Bogor (ANTARA) - Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) ke-27 Kota Bogor tahun 2019, “Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri”.
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Gangguan jiwa berdampak menurunkan produktifitas serta kualitas hidup masyarakat.
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Data Riskesdas 2018, prevalensi rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia/psikosis di Jawa Barat mencapai 5 per mil, dibanding angka Nasional sebesar 7 per mil.
Baca juga: Stop Stigma ODGJ
Dari jumlah tersebut yang berobat sebanyak 84,9%, namun 51,1% nya dari yang berobat mengaku tidak rutin minum obat, dengan alasan : sudah merasa sehat (36,1%), tidak rutin berobat (33,7%), tidak mampu beli obat rutin (23,6%).
Demikian pula kasus pasung yang terjadi mencapai 31,5%. Selain itu Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia >15 tahun keatas Jawa Barat mencapai 12% dan prevalensi Nasional sebesar 9,8%.
Sedangkan gejala depresi yang merupakan penyebab disabilitas utama di Jawa Barat mencapai 7% (Angka Nasional : 6,1%), dan dari jumlah tersebut hanya 9% penderita depresi yang menjalani pengobatan medis.
Saat ini di Kota Bogor jumlah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) berat tahun 2018-2019 tercatat sebesar 1.183 orang, sedangkan target berdasarkan estimasi prevalensi ODGJ adalah 1.540 orang.
Baca juga: Keluarga sehat Kota Bogor menjadi tema Rakerkesda
Sehingga masih diperlukan gerakan aktif penemuan ODGJ yang membutuhkan pelayanan medis. Puskesmas sebagai layanan kesehatan terdepan memiliki tugas dalam penemuan kasus ODBJ dan layanan kesehatan jiwa di masyarakat.
Penyelenggaraan layanan kesehatan jiwa yang terintegrasi di FKTP (Puskesmas) merupakan kebijakan nasional yang tercantum dalam Rencana Aksi Kesehatan Jiwa tahun 2015-2019, lampiran RPJMN 2015-2019, dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Provinsi dan Kabupaten/Kota Bidang Kesehatan tahun 2015-2019.
Kriteria layanan tersebut yaitu: puskesmas memiliki tenaga kesehatan terlatih kesehatan jiwa, melaksanakan upaya promotif kesehatan jiwa dan preventif gangguan jiwa, serta melaksanakan deteksi dini, penegakan diagnosis, penatalaksanaan awal dan pengelolaan rujukan balik. Layanan dilakukan dengan memperhatikan komorbiditas fisik dan jiwa.
Fokus pelayanan Puskesmas untuk meningkatkan kesehatan jiwa yang diharapkan adalah model layanan kesehatan jiwa yang efektif, akses yang mudah, dan dapat diterima baik untuk penatalaksanaan maupun untuk pencegahan, serta upaya komunikasi edukasi dan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan jiwa.
Baca juga: Pola hidup dan lingkungan pengaruhi tingkat kesehatan masyarakat
Untuk memenuhi harapan tentang pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Bogor telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah dengan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI melalui program praktik lapangan mahasiswa Ners Spesialis Keperawatan yang berlangsung sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang tahun 2019 (13 tahun) di kelurahan-kelurahan pada beberapa Puskesmas di Kota Bogor, yaitu : PuskesmasSindang Barang, Puskesmas Bogor Timur, Puskesmas Bogor Utara, Puskesmas Mekarwangi, Puskesmas Merdeka, dan Puskesmas Mulyaharja.
Dan pada tahun 2019 mahasiswa Ners Spesialis Keperawatan akan praktik lapangan di wilayah Pusk. Kayu Manis, khususnya di kelurahan Cibadak, yang dimulai pada tgl 7 Oktober selama 7 minggu.
Pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas juga dibekali dengan strategi ACT (Assertive Community Treatment) merupakan kerjasama Dinas Kesehatan dengan RS Marzoeki Mahdi Bogor, berupa integrasi layanan kesehatan jiwa di layanan primer dengan pendekatan tim multi disiplin, memberikan pelayanan yang komprehensif dan fleksibel, dukungan dan pelayanan rehabilitasi untuk individu dengan gangguan jiwa berat (keterampilan hidup, kemampuan berkarya, kemampuan berinteraksi sosial, dan pelatihan pembuatan ketrampilan).
Baca juga: Bima Arya pimpin langsung sidak KTR di Kota Bogor
ACT melaksanakan sistem konsultasi kesehatan jiwa, sistem pendampingan, sistem rujukan, pembentukan pendampingan kelompok, serta melaksanakan mobile crisis intervention bagi pasien yang memerlukan penanganan lanjut ke rumah sakit jiwa.
Saat ini Kota Bogor memiliki 15 Puskesmas ACT, yaitu : Puskesmas Tanah Sareal, Puskesmas Bogor Utara, Puskesmas Cipaku, Puskesmas Kayu Manis, Puskesmas Pondok Rumput, Puskesmas Sindang Barang, Puskesmas Gang Kelor, Puskesmas Pancasan, Puskesmas Merdeka, Puskesmas Bogor Selatan, Puskesmas Bogor Timur, Puskesmas Pulo Armyn, Puskesmas Tegal Gundil, Puskesmas Mekarwangi, dan Puskesmas Mulyaharja.
Selain itu untuk mengoptimalkan peran Puskesmas dalam layanan kesehatan jiwa diperlukan peningkatan kapasitas perawat puskesmas agar mampu melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat (Community Mental Health Nursing/CMHN), yaitu pelayanan keperawatan jiwa yang komprehensif, holistik, paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan.
Baca juga: Dinkes kumpulkan RS dan Puskesmas se-Kota Bogor sinkronkan data kesehatan
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui pelatihan Community Mental Health Nursing (BC-CMHN) sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat.
Oleh karena itu pada tanggal 8-10 Oktober 2019 dilakukan pelatihan CHMN dan Workshop Kesehatan Jiwa bagi tenaga puskesmas dan kader kesehatan jiwa di Kota Bogor.
Seiring dengan momentum peringatan HKJS (Hari Kesehatan Jiwa Sedunia) ke-27 yang jatuh pada tanggal 10 Oktober 2019, Dinas Kesehatan Kota Bogor melaksanakan penguatan komitmen pelayanan kesehatan jiwa berupa kebulatan tekad untuk mengubah upaya kesehatan jiwa bersifat kuratif-rehabilitatif bergeser ke preventif–promotif serta peningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya hidup sehat jiwa dimulai dari diri sendiri.
Hal ini sejalan dengan tema HKJS ke-27, yaitu Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri. Dengan sub tema : Sehat jiwa dimulai dari diri, keluarga, dan masyarakat. Tema tersebut sesuai dengan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga untuk mengajak seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Baca juga: Dinkes kembali teliti jumlah perokok di Kota Bogor
Semoga Allah SWT senantiasa memberkati dan melindungi upaya kita dalam mewujudkan masyarakat kota Bogor yang sehat, cerdas dan sejahtera menuju Visi Kota Bogor Kota Ramah Keluarga.
Bogor bisa….Bogor berlari….
Oleh: Drg. Firry Triyanti,M.Kes, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (PTM), Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Olah Raga Dinas Kesehatan Kota Bogor.
Sehat jiwa dimulai dari diri, keluarga dan masyarakat
Kamis, 10 Oktober 2019 10:57 WIB
Saat ini di Kota Bogor jumlah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) berat tahun 2018-2019 tercatat sebesar 1.183 orang, sedangkan target berdasarkan estimasi prevalensi ODGJ adalah 1.540 orang.