Terik matahari di kawasan Giza pada 19 April pagi yang "membakar" kulit tak menyurutkan niat puluhan turis asing yang mengunjungi lokasi berdirinya tiga piramid dan Sphinx itu untuk memasuki perut Piramid Khufu.
Tampaknya rasa penasaran mereka terhadap apa yang sesungguhnya ada di dalam bangunan berusia ribuan tahun peninggalan peradaban Mesir kuno yang berada di dalam wilayah Kota Kairo itu mengalahkan panasnya sengatan matahari.
Rasa penasaran itu semakin ditambah oleh dorongan untuk ikut merasakan sensasi petualangan seru ala Indiana Jones yang kerap digambarkan film-film produksi Hollywood.
Dalam beberapa episodenya, film petualangan Indiana Jones itu mengangkat kisah tentang misteri mumi berikut harta kekayaan sang raja Mesir kuno yang tersembunyi di antara ruang-ruang dalam piramid maupun Lembah Para Raja.
Rasa penasaran dan keinginan untuk ikut merasakan sensasi petualangan Indiana Jones itu pula yang mendorong Antara mengikuti jejak puluhan turis asing yang telah berada di depan Piramid Khufu sejak pukul 10.00 waktu Kairo tersebut.
Untuk dapat merasakan sensasi petualangan Indiana Jones itu tidak gratis. Selain membayar tiket masuk ke lokasi wisata Giza senilai 80 Pound Mesir, setiap pengunjung diminta membeli tiket lain jika ingin merasakan sensasi tersebut.
Di seluruh Mesir, menurut Koordinator Humas Sektor Pariwisata Internasional Otorita Pariwisata Mesir (ETA) Asmaa Edress, terdapat 134 piramid.
Namun Piramid Khufu atau yang biasa juga disebut Piramid Cheops ini merupakan yang terbesar di antara tiga piramid yang ada di kawasan Giza dan, menurut Asmaa, memiliki kedudukan yang penting dalam sejarah peradaban Mesir.
Setelah memegang tiket masuk seharga 200 Pound Mesir ((US$1=8,83 Pound Mesir), setiap wisatawan yang hendak masuk tidak begitu saja bisa melakukannya.
Mereka harus berjalan kaki menelusuri tangga berbatu setinggi sekitar empat meter menelusuri susunan batu-batu Piramid Cheops itu hingga tiba di sebuah ruang terbuka yang tak begitu besar.
Ruang terbuka yang menjadi "pintu masuk" Piramid Khufu itu dijaga beberapa petugas. Mereka tidak hanya meminta setiap pengunjung menunjukkan tiket masuk tetapi juga memastikan mereka tidak membawa kamera.
"Tidak boleh bawa kamera," kata seorang perempuan berjilbab yang bertugas memeriksa barang bawaan setiap wisatawan sebelum mengizinkan mereka memasuki "pintu masuk" piramid setinggi 137 meter itu.
Selain kamera, pulpen pun harus dititipkan ke petugas untuk memastikan setiap pengunjung tidak melakukan coret-coretan di dinding dalam piramid.
Setelah semua syarat petugas dipenuhi, petualangan ala Indiana Jones pun dimulai. Kaki mulai melangkah memasuki ruang dalam Piramid Khufu. Pada awalnya, pengunjung dapat berjalan tegak dengan leluasa namun kehati-hatian diperlukan.
Kewaspadaan itu diperlukan karena setelah satu menit berjalan, tanpa disadari, tiba-tiba pengunjung melintasi ruang beratap rendah sebelum mendapati ruang menanjak setinggi sekitar 90 meter yang dilengkapi tangga papan berpegangan besi.
Di ruang yang dibatasi oleh dan dua jalur tangga buatan yang lebarnya hanya cukup untuk seorang pengunjung berbadan gemuk itu, tak terlihat tulisan "mind your head" (hati-hati kepala Anda) di dinding piramid.
