyerbuk tanaman di Indonesia
Menurut dia, dengan air laut yang sudah lebih panas maka biodiversitas khususnya berbagai jenis ikan yang hidup di dalamnya juga akan bermigrasi ke perairan yang bersuhu lebih dingin.