Depok (ANTARA) - Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia kembali berprestasi di kancah internasional dengan meraih Juara 2 pada “APRU Global Health Conference 2025 Virtual Global Health Case Competition” di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.
Kali ini Tim HeaLink, perwakilan dari FKM UI, terdiri atas mahasiswa S1 Eksetensi Kesehatan Masyarakat, di antaranya Catur Rizki Pindi (peminatan Epidemiologi, 2024), Istiqomah Hanifah Rachman (peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2023), Aliya Nurul Fauziah (peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2024), dan Anisa Djohan (peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2024).
Dekan FKM UI Prof. Mondastri Korib Sudaryo, di Kampus UI Depok, Kamis menyampaikan apresiasinya atas prestasi gemilang yang diraih oleh Tim HeaLink di ajang APRU Global Health Conference 2025.
“Capaian ini mencerminkan semangat FKM UI, Berjiwa Luhur dan Berkinerja Unggul. Mahasiswa kita tidak hanya menunjukkan kecerdasan akademik, tetapi juga kepekaan sosial dan semangat kolaboratif dalam menghadirkan solusi nyata bagi tantangan kesehatan global," katanya.
Ia mengatakan inovasi sederhana namun berdampak besar seperti ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai luhur, empati, dan kerja keras dapat melahirkan karya yang diakui di tingkat internasional. Saya berharap prestasi ini menjadi inspirasi bagi sivitas akademika FKM UI untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat, bangsa, dan dunia.
Tim HeaLink mengusung karya video berjudul “Strengthening Food Availability in Indonesia Through the Integration of Field Data and AI”, yang berangkat dari tugas akhir Mata Kuliah Kesehatan Global dengan bimbingan dari Dr. dr. Helda, M.Kes.
Video berdurasi 3 menit itu mengangkat isu ketahanan pangan di Indonesia dengan mengembangkan konsep WhatsApp bot berbasis kecerdasan buatan (AI) sebagai alat pelaporan dan prediksi ketersediaan pangan di tingkat komunitas.
Teknologi tersebut dirancang untuk membantu petani melaporkan data cuaca, hasil panen, serta kebutuhan bahan pangan di wilayahnya. Data tersebut kemudian diolah sistem AI untuk memprediksi ketersediaan pangan dan membantu distribusi antarwilayah secara efisien.
“Kami ingin membuat sesuatu yang sederhana tapi berdampak, yang bisa diadopsi langsung oleh masyarakat. Hampir semua orang memiliki WhatsApp, bahkan di daerah terpencil. Jadi kami melihat platform ini sebagai jembatan untuk memperkuat pelaporan dan distribusi pangan,” kata Catur Rizki Pindi.
Inspirasi utama video tersebut datang dari keberhasilan program swasembada pangan di era Presiden Soeharto, yang pernah menjadi simbol kemandirian bangsa dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Selain itu, inovasi ini juga berangkat dari semangat gotong royong masyarakat Indonesia yang diterjemahkan ke dalam konsep community hub.
Pendekatan berbasis komunitas dianggap relevan dengan konteks Indonesia sebagai negara kepulauan, sekaligus menunjukkan nilai-nilai kolaboratif yang dapat diterapkan di negara lain. Menurut Pindi, mahasiswa Indonesia memiliki ruang untuk menunjukkan potensi di forum global seperti APRU.
“Tim kami satu-satunya dari Indonesia yang menyoroti isu ketahanan pangan. Meskipun sederhana, solusi yang kami usung dinilai relevan dan berpotensi diterapkan di berbagai konteks internasional,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa FKM UI meraih juara pertama pada The 4TH IPHO 2025
Baca juga: Mahasiswa FTUI raih juara 1 ajang 'Corrosion Presentation Challenge'
Baca juga: 10 kampus terbaik di Jawa Barat masuk QS World University Rankings Asia 2026
