Bogor, (Antara Megapolitan) - Sekretaris Badan Litbang Pertanian Agung Hendriadi mengatakan angka kehilangan panen pada padi cukup tinggi yakni mencapai 10 persen, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dimulai dari penanganan pascapanen hingga penggilingan, ditargetkan angka ini ditekan sebesar lima persen.
"Target tahun ini kita dapat menekan angka kehilangan panen sebesar lima persen, upaya ini dilakukan dengan penambahan alat panen, dan memperbaiki mekanisme di penggilingan," kata Agung saat membuka workshop dan konferensi internasional, penanganan dan pengolahan pascapanen pertanian di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia mengatakan, saat ini sudah disebar sekitar 20 ribu mesin pertanian, di mana satu mesin dapat menangani 150 hektare lahan pertanian. Artinya, dengan 20 ribu mesin dapat menangani tiga juta hektare lahan pertanian.
Selain itu, angka kehilangan hasil pertanian juga disebabkan rendemen yang rendah yakni 55 persen. Ini akan ditingkatkan menjadi 62 persen dengan revitalisasi sentra penggilingan yang sudah tua dan kurang menerapkan SOP penanganan pascapanen.
"Dengan menaikkan rendemen sebesar lima persen, kita dapat menyelamatkan tujuh ton kehilangan hasil panen. Upaya yang dilakukan dengan merevitalisasi sentra penggilingan, dan teknik pengeringan dari 18 persen menjadi 14 persen," katanya.
Agung menambahkan, upaya revitalisasi sentra penggilingan telah dilakukan di 18 provinsi yang merupakan sentra produksi beras, di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.
Sementara itu, Perwakilan dari FAO Asia Pasific, Rosa Rolle menyebutkan sekitar 1,3 miliar ton per tahun makanan yang diproduksi tidak dapat dikonsumsi karena hilang, rusak, tidak memenuhi standar kualitas atau bahkan terbuang karena kadaluarsa ataupun tidak dapat dikonsumsi walaupun sudah dibeli.
"Jumlah ini sangat besar, cukup untuk memberi makan penduduk dunia saat ini yang mencapai tujuh miliar orang," katanya.
Rosa mengatakan, data FAO lainnya, food losses pada tanaman serealia, daging dan sayuran merupakan kontributor utama emisi karbon khususnya di kawasan Asia. Food losses dan food waste juga dapat berpengaruh pada melemahnya ketahanan pangan suatu bangsa yang memang menjadi perhatian utama sebagian besar negara berkembang.
Sebelumnya ia menjelaskan, food losses kerap terjadi di negara-negara berkembang, sedangkan food waste didominasi oleh negara-negara maju.
"Kondisi ini menjadi tantangan yang sangat besar, bagaimana mencukupi kebutuhan pangan untuk populasi dunia yang diperkirakan mencapai 9,1 miliar pada 2050," katanya.
Indonesia Targetkan Tekan "Food Losses" Lima Persen
Kamis, 19 November 2015 9:29 WIB
Dengan menaikkan rendemen sebesar lima persen, kita dapat menyelamatkan tujuh ton kehilangan hasil panen.