Sukabumi (Antaranews Bogor) - Ikatan Bidan Indonesia mengakui penyebaran bidan di Indonesia ini tidak merata karena mayoritas bidan menumpuk hanya di kota-kota besar saja khususnya di Pulau Jawa.
"Sebenarnya jumlah bidan yang mencapai 250 ribu orang sudah mencukupi untuk memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan melahirkan, tetapi sayangnya mereka tidak menyebar hanya menumpuk di daerah perkotaan saja," kata Pengurus Harian IBI Pusat Tuminah kepada Antara di Sukabumi, Minggu.
Menurut Tuminah, dari pantauan IBI daerah atau provinsi yang masih kekurangan bidan berada di wilayah Indonesia Timur seperti Papua dan daerah lainnya. Maka dari itu, agar seluruh provinsi bahkan sampai daerah yang di pelosok ada bidan pihaknya akan membuat terobosan ke depannya.
Selain itu, IBI juga akan menggandeng pemerintah agar bidan-bidan yang belum diangkat sebagai pegawai negeri sipil untuk diangkat menjadi PNS dan jika sudah diangkat mereka harus mau dan taat ditempatkan di mana saja. Diharapkan dengan terobosan seperti ini bidan menjadi termotivasi.
Yang disayangkan oleh pihaknya saat ini, tidak hanya di Indonesia Timur saja yang kekurangan bidan karena tidak meratanya penyebaran tenaga medis ini, bahkan di Pulau Jawa pun masih banyak daerah yang kekurangan tenaga ini, khususnya daerah yang berada di pelosok.
"IBI juga akan membantu daerah-daerah yang masih kekurangan bidan untuk ditempatkan di daerah tersebut," katanya.
Menurut dia agar pelayanan atau bantuan untuk ibu hamil khususnya saat melahir bisa tertolong oleh majikan karena sampai saat ini masih banyak warga yang masih mengandalkan tenaga paraji bahkan hanya mengandalkan bantuan keluarga atau tetangganya saat melahirkan.
Tuminah mengatakan dengan penyebaran bidan secara merata juga bisa menekan angka kematian ibu saat melahirkan dan bayi saat dilahirkan, karena dari data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) angka tersebut masih tinggi yakni mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup.
IBI akui penyebaran bidan belum merata
Minggu, 15 Desember 2013 20:27 WIB