Jakarta (ANTARA) - Kudapan manis dan keju lazim dipadukan, misalnya roti bakar, pisang bakar, bahkan martabak manis. Kudapan yang bisa ditemukan di tenda-tenda pedagang kaki lima ini jadi santapan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, keju memang kerap dipasangkan dengan meses, cokelat, juga susu kental manis. Namun, kombinasi keju dan makanan manis seperti cokelat, ternyata bukanlah hal lazim di Eropa.
Dalam platform media sosial, ada beragam konten yang memperlihatkan wisatawan mancanegara di Indonesia terkaget-kaget mengetahui keju dimasukkan ke dalam makanan manis. Sebagian terkejut, sebagian penasaran untuk mencoba, bahkan mengunggah reaksi mereka ketika mencobanya untuk pertama kali.
Mata cheesemonger kelas dunia asal Prancis, François Robin, agak membelalak ketika mendengar kombinasi itu hadir dalam makanan-makanan di Indonesia.
“Apakah memakai keju segar?” tanya dia kepada para pewarta Indonesia di Jakarta, Kamis lalu (18/9). Beberapa orang menimpali, “Biasanya keju cheddar.”
“Apakah enak? Kalau menurut kalian enak, mungkin saya harus coba,” kata François.
Meski keju memang awalnya populer dari Eropa, pria yang rajin berkeliling dunia untuk mempromosikan keju Prancis itu mengatakan bukan berarti selera yang disukai di negara asalnya adalah rasa sempurna.
“Apa pun yang Anda suka, berarti itu lezat. Justru kami yang harus lebih beradaptasi lebih dari Anda,” kata dia dalam kampanye Europe Full of Character yang sudah memasuki tahun ketiga.
Dalam lokakarya di Jakarta, François menjelaskan bahwa keju bukan cuma bahan pangan. Keju adalah simbol budaya, keterampilan, dan kebanggaan dalam tradisi kuliner Prancis.
Di Prancis saja, ada lebih dari tiga ribu jenis keju. Ada beberapa yang diperkenalkan oleh François di Jakarta. Tak cuma itu, keju Prancis juga dikawinkan dengan hidangan dan minuman Indonesia, untuk membuktikan bahwa bahan makanan ini bisa memperkaya cita rasa rempah Asia.
Tampilan keju yang diperkenalkan oleh penulis buku “Le Fromage pour les Nuls (Cheese for Dummies)” itu di Jakarta sedikit berbeda dari Emmental.
Di setiap meja, tersedia lima potongan keju yang berbeda warna dan bentuknya, serta lima minuman yang akan dipasangkan dalam sesi mencicip.
Uniknya, minuman yang dipilih punya cita khas Indonesia, mengandung rempah atau buah yang bisa ditemui di Tanah Air.
François menegaskan, meski keju dan anggur (wine) adalah pasangan kuliner klasik, tapi bukan berarti hanya minuman beralkohol yang cocok disesap bersama anggur.
“Tak perlu minum wine untuk makan keju. Anda bisa menggunakan mocktail, jadi tidak perlu minuman beralkohol,” ujar dia.
Kombinasi ketiga, keju comte berusia 10 bulan dan minuman kunyit. Comte punya tekstur kering dan halus. Ketika diendus, aromanya menusuk rongga hidung.
Saat dikunyah, tak cuma asin yang menyeruak, tetapi juga sedikit rasa pahit. Ketika minum kunyit, sejenak rasa rempah mendominasi, tetapi tak lama rasa comte kembali lagi ke lidah.
Keempat, mimolette dan minuman rasa cengkeh dan jahe. Mimolette terlihat mencolok karena warnanya cenderung oranye.
Teksturnya bervariasi, tergantung dari usianya. Ada mimolette yang lembut, ada juga yang padat dan rapuh.
Baca juga: Bir pletok, minuman rempah dari Betawi
Baca juga: Rempah penting didorong jadi produk wisata halal Indonesia
Baca juga: Jamu pahitan bisa bantu tekan asupan karbohidrat yang cukup tinggi di momen Idul Adha
