Washington (Antaranews Megapolitan) - Satu studi baru mengungkapkan bagaimana kerja "shift" malam mengganggu metabolisme, sehingga mengakibatkan kegemukan, diabetes dan gangguan lain metabolis.
Studi yang diterbitkan pada Senin (9/7) di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menepis kepercayaan bahwa gangguan metabolis pada pekerja "shift" terutama dikendalikan oleh jam master otak, yang biasanya menjaga tubuh kita pada lingkaran siang-malam dan menggunakan kaitan cahaya untuk mensinkronkan irama jaringan dan organ tubuh.
Tapi, studi itu mendapati bahwa jam biologi terpisah (apa yang disebut osilator periferal) pada liver, usus dan pankreas memiliki otak mereka sendiri.
Para peneliti dari Washington State University (WSU), yang bekerjasama dengan rekan-rekan mereka dari University of Surrey, mengumpulkan sampel darah dari relawan yang sehat yang baru saja menyelesaikan baik simulasi jadwal "shift" kerja siang maupun simulasi jadwal "shift" kerja malam.
Para peneliti menganalisis sampel darah untuk metabolit, produk reaksi kimia yang terlibat pada pencernaan, seperti penguraian atau oksidasi molekul makanan, serta proses metabolis lain pada sel dan organ.
Mereka mendapati bahwa, setelah jadwal "shift" malam, irama 24 jam pada metabolit yang berkaitan dengan sistem pencernaan telah berpindah sampai 12 jam penuh, bahkan sekalipun jam master biologi pada otak peserta hanya bergeser sekitar dua jam.
"Tak seorang pun mengetahui jam biologi pada organ pencernaan manusia berubah sangat kuat dan cepat oleh jadwal kerja 'shift', sekalipun jam master otak nyaris tak menyesuaikan diri dengan jadwal semacam itu," kata penulis co-senior studi tersebut Hans Van Dongen, Direktur WSU Sleep and Performance Research Center, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.
"Akibatnya ialah sebagian sinyal biologi pada tubuh pekerja 'shift' mengatakan 'sekarang siang' sedangkan sinyal lain mengatakan 'ini malam', sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme," kata Dongen.
Pekerjaan tim peneliti itu mungkin memiliki dampak bagi studi mengenai penyakit kronis lain yang mudah menyerang pekerja "shift", termasuk penyakit ginjal kronis, kanker kulit, prostat dan payudara.
Studi tersebut meliputi 14 persen yang masing-masing menghabiskan tujuh hari di dalam laboratorium tidur di Kampus Health Sciences Spokane WSU.
Mula-mula, separuh dari mereka menyelesaikan simulasi tiga-hari jadwal kerja "shift" malam, sementara yang lain melaksanakan simulasi tiga-hari jadwal "shift" siang.
Lalu, setelah menyelesaikan simulasi kerja "shift" mereka, para peserta melaksanakan protokol rutin konstan yang digunakan untuk mempelajari irama yang secara internal dikendalikan oleh biologi pada manusia yang terlepas dari pengaruh luar.
Selama protokol itu, mereka diharuskan sadar selama 24 jam dalam posisi setengah duduk. Mereka menerima camilan yang sama setiap jam dan diminta terus terpajan sinar serta temperatur ruangan. Setiap tiga jam sampel darah mereka diambil.
Sampel darah tersebut dianalisis di Metabolomics Core Facility di University of Surrey untuk mengetahui 132 metabolit berbeda yang berkaitan dengan metabolisme dan sistem pencernaan.
"Dua-puluh-tujuh metabolit menindak-lanjuti irama 24 jam selama simulai jadwal kerja 'shift' siang dan malam," kata penulis utama studi tersebut Debra Skene, Profesor neuroendokrinologi di University of Surrey.
Waspada, kerja shift bisa ganggu metabolisme
Rabu, 11 Juli 2018 0:44 WIB
Tak seorang pun mengetahui jam biologi pada organ pencernaan manusia berubah sangat kuat.