Makkah (ANTARA) - Waktu Shalat Magrib telah berlalu sekitar 20 menit, saat sejumlah haji dari Indonesia masuk ke kawasan Hira Cultural Distrik (Distrik Budaya Hira), Makkah, Arab Saudi, pekan lalu. Lampu-lampu mulai gemerlapan menghiasi tujuan wisata spiritual ini.
"Selamat datang ... Terima kasih...," kata seorang petugas keamanan Gua Hira, berbahasa Indonesia. Postur petugas itu tidak tampak sebagai orang Indonesia. Sapaan itu seakan memulai kesan bahwa "aroma" Indonesia mulai terlihat di tempat ini.
Tidak banyak waktu untuk berfoto di Gua Hira, karena mereka segera bergegas menuju mushala untuk menunaikan Shalat Magrib.
Dari sejumlah objek di kawasan ini, mereka memilih langsung ke Museum Al Quran, namun sebelum masuk ke museum, pengunjung melewati ruangan berisi diorama pengangkatan Muhammad sebagai nabi dan rasul. Replika Gua Hira dan tulisan surat pertama dalam Al Quran juga disajikan di ruangan ini.
Di ujung ruangan, pengunjung disajikan Mushaf Al Quran dari masa ke masa. Bahkan, manuskrip Al Quran yang ditulis di atas tulang, kulit binatang, dan bebatuan juga ada di museum ini. Manuskrip ini ditulis oleh sahabat Nabi, Zaid bin Tsabit, yang dikenal sebagai kepala juru tulis Al-Quran selama masa hidup Nabi Muhammad SAW.
Bentuk Al Quran pada era Nabi Muhammad ini bakal membawa ingatan ke ruang waktu 15 abad lalu, saat Al Quran diturunkan di masa kenabian Muhammad SAW.
Bagaimana ayat Al Quran dengan ditulis di permukaan kulit, tulang, atau batu, namun ikut mengantarkan ajaran Islam hingga hari ini dan berhasil membawa zaman jahiliyah menuju umat Muslim yang berjaya.
Kita juga bisa menyaksikan sejarah Al Quran yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Terjemahan dalam Bahasa Jerman dicetak pertama kali pada 1032 Hijriyah atau 1624 Masehi. Al Quran yang dicetak di Spanyol dan Afrika bagian utara abad 10 ikut dipamerkan. Tidak hanya itu, berbagai mushaf dari waktu ke waktu, hingga saat ini, juga ditampilkan.
Koleksi manuskrip terjemahan ayat Al Quran ke dalam bahasa Jerman pada 1623 Hijriyah. Koleksi ini bisa ditemukan di Museum Al Quran di dalam kompleks Distrik Budaya Hira, Makkah, Arab Saudi. ANTARA/Santoso
Di bagian lain, ada ruangan berisi bacaan qori yang ternama di dunia. Suara merdu nan khas dari Imam Masjidil Haram Syeikh Abdurrahman Assudais dan hingga qori dari berbagai negara ditampilkan. Kita cukup berdiri menghadap sejajar dengan foto qori dan kepala kita berada di bawah pengeras suara, maka suara merdu qori yang di depan kita bisa didengarkan. Suara akan mati kalau kita tidak lagi di depan foto.
Di ruangan ini, nuansa Indonesia terlihat dengan munculnya foto dan suara qori asal Indonesia bernama Owal Rizqy. Foto dengan kopiah hitam dan batik lengan panjang serta warna merah putih menunjukkan dia orang Indonesia. Suaranya merdu dan bisa membuat pengunjung Indonesia akan betah di depan fotonya.
Selain Museum Al Quran, objek di Distrik Budaya Hira adalah Gua Hira, perpustakaan, Taman dan Museum Kopi Arab. Dan tentu saja tempat belanja.
"Yang di sebelah kanan Gua Hira," kata seorang karyawan Distrik Budaya Hira, sambil menunjukkan deretan lampu-lampu di bagian atas bukit.
