Jakarta (ANTARA) - “Terbentur, terbentur, terbentur, dan terbentuk” begitu ungkapan terkenal sang bapak republik Indonesia Tan Malaka dalam menyikapi suatu keadaan yang realistis tanpa magis, klenik atau kepercayaan gaib lainnya.
Semua mesti melalui proses panjang menuju suatu hal yang paripurna sesuai dengan tujuan awal. Proses tersebut dapat berjalan panjang dan sangat lambat. Namun juga dapat berjalan singkat dan padat bak kilatan cahaya tapi muaranya adalah keberhasilan.
Begitu juga dengan mimpi untuk melindungi pesisir utara Jakarta dari ancaman atau potensi banjir pesisir atau banjir rob. Ancaman itu datang silih berganti dan diumumkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hampir di setiap awal bulan di sepanjang tahun 2025.
Tak terhitung kawasan pemukiman penduduk di pesisir pantai menyatu dengan air laut saat fase bulan baru atau parigee yang membuat air laut mengalami pasang naik. Saat pasang naik air laut menjadi lebih tinggi dari daratan di sejumlah lokasi di Jakarta Utara dan Kabupaten Kepulauan Seribu.
Harta benda masyarakat ikut korban saat air laut bersilaturahmi masuk ke dalam rumah warga. Air dengan kandungan garam yang tinggi tersebut masuk ke ruang tamu, ruang keluarga hingga kamar tidur mereka tanpa ada yang bisa menghalangi.
Banyak kendaraan yang mogok hingga mengalami kerusakan parah akibat air laut memeluk mesin kendaraan yang bekerja ekstra melewati genangan air yang tinggi di sejumlah ruas jalan terdampak banjir rob.
Kondisi banjir ini juga berdampak pada roda perekonomian di kawasan pesisir utara Jakarta yang merupakan kawasan ekonomi tersibuk di DKI Jakarta karena sejumlah ruas jalan yang terendam banjir dan membuat mobilisasi kendaraan menjadi tersendat.
Peringatan banjir pesisir ini rutin diumumkan kepada masyarakat di setiap bulan. Ancaman banjir rob terjadi mulai dari Kecamatan Penjaringan seperti Muara Angke, Kapuk Muara, Kamal Muara, kawasan Pluit, Kecamatan Cilincing, Dermaga Kali Baru .
Kecamatan Tanjung Priok serta sejumlah pelabuhan seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Nizam Zachman Muara Baru, Pelabuhan Tanjung Priok hingga kawasan Ancol tak luput dari potensi terendam oleh banjir pesisir.
Di saat masa kampanye Pilkada Jakarta , Pramono Anung pernah menyinggung bahwa tanggul terbaik yang disiapkan untuk mengantisipasi banjir rob adalah membangun tanggul dari mangrove.
Pramono bermimpi ada "Giant Mangrove Wall" yang tersusun rapi di pesisir utara Jakarta dan melindungi kawasan daratan dari ancaman pasang air laut yang naik. Mangrove diperkirakan dapat menghalau banjir rob, melawan abrasi hingga penurunan tanah yang menjadi ancaman besar bagi provinsi tersebut.
Namun untuk mewujudkan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang dan sejauh ini seluruh pihak terus bergerak secara serentak melakukan penanaman bibit Mangrove di sepanjang pantai Jakarta. Penanaman ini menumbuhkan harapan bahwa di masa mendatang Jakarta tumbuh menjadi kota global yang moderen berbasis lingkungan karena memiliki pohon Mangrove yang memagari daratan dari ancaman lautan.
Baca juga: Ancol siapkan langkah antisipasi banjir rob libur nataru 2025
Upaya Pemprov DKI
Pemprov DKI Jakarta sebenarnya tak tinggal diam, Dinas Sumber Daya Air (SDA) yang menjadi tumpuan utama bersama Suku Dinas SDA di enam wilayah administratif sudah berupaya melakukan sejumlah hal mulai dari menyediakan mesin pompa baik stasioner maupun portable di lokasi rawan banjir banjir rob maupun banjir akibat curah hujan tinggi.
Mesin pompa yang disiapkan bertujuan menyedot air banjir dan diarahkan ke saluran air yang sudah disediakan. Kemudian menyiapkan personel yang bekerja keras menguras banjir bahkan memasang tanggul dari karung pasir di tanggul-tanggul yang ada dengan harapan air laut tidak melimpah.
