New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), didukung oleh dolar AS yang lebih lemah dan larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia serta kemungkinan China melonggarkan beberapa pembatasan COVID di tengah bayang-banyak kenaikan suku bunga Fed.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terangkat 4,44 dolar AS atau 5,0 persen, menjadi menetap di 92,61 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari bertambah 3,9 dolar AS atau 4,1 persen, menjadi ditutup pada 98,57 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Untuk minggu ini, patokan minyak mentah AS naik 5,4 persen, sementara minyak mentah Brent naik 5,1 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, jatuh 1,81 persen menjadi 110,8770 pada akhir perdagangan Jumat (4/11/2022), mendorong harga minyak lebih tinggi. Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Pasar minyak juga mendapat dukungan dari ekspektasi pemulihan permintaan yang solid di China.
China berpegang teguh pada pembatasan COVID-19 yang ketat setelah kasus naik pada Kamis (3/11/2022) ke level tertinggi sejak Agustus, tetapi seorang mantan pejabat pengendalian penyakit China mengatakan perubahan substansial pada kebijakan COVID-19 negara itu akan segera dilakukan.
Minyak naik lima persen karena dolar AS tergelincir
Sabtu, 5 November 2022 6:09 WIB