Tujuan wisata Gua Hira ini ditempuh dengan naik ke atas bukit dari kawasan inti distrik itu. Di malam hari, lampu-lampu di jalur pendakian menyala. Dari bawah kita bisa melihat bahwa di ujung pendakian ada Gua Hira. Pengunjung bisa menapaki jejak Nabi Muhammad SAW naik ke Gua Hira.
Kekaguman
Sejumlah wisatawan yang baru saja selesai menunaikan Haji pada 2025 ini pun menyempatkan diri berkunjung ke tujuan wisata ini.
Maria Assegaf, seorang hajjah asal Semarang, mengaku beruntung dapat menapaktilasi perjalanan Rasulullah, saat menerima wahyu pertama kali, yakni Surat Al Alaq ayat 1-5.
"Saya belum pernah ke sini. Baru sekali, tapi bisa umrah, berhaji dan sekaligus ke Gua Hira. Alhamdulillah, ini luar biasa, saya bisa ke Distrik Budaya Hira. Saya tidak lihat ke atas. Saya datang cukup singkat dan malam hari, namun dari jauh saya bisa melihat letak di mana Nabi Muhammad mendapatkan wahyu," katanya.
Dia juga terkesan dengan Museum Al Quran, yang salah satunya menampilkan mushaf terbesar yang pernah dibuat manusia.
"Masya Allah. Ini suatu kehormatan bagi saya bisa datang ke sini," katanya.
Sementara itu, Muhammad, haji dari Bekasi, mengaku sudah dua kali ke tempat itu, yakni tahun ini dan pada 2015. Ada perbedaan, dulu hanya ada Gua Hira tapi sekarang sudah berkembang dan menjadi Distrik Budaya Hira.
"Kali ini kayaknya sudah menjadi tempat wisata ziarah. Sekarang lebih menarik. Kita lihat Gua Hira bukan sekadar wisata, tapi ada sejarah turunnya Al Quran, juga Mushaf Al Quran dari masa ke masa," katanya.
Dia merasakan, sekarang lebih banyak pengetahuan tentang seputar Gua Hira yang didapatkan, dibandingkan dengan kedatangan pada tahun 2015.
Sementara itu, Nugroho dari Jakarta, mengaku sempat datang ke arah Gua Hira, setelah masuk ke Museum Al Quran, namun tidak sampai depan gua.
Dia mengatakan dengan mengunjungi museum dia akhirnya tahu bahwa untuk menjadi mushaf lengkap, Al Quran sempat ditulis dulu. Ada di tulang, kulit, pelepah kurma. "Ini pertama kali lihat riil bentuknya," katanya.
Dia juga akhirnya menemukan bukti penyebaran agama Islam di berbagai tempat di dunia, setelah melihat Mushaf Al Quran di berbagai tempat.
Selain bertemu orang Indonesia, Nugroho mengaku bertemu dengan pengunjung dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Kirgistan, dan negara-negara Islam lainnya,
Sebelum pulang, ada satu bagian dari Distrik Budaya Hira yang patut disambangi, yakni berbelanja suvernir yang berada di samping Taman Hira.
Jangan khawatir bagi wisawatan Indonesia karena toko ini memiliki tiga karyawan dari Indonesia.
"Kami dari Bandung. Baru tiga bulan di sini," kata karyawan itu.
Dengan begitu, kawasan Distrik Wisata Hira ini sudah selaknya disinggai bagi Umat Muslim saat di Makkah. Bisa jadi kalau di Makkah, setelah menghabiskan beribadah di Masjidil Haram, tujuan wajib berikutnya adalah Distrik Budaya Hira yang di dalamnya ada Gua Hira, dimana Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul.
Boleh dibilang, Distrik Wisata Hira seluas 67 ribu M2 ini telah menjadi tujuan wisata religi Islam. Lokasinya di di dekat Jabal Nur, Mekkah. Jabal Nur dikenal sebagai gunung wahyu karena di bagian atasnya ada Gua Hira, yang menjadi lokasi turunnya wahyu Al Quran pertama kali.