Jakarta (ANTARA) - Jantung adalah pusat kehidupan bagi setiap manusia yang berperan dalam menjaga keseimbangan antara oksigen, darah, dan nutrisi di seluruh tubuh.
Ketika fungsinya terganggu, dampaknya tidak berhenti di sana, termasuk otak, ginjal, paru-paru, bahkan sistem metabolik ikut terimbas.
Itulah mengapa baru-baru ini dalam memperingati Hari Jantung Sedunia yang jatuh setiap 9 September, penting kiranya untuk mengajak masyarakat mengenali lebih dalam hubungan jantung dengan “teman-temannya", yakni organ-organ vital yang bekerja bersama menjaga kehidupan manusia.
Kesadaran tentang jantung tidak hanya penting bagi masyarakat umum, tetapi juga bagi tenaga kesehatan.
Memasyarakatkan cara memelihara kesehatan jantung amat penting, tidak hanya bagi masyarakat, tapi juga tenaga medis sebagai bagian dari edukasi.
Tenaga medis, misalnya, perlu untuk mengikuti
Master Class Cardiovascular Kidney Metabolic untuk mengetahui, antara lain soal penggunaan media kontras dalam diagnosis dan intervensi, khususnya bagi penderita gagal ginjal kronis yang membutuhkan prosedur invasif.
Di sisi lain, peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan harus berjalan seiring dengan peningkatan literasi publik.
Perkembangan medis terjadi sangat cepat dan kasus yang ditangani rumah sakit pun semakin beragam.
Maka, sharing dan recommendation session menjadi krusial agar semua dokter memiliki pemahaman yang sama terhadap perkembangan terkini.
Sementara bagi masyarakat luas, edukasi terkait pentingnya menjaga jantung dan organ lainnya sangat diperlukan.
Melalui cara ini, edukasi tidak hanya hadir dalam ruang seminar medis, tetapi juga bisa dinikmati masyarakat di ruang digital, memperluas kesadaran bahwa menjaga jantung sama dengan menjaga seluruh sistem tubuh.
Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K), FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, sekaligus Kepala Staf Medis Fungsional Bidang Kardiologi di Siloam Hospitals TB Simatupang menegaskan bahwa gangguan irama jantung atau aritmia bisa berdampak luas hingga menyebabkan stroke.
Salah satu bentuk aritmia, atrial fibrillation (AF), sering kali tidak disadari pasien karena gejalanya ringan. Namun, gangguan ritme ini dapat menyebabkan pembekuan darah di jantung yang kemudian menyumbat pembuluh darah di otak.
Bahkan, tindakan cardio neuro ablation (CNA) bagi pasien yang mengalami pingsan akibat aktivitas saraf vagus berlebihan telah berhasil dilakukan di rumah sakit dan menjadi yang pertama di Indonesia.
Dalam waktu dekat, juga akan ada layanan renal denervation bagi pasien hipertensi yang sulit dikendalikan, meski sudah mengonsumsi berbagai obat di Indonesia.
Semua ini dilakukan dalam kerangka kolaborasi multidisiplin antara kardiologi, neurologi, renal, dan endokrin agar pasien memperoleh penanganan yang komprehensif.
*) dr Dewi Wiguna, MSc adalah Hospitals Director Siloam Hospitals TB Simatupang
Baca juga: Dokter tekankan olahraga aman untuk kesehatan jantung sesuai kapasitas tubuh
Baca juga: Delapan dari 10 pasien jantung alami obesitas
Baca juga: Keberhasilan layanan jantung ditentukan dedikasi dokter
