Palestina (Antara Megapolitan) - Ribuan orang Palestina berdemonstrasi di Tepi Barat Sungai Jordan, Kamis, untuk menentang keinginan Presiden terpilih AS Donald Trump memindahkan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem.
Para demonstran turun ke jalan-jalan di Ramallah, Nablus dan Al-Khalil (Hebron), sebagai reaksi atas seruan dari faksi Islam dan nasional.
Mereka mengibarkan bendera Palestina dan slogan di bundaran umum serta jalan utama guna menentang langkah yang dilakukan Trump, dan mengatakan, "Tak ada pemindahan Kedutaan Besar AS ke Jerusalem", "Jerusalem adalah kunci bagi perang dan perdamaian", "Pemindahan kedutaan besar dipandang sebagai dihentikannya proses perdamaian Israel-Palestina", dan slogan lain yang menyatakan "Stop" dalam Bahasa Inggris.
Anggota Komite Sentral Faksi Fatah Mahmoud Al-Aloul mengatakan, protes itu adalah pesan dari rakyat Palestina, yang menentang setiap tindakan Amerika untuk memindahkan Kedutaan Besarnya ke Jerusalem.
Ia menegaskan bahwa Jerusalem Timur adalah kota yang diduduki berdasarkan hukum internasional dan semua resolusi sah internasional, dan setiap tindakan Amerika untuk memanipulasinya ditolah oleh rakyat Palestina dan tak bisa diterima.
Al-Aloul mendesak negara Arab dan Islam agar memikul tanggung jawab dalam menentang masalah itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.
Ia memperingatkan "agar tidak ada yang "membunuh semua kesepakatan dan merusak setiap harapan untuk mendirikan Negara Palestina berdasarkan penyelesaian dua-negara dan mengukuhkan pendudukan Israel".
Demonstrasi tersebut digelar sehari sebelum pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Ke-45 Amerika Serikat.
Trump dan para pembantunya menyampaikan dukungan buat permukiman Yahudi dan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem, terutama selama kampanye pemilihan umum.
Sebagai reaksi, rakyat Palestina melancarkan aksi diplomatik untuk menentang tindakan semacam itu. Presiden Palestina pada Rabu mengatakan pemindahan Kedutaan Besar AS akan merusak proses perdamaian dengan Israel --yang memang sudah macet.
Para pejabat Palestina memperingatkan bahwa jika tindakan semacam itu dilakukan, mereka akan mempertimbangkan kembali pengakuan buat Negsara Israel.
Rakyat Palestina ingin Jerusalem Timur, yang direbut dan diduduki oleh Israel pada 1967, sebagai ibu kota negara masa depan merekam, sedangkan Israel menyatakan seluruh Jerusalem adalah "ibu kota abadi Negara Yahudi".