Akibatnya, walaupun ada penerangan dari bola-bola lampu yang terpasang di dinding bangunan dalam piramid, kepala pengunjung dapat membentur batas dinding atas ruang jika tak berhati-hati melangkah.
Setibanya di bagian tangga buatan yang menanjak itu, pengunjung mulai berjalan mendaki dengan sedikit menundukkan badan, dan kedua tangan memegang erat kedua pegangan besi.
Satu per-satu anak tangga kayu itu dilewati. Dalam pendakian tersebut, kesabaran dan solidaritas dibutuhkan jika berpapasan dengan beberapa wisatawan yang hendak turun.
Untuk memberi jalan bagi mereka yang mau turun, badan terpaksa dimiringkan untuk memberi ruang gerak bagi mereka yang hendak turun.
"Jangan lupa bawa air minum," kata seorang pria asal India dalam bahasa Inggris saat berpapasan dengan Antara dan sekelompok turis mancanegara yang hendak naik.
Saran pria India yang berpetualang di dalam Piramid Cheops bersama seorang putrinya yang masih berusia sekolah dasar itu tepat karena tak sedikit di antara para turis yang kecapaian di tengah jalan menuju ruang akhir piramid.
Kesabaran dan kerja keras pun terbayar setelah mendaki selama sekitar 11 menit melalui tangga papan itu.
Bersama dua orang pengunjung lain, Antara tiba di sebuah ruangan kosong yang menjadi menandakan akhir dari pendakian.
Tak seperti yang digambarkan film-film Indiana Jones, di ruangan setinggi sekitar tujuh setengah meter dan lebar delapan meter itu, tak ditemukan mumi Raja Khufu yang tengah terbaring atau pun harta karun peninggalannya.
Yang ditemukan di dalam ruangan cukup besar yang para pengunjung dapat dengan leluasa berdiri dan bernafas dengan normal itu hanyalah sebuah peti batu berukuran sekitar dua kali satu meter.
Setelah sekitar lima menit di ruangan yang temaram itu, satu per-satu pengunjung turun melalui tangga kayu yang sama menuju pintu masuk awal.
Belum berakhir
Walaupun telah Piramid Khufu yang tercatat sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia itu, sensasi petualangan ala Indiana Jones di situs-situs perabadan peninggalan raja-raja Mesir kuno belum berakhir.
Petualangan tersebut dilanjutkan di destinasi wisata penting lain bernama Lembah Para Raja, sekitar 40 kilometer dari Kota Luxor, pada Kamis (21/4).
Dalam kunjungan ke kota yang berjarak sekitar 750 kilometer dari Kairo itu, keinginan untuk melengkapi sensasi petualangan yang sama terpenuhi.
Pada Kamis siang itu, bersama tiga wartawan Indonesia peserta Program Kunjungan Media ke Mesir, penulis mengunjungi tiga dari 62 situs kuburan raja Mesir kuno yang ada di kawasan perbukitan tandus berbatu tersebut.
Untuk bisa memasuki tiga situs kuburan di Lembah Para Raja, setiap pengunjung diwajibkan membeli tiket seharga 100 Pound Mesir ditambah tiket naik mobil gandeng yang disebut warga setempat sebagai "Taf-Taf" senilai empat Pound Mesir.
Dengan "Taf-Taf" atau mobil mirip "Odong-Odong" di Indonesia itulah, para turis diangkut menuju pintu masuk kawasan Lembah Para Raja.
Lagi-lagi, puluhan wisatawan yang pada hari itu kebanyakan berasal dari Tiongkok harus rela meninggalkan kamera di kendaraan mereka atau menyimpannya di bagian penitipan barang di dekat pintu masuk Lembah Para Raja.
Larangan mengabadikan relief maupun ruang dalam kuburan para Firaun di Lembah Para Raja (Valley of the Kings), Luxor, itu tidak hanya tertulis di papan-papan pengumuman tetapi juga sudah sejak awal disampaikan para pemandu wisata.