BPBD DKI, Dinas Gulkarmat, TNI, Polri juga bahu membahu melakukan penanganan saat banjir melanda sejumlah kawasan meski di saat itu tidak terjadi hujan di Jakarta.
Pada dasarnya, manusia tidak bisa melawan alam tapi harus menerima dan beradaptasi dengan kondisi tersebut. Satu upaya yang digadang-gadang menjadi solusi dari banjir pesisir ini adalah membangun tanggul raksasa di sepanjang pesisir pantai Jakarta.
Proyek mercusuar National Capital Integrated Coastal Developtment (NCICD) juga sudah dicanangkan menjadi proyek strategi nasional dalam mengatasi pasang air laut yang tinggi saat banjir rob terjadi.
Pembangunan tanggul raksasa ini tentu membutuhkan sumber dana yang sangat besar hingga kerja sama baik sejumlah kementerian terkait, Pemprov DKI Jakarta, BUMN atau BUMD hingga pihak swasta dalam mewujudkan.
Niat Pemprov DKI untuk mewujudkan pembangunan tanggul raksasa secepat mungkin terhalang dengan kondisi keuangan daerah yang mengalami efisiensi.
DKI Jakarta harus rela kehilangan dana bagi hasil dari pusat mencapai Rp14 triliun lebih dan ini tentu berdampak pada neraca keuangan daerah hingga proyeksi pembangunan yang sudah dicanangkan.
Kondisi ini membuat pemerintah harus berfikir cepat mencari solusi cepat agar setiap terjadi banjir rob tidak ada lagi pemukiman warga atau ruas jalan yang terendam.
Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini potensi banjir rob setinggi 2 meter di NTB
Bangun Tanggul
Secara perlahan, Pemprov DKI Jakarta terus bekerja untuk mencari solusi cepat dan nyata dalam menghadapi banjir. Mulai dari melakukan perbaikan dan penebalan karung pasir di lokasi tanggul yang mulai mengalami kebocoran di kawasan Pluit.
Kebocoran ini menjadi pembicaraan hangat di publik dan pemerintah langsung mengambil gerak cepat melakukan mitigasi dan perbaikan tanggul yang menjadi penghalang bertemunya air laut dengan daratan Jakarta.
Kemudian tepat pada Jumat (12/12) Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meninjau langsung pembangunan tanggul di kawasan Ancol Barat. yang dilakukan Dinas Sumber Daya Air (SDA). Total tanggul tersebut dibangun di pesisir pantai Ancol Barat sepanjang 2,1 kilometer
Pada saat ini proses pembangunan sudah mencapai 92 persen serta ditarget selesai di bulan Januari 2026. Saat ini proses pembangunan tanggul hanya fokus di proses penyelesaian akhir sehingga tanggul ini berperan besar menahan pasang air laut masuk ke Jakarta.
Dari total 28,2 kilometer NCICD yang akan dibangun di DKI Jakarta, saat ini sudah 11,82 kilometer yang sudah direalisasikan dan terbangun sempurna. Pramono menyatakan pembangunan tanggul ini akan terus berjalan hingga 28,2 kilometer secara multi years ditargetkan rampung di tahun 2029.
Total ada 16,38 kilometer pesisir pantai Jakarta Utara yang masih belum memiliki perisai sehingga di lokasi ini ketika pasang naik maka langsung terjadi banjir rob.
Menurut dia pembangunan tanggul ini akan memberikan dampak besar bagi masyarakat Jakarta dalam menghadapi banjir rob.
Pembangunan ini tidak hanya menjadi tanggungjawab Pemprov DKI Jakarta semata tapi juga ada kewajiban pihak lainnya yang seperti PT Pelindo serta Kementerian PU.
Kolaborasi seluruh pihak harus berjalan dengan baik agar misi suci mewujudkan tanggul ini dapat terlaksana. Jangan lagi ada ego sektoral yang mengorbankan kehidupan masyarakat di kawasan pesisir atau roda ekonomi Jakarta yang mulai tumbuh usai dihadang COVID-19 beberapa waktu laut.
Semangat bersama membangun tanggul raksasa hingga penguatan berbasis lingkungan dengan penanaman mangrove harus berjalan seirama agar masalah pelik ini dapat terselesaikan dan masyarakat tak perlu gusar terhadap ancaman banjir pesisir.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ikhtiar membebaskan pesisir Jakarta dari ancaman banjir rob
