Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan program ini dilakukan untuk mengembalikan nama varietas asli Indonesia yang mulai redup oleh aneka bibit padi baru, seperti IR yang bisa panen tiga kali dalam setahun.
"Kami tidak semata-mata untuk cari keuntungan, tetapi juga tidak cari kerugian, penting untuk mengembalikan produksi asli varietas Indonesia," ujarnya saat mengunjungi pabrik pengolahan gabah beras modern di Kendal, Jawa Tengah, Kamis.
Baca juga: Pemkab Subang kolaborasi dengan Bulog dan BKKBN tangani stunting
Baca juga: Budi Waseso paparkan kondisi Bulog yang berpotensi alami kerugian
Budi mengungkapkan rata-rata usia tanam varietas padi Indonesia sekitar enam sampai tujuh bulan. Hal ini membuat biaya produksi lebih tinggi yang menjadikan beras lokal cenderung lebih mahal.
Ia mencontohkan produk beras solok dengan merek dagang Anak Daro produksi Bulog Sumatera Barat diminati para konsumen yang didominasi masyarakat Minang.
Beras ini diproduksi tidak banyak dan hanya bisa ditanam di daerah Solok, Sumatera Barat, dengan harga gabah lebih dari Rp6 ribu per kilogram. Beras merek Anak Daro laku dengan harga Rp14 ribu sampai Rp16 ribu per kilogram.
"Ini beras varietas lokal yang dikemas khusus dengan harga khusus. Orang Sumatera Barat makan beras Anak Daro justru meningkatkan status sosial," kata Budi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bulog kembangkan produk beras premium varietas lokal