Bogor, 9/6 (ANTARA) - Indonesia berpeluang menjadi produsen penting produk pertanian organik di dunia, namun perlu mengubah arah pertaniannya.
"Strategi pemerintah untuk mengarahkan pertaniannya ke pertanian organik telah dilakukan oleh banyak negara, termasuk di Asia seperti di China, Thailand, dan Korea Selatan, yang telah menunjukkan keberhasilannya," kata Ketua Pelaksana "Bogor Organic Fair" (BOF) II Sri Nuryati di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
BOF II diselenggarakan Aliansi Organis Indonesia (AOI)
bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor, Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) digelar selama dua hari yakni Sabtu hingga Minggu (10/6).
Sri Nuryati yang juga pegiat di AOI menjelaskan bahwa simulasi yang dilakukan oleh pihaknya untuk beberapa produk pertanian perkebunan menunjukkan bahwa kenaikan investasi untuk beralih organik hanyalah sekitar 10 persen.
"Dan setelah tiga tahun kenaikan keuntungan mencapai sekitar 50 persen," katanya.
Ia mengemukakan bahwa keragaman hayati Indonesia, menjadikan Indonesia surga bagi pertanian organik maupun herbal.
Hanya saja, kata dia, prospek baik tersebut belum dapat dinikmati oleh para petani organik maupun para peramu herbal yang sebagian besar merupakan usaha-usaha berbasis komunitas.
Disampaikannya bahwa gaya hidup organik, tidak hanya menghasilkan pangan yang sehat, tapi juga kualitas hidup petani dan konsumen yang meningkat baik.
Ia menjelaskan, dengan tajuk Pasar Organik Terbesar di Indonesia, BOF yang kedua kali diselenggarakan itu menyuguhkan produk organik, herbal, informasi, dan ketrampilan yang menghasilkan produk organik dan sehat dari para pakar dan narasumber seluruh Indonesia.
Menurut dia, tidak hanya menghasilkan produk yang sehat namun juga bagaimana bisa mengolah dan mendapatkan keuntungan ekonomi dari usaha produk organik secara "fair trade" atau perdagangan yang adil di Indonesia.
Sementara itu, Ani Purwati dari Divisi Media dan Komunikasi AOI menambahkan dalam rangkaian BOF II selama dua hari (9-10/6) yang dipusatkan di halaman muka Kampus IPB Baranangsiang, Jalan Pajajaran Kota Bogor, Jawa Barat itu, juga digelar Festival Herbal Indonesia (FHI).
Ia menjelaskan, BOF II dan FHI 2012 dimeriahkan 35 gerai peserta dan 10 "food festival".
Selain bazaar aneka produk organik, informasi dan produk herbal, kata dia, ada banyak rangkaian kegiatan pendukung seperti temu wicara, seminar, lokakarya, serta berbagai lomba organik dan herbal.
Menurut dia, sebelum kegiatan inti pada Sabtu (9/6) dan Minggu (10/6) Juni 2012, juga telah diadakan beberapa kegiatan pra-even di antaranya demo masak keliling berbahan baku produk organik di Kedai Kopi Ijo.
Kemudian, lomba rancangan poster bertema "Hidup Sehat dan Ramah Lingkungan" dengan gaya hidup organik, bioskop keliling yang memutar film tentang pertanian organik di kampus-kampus.
Ia mengatakan, dengan tajuk "Pasar Organik dan Fair Trade Terbesar di Indonesia" BOF 2 dan FHI ingin menunjukkan betapa besar kekayaan sumber daya alam Indonesia yang bermanfaat sebagai sumber pangan, herbal, kosmetik, dan sebagainya.
Dengan pengelolaan yang mengutamakan harmonisasi alam (organik) dan pemasaran atau perdagangan yang adil di setiap rantai pemasaran, menurut di, petani, pengolah dan masyarakat luas bisa mendapatkan manfaat darisumber daya alam ini.
Melalui perhelatan akbar yang merupakan rangkaian kegiatan perayaan Hari Jadi Bogor (HJB) ke-530 dan Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2012, AOI ingin menginformasikanke masyarakat luas tentang bagaimana hidup sehat, ramah lingkungan dan sosial dengan pertanian dan gaya hidup organik.
"Gaya hidup organik tidak hanya menghasilkan pangan yang sehat, tapi juga kualitas hidup petani dan konsumen yang meningkat baik," demikian Ani Purwati.
Andi J
Indonesia Berpeluang Produsen Produk Pertanian Organik Dunia
Sabtu, 9 Juni 2012 21:20 WIB
indonesia-berpeluang-produsen-produk-pertanian-organik-dunia-