Bogor (ANTARA) - Anugerah Kebudayaan diterima Wali Kota Bogor dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat pada puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) 2021 di Jakarta beberapa waktu lalu.Selain Bima Arya, terdapat 9 wali kota dan bupati yang juga menerima anugerah. Kesepuluh pemimpin daerah tersebut dinilai PWI memiliki strategi, kinerja, dan kekuatan masing-masing dalam pemajuan kebudayaan daerahnya, baik sebelum maupun pada saat pandemi covid-19.
"Mereka telah merawat warisan masa lalu, kemudian memanfaatkan, mengembangkan dan melindungi budaya masyarakatnya, dengan berbagai regulasi,” kata Yusuf Susilo Hartono, Ketua Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI Pusat.
Selain itu lanjutnya, mereka dinilai mampu mengembangkan dengan mengemas degan cara masa kini, termasuk di dalamnya menggunakan teknologi dan media sosial. Dengan demikian budaya lokal bisa menyumbangkan warna pada kebudayaan nasionalsekaligus global.
Baca juga: Presiden RI sampaikan rasa terima kasihnya kepada insan pers di HPN 2021
Anugerah diberikan setelah panitia yang terdiri dari para para wartawan senior, penulis, budayawan dan akademisi, serta pekerja seni-budaya, menilai proposal dan video yang diajukan serta presentasi yang disampaikan sebelumnya oleh masing-masing calon penerima anugerah.
Penghargaan ini merupakan apresiasi insan pers terhadap para bupati dan wali kota yang peduli terhadap kebudayaan dan literasi media.
Kota Bogor mengajukan proposal berjudul Sahitya Raksa Baraya untuk menyesuaikan tema yang ditetapkan panitia. Sahitya mengandung makna solidaritas atau gotong royong. Raksa berarti menjaga, melindungi, menyayangi, memelihara dan Baraya berarti saudara, kerabat atau sesama. Sehingga Sahitya Raksa Baraya dimaknai sebagai solidaritas untuk saling menjaga, memelihara, menyayangi, dan melindungi sesama warga.
Di dalam proposalnya, Bima Arya mengungkapkan antara lain tentang adanya berbagai jenis perayaan yang berlangsung di Kota Bogor yang diperingati masyarakat.
Baca juga: Anies: Kalahkan COVID-19 panggilan sejarah dunia jurnalistik
Perayaan itu bukanlah sekadar kegiatan kebudayaan, kesenian atau pertunjukan. Namun semua itu adalah warisan nilai-nilai dan semangat kebersamaan dalam keberagaman yang selalu dijaga dari satu masa ke masa. Kebersamaan dalam keberagaman itulah pondasi yang memperkuat Kota Bogor, memperkuat capaian infrastruktur maupun capaian prestasi.
Warisan budaya yang dipelihara, mencakup juga berbagai bentuk seni dan kegiatan budaya yang hidup di masyarakat dengan berbagai jenis kegiatannya. Seperti Helaran Seni Budaya pada puncak peringatan Hari Jadi Bogor. Lomba Kaulinan Tradisional Sunda berupa kegiatan edukatif mengajak anak-anak mengenal dan memainkan berbagai jenis permainan tradisional. Begitupun Rebo Nyunda, yang menjadi upaya melestarikan cara berpakaian Sunda di masyarakat.
Selanjutnya Cap Go Meh yang diselenggarakan dengan tajuk Bogor Street Festifal. Tidak hanya menampilkan seni barongsai, melainkan juga berbagai jenis seni pertunjukan dari berbagai daerah. Berikutnya Festival Merah Putih dalam rangka memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, untuk memupuk semangat nasionalisme masyarakat.
Pemeliharaan kebudayaan juga termasuk memelihara situs-situs bersejarah seperti berbagai bangunan dan gedung-gedung tua. Kekayaan warisan budaya itu menjadikan Kota Bogor bergabung di dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Pada tahun 2021, Kota Bogor terpilih dan ditetapkan sebagai tuan rumah Kongres Jaringan Kota Pusaka Indonesia.
Penataan kawasan Pecinan Jalan Suryakencana yang berumur 3 abad, merupakan bagian dari cara memaknai Bogor sebagai Kota Pusaka. Begitu pula dengan penataan kawasan Empang sebagai Kampung Arab dan kawasan Situs Batu Tulis serta Saung Eling yang mewakili identitas alam dan budaya Sunda.
Dikaitkan dengan kondisi pandemi covid-19 (sesuai syarat dari panitia), kekuatan budaya yang terpelihara dimanfaatkan untuk menekan penyebaran covid-19 dan akibat buruknya. Nilai dan semangat kebersamaan yang masih terpelihara, dimanfaatkan dengan baik. Maka munculah beberapa aksi kebersamaan dalam menanggulangi pandemi berikut pengaruh buruknya.
Baca juga: M Nuh: Esensi pers yakni menjahit seluruh kekuatan bangsa
Diantara aksi itu adalah penyerahan bantuan sosial untuk 89.696 KK, penyelenggaraan Dapur Umum di kelurahan dan rumah ibadah, bantuan wifi gratis untuk siswa di 797 titik dan program keluarga asuh yang disebut Jaga Asa, berupa bantuan warga untuk 458 keluarga yang tidak lagi mendapat penghasilan sejak terjadi pandemi.
Untuk mengurangi beban para pengusaha, Pemerintah Kota Bogor juga memberlakukan penghapusan denda untuk semua jenis pajak.
Penyebaran covid-19 ditangani dengan membentuk Detektif Covid,bekerjasama dengan 1.167 orang. Tim Lacak untuk melacak kontak erat pasien positif dan 797 orang Tim Pantau untuk memantau kondisi kesehatan pasien positif dan kontak erat yang isolasi mandiri.
Berikutnya Tim Merpati, bekerjasama dengan 219 tokoh agama, dokter dan relawan untuk mengedukasi warga dan publikasi protokol kesehatan, serta Tim Elang bekerjasama dengan 120 orang dari KNPI, HIPMI dan Karang Taruna untuk mengawasi kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan.
Untuk memulihkan perekonomian daerah, Pemerintah Kota Bogor mengembangkan program yang memanfaatkan budaya lokal.
Diantaranya Visit Mulyaharja yang merupakan agro edu wisata organik di Mulyaharja, promosi Wisata Alam yang memanfaatkan alam terbuka untuk wisata aman seperti Kebun Raya Bogor dan membangun wisata alam baru dengan konsep kampung tematik di Sukaresmi dan Babakan Pasar.
Begitupun dengan Bogor Berkebun yang tak lain adalah program urban farming untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari dan membantu masyarakat meningkatkan pendapatannya secara mandiri.
Jadi berpijak pada budaya lokal, Kota Bogor menghadapi pandemi covid-19 dengan semangat saling menjaga, memelihara, menyayangi dan melindungi sesama warga. (Advertorial).
Memahami Anugerah Kebudayaan
Rabu, 17 Februari 2021 7:00 WIB
Mereka telah merawat warisan masa lalu, kemudian memanfaatkan, mengembangkan dan melindungi budaya masyarakatnya, dengan berbagai regulasi.