Mahmoud Ramadhan, pemandu wisata yang ditugaskan Otorita Pariwisata Mesir (ETA) menemani penulis dan tiga wartawan Indonesia lain selama mengunjungi Luxor, pun menyampaikan peringatan yang sama.
"Sama sekali tak boleh mengambil gambar. Kamera harus ditinggal atau dititipkan ke petugas," katanya sebelum memasuki lokasi situs kuburan para raja Mesir yang dibangun secara rahasia di perut perbukitan tandus berbatu itu.
Di antara puluhan mumi yang dahulu berbaring di bangunan-bangunan kuburan berbentuk lorong yang untuk tujuan pariwisata kini dilengkapi anak-anak tangga menurun itu adalah Raja Tut-Ankh-Amon, Rameses IV, Merenptah, dan Oremhb.
Mahmoud mengatakan otoritas pariwisata Luxor membatasi hanya sembilan "tomb" atau bangunan kuburan yang dapat dimasuki para pengunjung untuk membantu upaya ekskavasi dan restorasi puluhan situs lainnya.
Adapun perputaran sembilan bangunan kuburan yang di banyak bagian dindingnya masih memuat relief-relief asli Mesir kuno itu akan diganti setiap dua tahun sekali, kata pemandu wisata yang fasih berbahasa Inggris ini.
Dengan membeli tiket masuk seharga 100 Pound Mesir (EGP), setiap turis asing dapat mengunjungi tiga kuburan, seperti Rameses IV-Merenptah-Oremhbsembilan.
Jika hendak mengunjungi enam situs lainnya pada hari yang sama, mereka diharuskan membeli dua tiket lagi. Pembatasan itu dilakukan untuk kepentingan restorasi dan preservansi terhadap 53 situs kuburan lainnya, kata Mahmoud.
Di tengah terik matahari yang menyengat kulit, hasrat untuk mencari jawaban atas misteri kuburan raja-raja Mesir kuno ini mengalahkan tantangan alam Lembah Para Raja yang tandus berbatu dan berdebu di bagian Barat Luxor itu.
Bertolak belakang dari pengalaman saat di perut Piramid Khufu dimana petualangan ala Indiana Jones dilakukan dengan mendaki, di tiga situs Lembah Para Raja yang dikunjungi, lokasi kuburan dicapai dengan menuruni anak-anak tangga.
"Dulu, pada saat membangun kuburan para raja ini dibangun di masa Mesir kuno, tidak ada anak-anak tangga seperti yang kita temukan sekarang. Bahkan orang-orang yang terlibat dalam pembangunan tempat ini tidak mengetahui persis lokasinya."
Mahmoud mengatakan seluruh pekerja dan seniman yang terlibat dalam pembangunan makam para raja Mesir kuno di Lembah Para Raja ini ditutup matanya dan diarahkan oleh petugas kerajaan melalui jalur yang berbeda untuk mencapai tempat ini.
"Karenanya tidak benar dugaan sebagian orang bahwa mereka yang terlibat dalam pembangunan kuburan ini dibunuh oleh keluarga raja untuk menjaga kerahasiaan letak mumi dan harta kekayaan yang disimpan bersama jenazah raja," katanya.
Dalam kepercayaan para raja Mesir kuno, membangun kuburan adalah "rumah setelah kematian" bagi mereka sehingga harta kekayaan ikut menyertai tempat peristirahatan akhir mereka itu.
Dari penjelajahan yang dilakukan di ruang dalam Piramid Khufu maupun jejak bangunan kuburan Ramses IV, Merenptah, dan Oremhb di Lembah Para Raja itu, terjawab sudah sebagian sensasi petualangan ala Indiana Jones di Mesir. (Ant).
Merasakan Sensasi Petualangan Indiana Jones Di Mesir
Selasa, 26 April 2016 13:43 WIB
Dalam kepercayaan para raja Mesir kuno, membangun kuburan adalah 'rumah setelah kematian' bagi mereka sehingga harta kekayaan ikut menyertai tempat peristirahatan akhir mereka itu.