Milenial dan pertanian masa depan
Sabtu, 27 Mei 2023 12:10 WIB
Bondowoso (ANTARA) - Usaha yang agaknya tetap kokoh tak terganggu oleh perkembangan teknologi pada masa depan adalah pertanian. Jenis usaha ini tetap membutuhkan pelaku yang sama, yakni petani, dan kehadiran teknologi canggih justru menguntungkan petani, seperti traktor atau mesin pemanen padi dan lainnya.
Pertanian adalah bidang yang relatif lebih aman dari guncangan teknologi, juga karena produknya selalu dibutuhkan oleh manusia di seluruh belahan dunia. Pangan menjadi peluang sekaligus ancaman bagi masa depan. Menjadi ancaman jika suatu kawasan atau negara tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi warganya. Menjadi peluang karena semua orang membutuhkan bahan makanan yang dihasilkan oleh kerja para petani. Karena itulah maka pertanian dapat digolongkan sebagai usaha yang tetap dibutuhkan sampai kapanpun.
Dengan gambaran itu, maka sesungguhnya pertanian memiliki masa depan yang lebih jelas dan pasti.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa pada tahun 2020 jumlah petani muda (20-39 tahun) sekitar 2,7 juta orang.
Jumlah tersebut hanya sekitar 8 persen dari total petani sebanyak 33,4 juta orang. Angka ini menunjukkan profesi petani sangat didominasi angkatan kerja tua.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian meluncurkan program yang mendorong kaum muda untuk menekuni pertanian, yakni program "Youth Enterpreneurship and Employment Support Services" (YESS). Program ini dirancang untuk mengubah persepsi kaum muda atas sektor pertanian menjadi lebih baik.
Lewat program ini Pemerintah ingin menggugah kesadaran kaum muda bahwa sawah atau ladang itu menjanjikan masa depan cerah jika dikelola dengan manajemen modern dan mental usaha yang kuat serta penuh inovasi dari petaninya.
Pertanian dan milenial adalah dua entitas yang sesungguhnya saling membutuhkan. Pertanian membutuhkan hadirnya kaum muda agar pengelolaannya tersentuh kreativitas dan inovasi, sementara kaum milenial membutuhkan pertanian sebagai penopang kehidupan masa depan yang lebih pasti.
Kementerian Pertanian tak henti-hentinya memotivasi petani milenial untuk membangun sektor pertanian secara masif dan berkelanjutan. Dengan demikian, petani muda atau milenial akan menjadi pilar utama pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan modern.
Selain adaptif terhadap perkembangan teknologi modern, kaum milenial petani juga harus mau berubah dari dalam atau jiwa. Kalau petani terdahulu hanya mengandalkan jiwa menanam, yang pengetahuannya pun tidak pernah berubah dari leluhur mereka, sedangkan petani masa depan harus memiliki kemampuan lebih dari sekedar bercocok tanam.
Jiwa wirausaha, yang mempersyaratkan kreativitas, harus mulai dipelajari oleh petani muda agar mereka tangguh dan pekerjaan yang bergulat dengan tanah itu memiliki gengsi tinggi pada masa depan. Selama ini pekerjaan petani dianggap tidak bergengsi sehingga kaum muda yang lahir dari rahim petani berbondong-bondong meninggalkan pekerjaan di sawah atau ladang itu. Mereka mengejar profesi modern yang pada masa depan sesungguhnya penuh ketidakpastian dan rentan terhadap guncangan perubahan zaman.
Meskipun demikian, kesadaran bahwa pertanian memiliki masa depan cerah sudah terlihat mulai menjangkiti jiwa beberapa kaum muda, lewat kerja-kerja Pemerintah di berbagai tingkatan.
Program yang digulirkan oleh Pemerintah untuk mendorong kaum muda terjun ke sawah, tentunya tidak boleh berjalan sendirian. Kerja Pemerintah membutuhkan kolaborasi berbagai pihak untuk menggugah anak muda mau bekerja "kotor" di sawah.
