Sudahkan kita berterimakasih kepada alam? Alam yang telah menyediakan segala kebutuhan kita, memanjakan kita dari lahir hingga kita tiada.
Jawaban sederet pertanyaan itu segera meluncur dari bibir Oppie Andaresta, penyanyi dan pencipta lagu.
"Berterima kasih kepada alam cukup sederhana, dengan menikmatinya tanpa merusaknya", ujar Oppie dijumpai dalam kegiatan gerakan "Thanks To Nature" (berterimakasih kepada alam) yang dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa hari yang lalu.
Di hadapan 36 jurnalis dari 31 media yang ikut serta dalam acara gerakan Thanks To Nature 2013 yang diselenggarakan Teh Kotak dari PT Ultra Jaya dan SIG Combibloc tersebut, Oppie menuturkan kecintaanya kepada alam.
Bagi Oppie berkarya dibidangnya dengan menciptakan lagu untuk anak-anak yang berkisah tetang alam seperti Orang Utan, Sungai, Hutan dan Sampah adalah wujud dari caranya berterimakasih pada alam.
Lewat liriknya, Oppie mengaktualisasikan kondisi alam yang ia lihat dan melantunkannya kepada anak-anak dengan harapan generasi muda Indonesia mengenal alam mereka dan mencitainya.
Mencitai Alam Lewat Batik
Selain Oppie, turut hadir sejumlah penggerak lingkungan dan komunitas yang memiliki perhatian terhadap alam.
Andre Yudho, pendiri komunitas Batik Keloen asal Magelang, Jawa Timur, ini menekuni kegiatan membatik dengan mengajarkannya kepada ibu-ibu petani di kampungnya.
Sekilas melihat Andre sebagai pria bertato dengan pirsing di bibir dan telinganya, ia terlihat seperti anak Punk yang biasa dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.
Pengalaman Andre Yudho mengajarkan kira untuk belajar tidak melihat segala sesuatu dari sampul luarnya.
Andre hanya lulusan SMA, ketertarikannya kepada batik dan niatnya untuk mengajarkan ibu-ibu petani membantik telah membawanya menjadi seorang yang inspiratif.
Kini Batik Keloen tidak hanya dikenal di Magelang, tapi juga di Indonesia bahkan dunia Internasional. Sejumlah negara telah mengundang Andri untuk tampil mengajarkan batik.
Beberapa negar ayang telah disambangi Batik Keloen seperti China (2012), Australia (2012), Thailand (2012), Irlandia, dan di tahun ini Andre akan menyambangi Belanda serta Jepang.
"Selain ikut pameran, saya diminta untuk memberikan pelatihan membatik," katanya.
Rencananya dalam waktu dekat Batik Keloen akan membuka showroom di Belanda.
Kesuksesan Batik Keloen tidak terlepas dari nilai-nilai nasionalis dan rasa cinta kepada alam yang dimiliki Andre. Berawal dari kecintaannya pada batik yang belum menjadi tuan di rumahnya sendiri.
Andre melihat ibu-ibu petani di kampungnya yang setelah pulang bertani menghabiskan waktunya hanya untuk bersantai.
"Saya mencoba memaksimalkan waktu luang yang dimiliki ibu-ibu petani agar mereka lebih produktif," katanya.
Tidak hanya mengajarkan ibu-ibu petani membantik yang saat ini jumlahnya sudah lebih dari 100 orang, ia juga memperkerjakan ibu petani tersebut untuk membuat batik yang akan dijual dan penghasilan penjualan batik tersebut menjadi sumber pendapatan bagi keluarga petani.
Selain fokus mengajar dan melatih ibu petani membantik, Andre juga konsisten mengangkat batik keloen sebagai batik yang menggunakan bahan pewarna alami.
Batik Keloen memiliki dua warna andalan yakni indigo dan mahoni. Batik dengan bahan dasar katun asli ukuran 2,5 meter dijual Rp4,5 juta, sedangkan batik berbahan sutra dengan ukuran yang sama harga jualnya Rp2,5 juta.
"Saya melihat batik hanya simbol, belum menjadi jati diri bangsa, banyak yang pakai batik tapi printing bukan batik tulis atau cetak, harusnya dengan diakuinya batik sebagai milik Indonesia oleh UNESCO menjadi perjuangan kita untuk mengembangkan batik lebih baik lagi," katanya.
Bagi Andre, apa yang ia lakukan saat ini salah saatu caranya untuk membalas cinta alam kepada dirinya dengan menjaga alam menggunakan bahan pewarna alami sehingga limbah batik tidak merusak lingkungan.
Penyelamat Permainan Tradisional
Berbagai cara berterima kasih kepada alam, mencintainya, mengapresiasinya lewat gerakan atau tindakan penyelamatan seperti yang dilakukan Zaini Alif dari Komunitas Hong.
Pria yang dipanggil Profesor ini aktif menghidupkan kembali permainan tradisional Indonesia yang hampir terancam punah karena sudah ditinggalkan oleh generasi mudanya.
Menurut Zaini, Indonesia memiliki 819 permainan tradisional (data penelitian dari tahun 1959-1998) dari jumlah tersebut saat ini hanya 40 persen permainan yang masih dimainkan sisanya sudah hilang.
"40 persen permainan tradisional ini masih dimainkan di masyarakat adat," katanya.
Menurut Pria yang sedang menyelesaikan studi Doktoralnya, 60 persen permainan tradisional yang hilang atau sudah tidak ditemukan lagi pemainnya diantaranya Ngadu Lesung, dan Tatapukan.
