Jakarta (ANTARA) - Pagi itu, sebuah aula disulap menjadi dunia baru yang penuh kemungkinan. Meja-meja dipenuhi kabel, sensor, dan komponen robotika yang boleh jadi tampak asing di mata sebagian anak-anak pada umumnya.
Namun di balik keterkejutan itu, mata mereka memantulkan rasa ingin tahu yang tak terbendung.
Di sudut ruangan, seorang anak dari Bojonegoro menatap serius layar laptopnya, mencoba memahami alur pemrograman visual.
Di sampingnya, seorang teman baru dari Jakarta dengan cekatan merangkai sensor gerak sambil menjelaskan temuannya dengan semangat.
Mereka belum lama saling mengenal, tetapi pagi itu mereka berbagi bahasa yang sama yaitu logika, kreativitas, dan mimpi.
Inilah wajah Roborangers Camp 2025, pertemuan dunia anak-anak dengan sains dan teknologi yang membuka ruang berpikir melampaui batas ruang kelas dan buku pelajaran.
Program tiga hari ini merupakan hasil kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak dari mulai pemerintah hingga swasta dengan tema Dream, Build, and Run Together.
Tujuannya bukan sekadar mengajarkan cara merangkai kabel atau memprogram robot, melainkan membekali anak-anak dengan keterampilan berpikir kritis, berinovasi, dan berkolaborasi melalui pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).
Di tengah arus teknologi yang bergerak cepat, literasi STEM menjadi kunci agar anak-anak tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pencipta masa depan.
Kegiatan ini mempertemukan siswa kelas 5 dan 6 dari delapan sekolah di Bojonegoro dan Jakarta. Dari Bojonegoro, peserta berasal dari SD Dolokgede, SD Kadipaten 1, dan SD Muhammadiyah 2.
Dari Jakarta, peserta datang dari SDN Menteng 01, SDN Cibubur 10, SDN Petamburan 01, SDN Pancoran 10, dan SDN Tanjung Priok 04. Perbedaan latar belakang justru memperkaya proses belajar.
Anak-anak dari Bojonegoro membawa perspektif dari lingkungan desa yang dekat dengan alam, sementara siswa Jakarta mengenalkan pandangan yang akrab dengan teknologi dan kehidupan perkotaan.
Dalam interaksi itu tumbuh kesadaran bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi jembatan yang mempertemukan mimpi anak-anak dari berbagai penjuru negeri.
Pelepasan peserta dari Bojonegoro dilakukan pada 11 Agustus 2025 oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro Anwar Mukhtadlo , yang berharap program ini menjadi awal lahirnya generasi Bojonegoro unggul dalam teknologi dan robotika.
Ia menekankan pentingnya berbagi pengetahuan dan semangat kepada teman-teman sekolah agar tercipta dampak berantai.
Dukungan juga datang dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta yang ikut menetapkan sekolah peserta sekaligus terlibat dalam proses penjurian.
Kolaborasi lintas wilayah ini menunjukkan komitmen bersama untuk menghadirkan akses pendidikan STEM yang setara bagi anak-anak Indonesia, tanpa memandang mereka lahir di kota besar atau daerah kecil.
Proyek Robot
Selama tiga hari, metode pembelajaran dirancang agar anak-anak memahami konsep sekaligus mempraktikkannya.
Hari pertama menjadi pintu masuk mengenal dasar-dasar robotika, sejarah perkembangan teknologi, peran robot dalam kehidupan sehari-hari, dan komponen penyusunnya.
Hari kedua, peserta mulai berinteraksi dengan dunia pemrograman melalui platform visual Blockly. Mereka belajar memahami logika perintah, merancang algoritma sederhana, dan menguji robot agar bergerak sesuai instruksi.
Hari ketiga menjadi puncak pelatihan ketika peserta merancang robot mereka sendiri, mempresentasikan karya di depan juri, dan belajar menerima masukan sebagai bagian dari proses berpikir reflektif.
Penghargaan Best Roborangers Team diraih oleh tim Samsonics dari SDN Dolokgede, sedangkan Roborangers Champion diberikan kepada Mikha dari SDN Pancoran 01 atas penampilan inspiratif dan penguasaan materi.
Dari pembelajaran intensif ini, anak-anak berhasil merakit 3 robot pemadam api, 3 robot pemilah sampah, 3 robot lampu otomatis, dan 4 robot penyiram tanaman otomatis.
Seluruh siswa mengikuti kegiatan dengan antusias dan menyelesaikan proyek mereka dengan baik.
