Jenewa, Swiss (Antaranews Megapolitan/Xinhua-OANA) - Sebanyak 182.600 orang saat ini kehilangan rumah mereka dan sangat memerlukan bantuan kemanusiaan setelah lima pekan kemelut di Gubernuran Dara'a, Quneitra dan Sweida di bagian barat-daya Suriah, kata PBB pada Jumat (27/7).
Jens Laerke, Juru Bicara Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan dalam satu taklimat pada Jumat bahwa PBB juga prihatin dengan situasi kemanusiaan bagi sebanyak 100.000 orang yang terus menghadapi permusuhan di Daerah Golan, yang diduduki Israel.
Pemerintah Suriah dalam beberapa pekan belakangan telah merebut banyak wilayah dan saat ini hanya sedikit tanah di dekat Daerah Golan yang berada di bawah kendali kelompok non-negara yang bersenjata sementara daerah seluas 200 kilometer persegi agar ke selatan ke arah perbatasan Jordania masih dikuasai kelompok Jaysh Khaled Bin Walid (JKBW), yang berafiliasi kepada ISIL.
PBB memperkirakan sebelum peningkatan permusuhan, sebanyak 55.000 orang tinggal di daerah yang sekarang dikuasai JKBW, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang. PBB juga prihatin dengan pembatasan yang diberlakukan kelompok itu atas gerakan warga sipil yang berusaha meninggalkan daerah tersebut, meskipun beberapa ribu orang hasil melarikan diri.
"Mereka yang masih ada sekarang menjadi sasaran permusuhan yang meningkat dan antara 21 dan 23 Juli serangan udara sengit telah dilaporkan di daerah itu, dengan beberapa korban jiwa sipil --termasuk perempuan dan anak-anak," kata Jens.
Menurut juru bicara tersebut, bantuan kemanusiaan mulai tipis dan mitra kemanusiaan tidak memiliki akses tanpa hambatan ke orang yang memerlukannya atau ke simpanan bantuan di gudang mereka.
Rombongan lintas-perbatasan dari Jordania juga telah tertahan selama lebih dari satu bulan akibat situasi yang memburuk di dalam wilayah barat-daya Suriah, ia menambahkan.
Penerjemah: Chaidar.
Lagi, PBB prihatin atas kondisi kemanusiaan di Suriah
Sabtu, 28 Juli 2018 17:54 WIB
Mereka yang masih ada sekarang menjadi sasaran permusuhan yang meningkat dan antara 21 dan 23 Juli serangan udara sengit telah dilaporkan di daerah itu, dengan beberapa korban jiwa sipil --termasuk perempuan dan anak-anak.