Berdasarkan reverensi dari dokumentasi Belanda ke dua permainan asal Jawa Barat ini telah hilang sejak abad ke 16-17.
Melalui komunitas Hong yang didirikannya, Zaini mencoba menghidupkan kembali dan melestarikan permainan tradisional Indonesia yang terancam punah.
Dalam setiap kesempatan, ia dan komunitasnya tampil mengenalkan kembali permainan tradisional kepada khalayak ramai.
"Kami beberapa kali tampil di gerakan Thanks To Nature, di sini kami mengenalkan beragam permainan tradisional kita kepada para peserta seperti lempar sarung, ular naga, dan masih banyak lagi," katanya.
Selain memainkan kembali permainan tradisional, Zaini yang lulusan ITB jurusan Produksi ini juga menekuni pembuatan peremainan tradisional seperti kincir angin dari bambu, pin dari wayang bambu berukuran kecil yang bisa digunakan untuk hiasan jilbab.
Cerdas Selamatkan Alam
Menjad pribadi cerdas untuk menyelamatkan alam dan melestarikan lingkungan terangkum dalam pemikiran Cahyo Alkantana penggerak industri pariwisata dengan konsep ekoturisme.
Berbeda dari yang lain, Cahyo Alkantana mencoba membangun industri pariwisata di kampung halamannya dengan membangunnya dengan sumber daya yang ia miliki.
Bermodal dari hasil penjualan barang-barang pribadi miliknya, ia mengubah kawasan Gunung Kidul menjadi lokasi wisata yang banyak diminati orang bahkan dunia internasional.
Cahyo merupakan pembuat film dokumentar asal Indonesia yang telah berkerja profesional di tingkat internasional.
Keahliannya dalam menelusuri alam baik di daerat dan di laut berhasil menemukan tempat-tempat terindah di Indonesia seperti cahaya matahari di Goa Jomblang, dan Bunaken.
Perjuangan Cahyo memajukan pariwisata alam di kampung halamannya mendapat respon luar biasa, hingga ia pernah diwawancarai khusus Kick Andy.
Ide gilanya menghutankan kembali Gunung Kidul, Gunung Sewu telah menghidupkan kembali perekonomian tiga desa di wilayah tersebut lewat pariwisatanya.
Modal yang ia peroleh dari menjual motor gedenya dan peralatannya, kini telah menghasilkan lahan hijau seluas lebih dari 10 hektar yang bisa dinikmati keindahanya.
Dari semua pengalamannya, Cahyo berpendapat kecerdasan diperlukan dalam mengelola kekayaan alam, dengan mengeyampingkan materi yang diperoleh dari merusak alam.
"Mengubah sesuatu dimulai dari hal kecil, mulai dari kampung sendiri, sumber daya alam Indonesia sangat kaya, perlu tekni untuk mengembangkannya. Jadilah pemimpin yang cerdas, jangan tergiur materi dalam mengembangkan wilayahnya," ujar Cahyo.
Cahyo menambahkan, cerdas saja tidak cukup, tapi perlu dibarengi dengan sikap peduli terhadap alam dan lingkungan.
Sertifikasi FSC
Gerakan Berterimakasih kepada alam (Thanks To Nature) dicanangkan oleh PT Ultra Jaya melalui Teh Kotak bersama SIG Combibloc selaku perusahaan penyedia kemasan kotak.
Sebagai perusahaan yang menggunakan bahan baku dari alam, terutama SIC Combibloc yang memproduksi kemasan kotak sedangkan Teh Kotak pengguna kemasan dari karton tersebut menyadari pentinya upaya pelestarian alam untuk kelangsungan hidup manusia.
"Thanks To Nature adalah kampanye ramah lingkungan dengan cinta alam sebagai wujud apresiasi kepada alam uanhbtelah menjadi penyedia bahan untuk produk-produk terbaik yang dihasilkan oleh Ultra Jaya salah satunya adalah kemasana Teh Kotak," kata Head of Marketing PT Ultra Jaya, Siska Suryaman.
Menurut Siska, gerakan Thanks To Nature sebagai semangat untuk menularkan rasa cinta bumi kepada masyarakat.
Memiliki visi dan misi yang sama SIG Combibloc terhadap penyelamatan lingkunga. Sebagai perusahaan penyedia kemasan dan teknologi untuk kemasan "cartoon pack" melakukan sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) untuk semua kemasan karton yang diproduksinya.
"Sertifika FSC yang didampat ini merupakan bukti pengakuan dunia internasional bahwa perusahaan ini telah mendukung program pengelolaan hutan secara bertanggungjawab," ujar Ragional Account Manager SIC Combibloc, Ronny Hendrawan.
Sertifikat FSC bagi perusahaan penyedia kemasan kotak membuktikan perusahaan telah menjalankan bisnis dengan standarisi pengawasan manajemen hutan yang paling ketat yang ada saat ini dalam kaitan dengan bidang sosial dan lingkungan.
Produk yang dihasilkan dari perusahaan yang telah dilengkapi sertifikasi FSC menandakan bahwa produk yang dihasilkan dari sumber-sumber penyedia bahan baku yang bertanggungjawab.
"Sertifikat FSC menjadi salah satu upaya kami berterimakasih kepada alam. Dengan sertifikasi ini, katu sebagai bahan utama kemasan SIG Combibloc juga berasal dari hutan yang memiliki aspek legal dari penanaman, penebangan, dan semua mata rantai produksi," ujarnya.
Berterimakasih kepada alam dengan cara sederhana
Kamis, 27 Juni 2013 20:58 WIB
"Berterima kasih kepada alam cukup sederhana, dengan menikmatinya tanpa merusaknya"