Program Roborangers tidak berhenti pada bootcamp tiga hari ini. Selama tiga bulan ke depan, peserta akan mendapatkan pendampingan lanjutan untuk mengembangkan proyek robot masing-masing.
Mereka akan mengikuti dua sesi mentoring daring dari praktisi robotika sebelum akhirnya berkompetisi secara virtual mempresentasikan karya mereka.
Proyek-proyek terbaik akan mendapat penghargaan, memotivasi anak-anak untuk terus belajar dan berinovasi. Di sini, mereka tidak diminta sekadar menghafal atau meniru, tetapi diajak memahami, menganalisis, dan berkreasi.
Nilai terbesar program ini justru terletak pada keberlanjutannya, memastikan proses belajar tidak berhenti di ruang pelatihan.
Anak-anak belajar bahwa berpikir kritis bukanlah kemampuan yang muncul tiba-tiba, melainkan hasil dari proses panjang memahami masalah, mengeksplorasi alternatif, dan menguji solusi.
Puncaknya, mereka mempresentasikan karya terbaik di kompetisi robot virtual. Inilah pembelajaran yang hidup, anak-anak tidak hanya diminta mendengar dan mengulang, tetapi menemukan jawaban sendiri melalui proses kreatif dan eksploratif.
Pertukaran ide
Roborangers Camp 2025 membuktikan bahwa mengenalkan STEM sejak dini berarti memberikan anak-anak alat untuk memahami dunia dan membentuk masa depan mereka sendiri.
Pendekatan ini melatih mereka mengurai masalah, melihat keterkaitan antarfaktor, dan merancang strategi penyelesaian. Kemampuan ini relevan di era teknologi yang mengubah cara bekerja, belajar, dan berinteraksi.
Anak-anak belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan kesempatan untuk mencoba pendekatan baru.
Mereka memahami bahwa berinovasi berarti berani melangkah di luar kebiasaan, bertanya “mengapa” dan “bagaimana” pada setiap persoalan.
Lebih jauh, kegiatan ini menegaskan pentingnya pendidikan STEM yang inklusif dan setara. Keterlibatan siswa dari Bojonegoro dan Jakarta membuktikan bahwa teknologi bukan hak istimewa anak-anak perkotaan saja.
Setiap anak Indonesia, tanpa memandang latar belakang, berhak mengenal sains, teknologi, dan rekayasa sebagai bagian dari hidupnya.
Pertukaran ide antarpeserta tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan empati dan kemampuan bekerja sama lintas budaya, keterampilan yang sama pentingnya dengan kecakapan teknis itu sendiri.
Kehadiran mentor dan praktisi robotika menambah kedalaman pengalaman. Anak-anak diperkenalkan pada cara teknologi digunakan untuk memecahkan masalah nyata, melihat bagaimana ilmu pengetahuan bekerja dalam kehidupan sehari-hari, dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka pun mampu berkontribusi.
Setiap percobaan yang berhasil, setiap sensor yang merespons, dan setiap robot yang bergerak adalah bukti kecil bahwa pengetahuan dapat diubah menjadi karya nyata ketika keberanian dan kreativitas berjalan seiring.
Roborangers Camp 2025 mungkin langkah kecil, tetapi dampaknya memanjang jauh. Dari meja-meja yang kini dipenuhi robot buatan tangan, bangsa ini bisa membayangkan masa depan anak-anak ini sebagai generasi yang bukan hanya melek teknologi, tetapi juga mampu mencipta dan memimpin perubahan.
Jika inisiatif seperti ini diperluas, Indonesia berpotensi melahirkan generasi muda berdaya saing global, generasi yang melihat tantangan bukan sebagai hambatan, melainkan peluang melahirkan inovasi.
Dari ruang pelatihan yang sederhana, bangsa ini sejatinya sedang menyaksikan lahirnya mimpi besar. Anak-anak yang hari ini memprogram sensor dan merangkai kabel adalah calon pemikir kritis yang kelak memimpin revolusi teknologi bangsa.
Mereka belajar bahwa masa depan tidak menunggu, melainkan diciptakan oleh mereka yang berani mencoba.
Itulah kekuatan sebuah camp yang menginkubasi anak-anak bangsa, yang bukan hanya mengajarkan teknologi, tetapi menumbuhkan keyakinan bahwa setiap anak memiliki potensi menjadi inovator, penemu, dan pemimpin perubahan.
Dari sinilah masa depan Indonesia dimulai, satu robot kecil, satu ide, dan satu mimpi pada satu waktu.