Ayo, kaum muda, turun ke sawah. Songsong masa depan yang lebih menjanjikan dari sawah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kaum milenial dan pertanian masa depan
Pertanian adalah bidang yang relatif lebih aman dari guncangan teknologi, juga karena produknya selalu dibutuhkan oleh manusia di seluruh belahan dunia. Pangan menjadi peluang sekaligus ancaman bagi masa depan. Menjadi ancaman jika suatu kawasan atau negara tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi warganya. Menjadi peluang karena semua orang membutuhkan bahan makanan yang dihasilkan oleh kerja para petani. Karena itulah maka pertanian dapat digolongkan sebagai usaha yang tetap dibutuhkan sampai kapanpun.
Dengan gambaran itu, maka sesungguhnya pertanian memiliki masa depan yang lebih jelas dan pasti.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa pada tahun 2020 jumlah petani muda (20-39 tahun) sekitar 2,7 juta orang.
Jumlah tersebut hanya sekitar 8 persen dari total petani sebanyak 33,4 juta orang. Angka ini menunjukkan profesi petani sangat didominasi angkatan kerja tua.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian meluncurkan program yang mendorong kaum muda untuk menekuni pertanian, yakni program "Youth Enterpreneurship and Employment Support Services" (YESS). Program ini dirancang untuk mengubah persepsi kaum muda atas sektor pertanian menjadi lebih baik.
Lewat program ini Pemerintah ingin menggugah kesadaran kaum muda bahwa sawah atau ladang itu menjanjikan masa depan cerah jika dikelola dengan manajemen modern dan mental usaha yang kuat serta penuh inovasi dari petaninya.
Pertanian dan milenial adalah dua entitas yang sesungguhnya saling membutuhkan. Pertanian membutuhkan hadirnya kaum muda agar pengelolaannya tersentuh kreativitas dan inovasi, sementara kaum milenial membutuhkan pertanian sebagai penopang kehidupan masa depan yang lebih pasti.
Kementerian Pertanian tak henti-hentinya memotivasi petani milenial untuk membangun sektor pertanian secara masif dan berkelanjutan. Dengan demikian, petani muda atau milenial akan menjadi pilar utama pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan modern.
Selain adaptif terhadap perkembangan teknologi modern, kaum milenial petani juga harus mau berubah dari dalam atau jiwa. Kalau petani terdahulu hanya mengandalkan jiwa menanam, yang pengetahuannya pun tidak pernah berubah dari leluhur mereka, sedangkan petani masa depan harus memiliki kemampuan lebih dari sekedar bercocok tanam.
Jiwa wirausaha, yang mempersyaratkan kreativitas, harus mulai dipelajari oleh petani muda agar mereka tangguh dan pekerjaan yang bergulat dengan tanah itu memiliki gengsi tinggi pada masa depan. Selama ini pekerjaan petani dianggap tidak bergengsi sehingga kaum muda yang lahir dari rahim petani berbondong-bondong meninggalkan pekerjaan di sawah atau ladang itu. Mereka mengejar profesi modern yang pada masa depan sesungguhnya penuh ketidakpastian dan rentan terhadap guncangan perubahan zaman.
Meskipun demikian, kesadaran bahwa pertanian memiliki masa depan cerah sudah terlihat mulai menjangkiti jiwa beberapa kaum muda, lewat kerja-kerja Pemerintah di berbagai tingkatan.
Program yang digulirkan oleh Pemerintah untuk mendorong kaum muda terjun ke sawah, tentunya tidak boleh berjalan sendirian. Kerja Pemerintah membutuhkan kolaborasi berbagai pihak untuk menggugah anak muda mau bekerja "kotor" di sawah.
Ayo, kaum muda, turun ke sawah. Songsong masa depan yang lebih menjanjikan dari sawah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kaum milenial dan pertanian masa depan