New York (ANTARA) - Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya bertahan di dekat level tertinggi 16 bulan pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell dipilih untuk masa jabatan kedua, memperkuat ekspektasi pasar bahwa suku bunga AS akan naik pada 2022.
Sementara itu, euro bangkit dari posisi terendah 16 bulan dibantu oleh pertumbuhan bisnis yang lebih baik dari perkiraan di wilayah tersebut.
Pasar mata uang dalam beberapa bulan terakhir sebagian besar didorong oleh persepsi pasar tentang langkah yang berbeda di mana bank-bank sentral global mengurangi stimulus era pandemi dan menaikkan suku bunga.
Pencalonan kembali Powell mendukung pandangan bahwa The Fed kemungkinan akan mulai menaikkan suku bunga pada pertengahan 2022, setelah program pembelian obligasinya dihentikan.
"Pasar menganggap hasilnya sebagai sedikit hawkish, dan kontrak berjangka sekarang memperkuat ekspektasi untuk kenaikan pada Juni dari yang condong ke arah Juli," analis mata uang di Brown Brothers Harriman mengatakan dalam sebuah catatan pada Selasa (23/11/2021).
Baca juga: Dolar AS naik dipicu pencalonan kembali Powell, euro terpukul "lockdown"
Data pada Selasa (23/11/2021) menunjukkan aktivitas bisnis AS melambat secara moderat pada November di tengah kekurangan tenaga kerja dan penundaan bahan baku, berkontribusi pada harga yang terus melonjak di pertengahan kuartal keempat.
Indeks dolar sedikit berubah hari ini di 96,461, setelah mencapai tertinggi 16 bulan di 96,61 dalam perdagangan overnight.
Euro menguat 0,16 persen terhadap dolar menjadi 1,1251 dolar AS, setelah sebelumnya mencapai level terendah 16-bulan di 1,1226 dolar AS.
Euro telah jatuh pada Senin (22/11/2021) karena meningkatnya kekhawatiran atas pembatasan baru COVID-19 di Eropa, dengan Austria memasuki penguncian penuh lainnya dan Jerman mempertimbangkan untuk mengikutinya.
Menteri Kesehatan Jerman telah menyerukan pembatasan lebih lanjut pada ruang publik.
Euro memiliki beberapa dukungan teknis jangka pendek di area 1,1240-1,1180 dolar AS, merupakan level tertinggi yang dicapai pada Oktober dan Desember 2019, analis teknis Commerzbank Karen Jones dan Axel Rudolph mengatakan dalam sebuah laporan pada Selasa (23/11/2021).
Baca juga: Dolar AS ambil jeda singkat, mundur sedikit dari tertinggi 16 bulan
Namun, jika tembus di bawah area tersebut, kemungkinan akan jatuh ke 1,1000 dolar AS, yang merupakan retracement 78,6 persen dari pergerakan 2020, kata mereka.
Dolar mencapai level tertinggi empat setengah tahun terhadap yen Jepang di 115,08 yen.
Greenback mencapai tertinggi tujuh minggu di 1,2744 dolar Kanada, yang dirugikan oleh penurunan harga minyak, sebelum turun kembali ke 1,2682 dolar Kanada karena harga minyak rebound.
Amerika Serikat mengatakan pada Selasa akan melepaskan jutaan barel minyak dari cadangan strategis berkoordinasi dengan China, India, Korea Selatan, Jepang dan Inggris untuk mencoba mendinginkan harga setelah produsen OPEC+ berulang kali mengabaikan seruan untuk lebih banyak memasok minyak mentah.
Baca juga: Dolar AS turun dari puncak 16 bulan, investor menilai lanskap kebijakan
Kiwi merosot 0,13 persen menjadi 0,6951 dolar AS sebelum bank sentral Selandia Baru (RBNZ) diperkirakan akan menindaklanjuti kenaikan suku bunga Oktober dengan kenaikan 25 basis poin pada tinjauannya Rabu.
Lira Turki menukik 15 persen pada hari terburuk kedua setelah Presiden Tayyip Erdogan mempertahankan penurunan suku bunga tajam baru-baru ini dan berjanji untuk memenangkan "perang kemerdekaan ekonomi" meskipun ada kritik luas dan permohonan untuk membalikkan arah.
Di pasar uang kripto, bitcoin diperdagangkan di sekitar 57.644 dolar AS, naik 2,4 persen pada hari itu. Awal bulan ini bitcoin telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa di 69.000 dolar AS. Ethereum naik 6,41 persen menjadi 4.357 dolar AS.
Dolar AS stabil, euro pulih karena data yang lebih baik dari perkiraan
Rabu, 24 November 2021 5:32 WIB
Pasar mata uang dalam beberapa bulan terakhir sebagian besar didorong oleh persepsi pasar tentang langkah yang berbeda di mana bank-bank sentral global mengurangi stimulus era pandemi dan menaikkan suku bunga.