Kota Bogor (ANTARA) - Institut Pertanian Bogor (IPB) University menghadirkan inovasi Rumah Sawit untuk meningkatkan kehidupan sosial petani dan masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit, khususnya perempuan dan anak dengan memberikan advokasi, pendidikan dan pelatihan bagi mereka.
Ketua tim peneliti Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) LPPM-IPB Dr Anna Fatchiya saat dikonfirmasi di Kota Bogor, Senin, mengatakan inovasi kelembagaan itu diharapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat di sekitar perkebunan sawit, khususnya dalam proses pemberdayaan masyarakat serta pemenuhan hak perempuan dan anak.
“Rumah Sawit merupakan tempat layanan terpadu bagi masyarakat sebagai media advokasi, pelatihan, pendidikan, dan kesehatan perempuan dan anak," ujarnya.
Anna menerangkan latar belakang riset aksi sosial ini dilakukan karena adanya isu bahwa pembangunan di sektor perkebunan sawit telah meninggalkan kelompok perempuan dan anak yaitu dengan tidak terpenuhinya hak-hak mereka di sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi atau pekerjaan.
Baca juga: Tani Nelayan Center IPB selenggarakan kegiatan kenduri tani
Padahal, di satu sisi perempuan punya peran penting sebagai pintu masuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs).
Tim peneliti PKGA IPB University terdiri dari Dr Anna Fatchiya; Ir Fredian Tonny Nasdian, MS; Ir Julio Adosantoso, MS; Mahmudi Siwi, SP, MSi; Asri Sulistiawati, SKPm, MSi; dan Kunandar Prasetyo, SP MSi. Penelitian ini dilakukan dengan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Dr Anna menyebutkan Rumah Sawit sebagai pusat layanan terpadu telah dilaksanakan di Desa Sidorejo Lampung, Desa Timbang Lawan Sumatera Utara, dan Desa Belawan Mulia Kalimantan Tengah.
Penerapan model Rumah Sawit di tiga tempat tersebut terbukti memberikan dampak positif. Ia menyimpulkan bahwa model ini tentunya dapat dikembangkan di desa-desa lain.
Baca juga: Alumni Fakultas Pertanian IPB kolaboasi majukan pertanian Indonesia
Kegiatan warga desa pascariset bahkan terus berkembang. Terbukti dari bertambahnya aktivitas, yaitu kegiatan bakti sosial, arisan, dan simpan pinjam.
Sampai Maret 2023, nilai dana simpan pinjam mencapai Rp16,8 juta dan dana tabungan Rp7,5 juta. Selain itu, muncul inisiasi dana sosial yang dikumpulkan secara sukarela setiap kali pertemuan.
Minat perempuan untuk menjadi anggota kelompok juga meningkat pesat, sehingga direncanakan penambahan jumlah kelompok.
Dr Anna juga menyampaikan selain inovasi kelembagaan, inovasi itu juga tersedia dalam bentuk aplikasi yaitu Rumah Sawit App. Perangkat ini dapat digunakan oleh masyarakat luas berupa layanan informasi dan konsultasi.
Aplikasi ini berisi berita dan informasi terkini tentang sawit di Indonesia, layanan konsultasi pakar IPB University dan pelayanan lapor kejadian kekerasan dan pelanggaran hak pada perempuan dan anak.
Baca juga: Botani BRI Work IPB siapkan edukasi hingga pendanaan petani
Fitur pelaporan kekerasan pada anak dan perempuan juga dapat digunakan oleh khalayak umum di luar perkebunan sawit. Fitur ini bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) setempat.
“Aplikasi Rumah sawit dikembangkan berbasis web dan android. Ini agar aplikasi bisa diakses dengan smartphone oleh masyarakat banyak,” kata dia.
Aplikasi Rumah Sawit juga dapat dimanfaatkan untuk kalangan di luar perkebunan kelapa sawit. Misalnya, untuk konsultasi pertanian pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan dan kehutanan dari para pakar IPB University.*