Bogor (Antaranews Megapolitan) - Para ulama dan cendekiwan Muslim dunia yang hadir dalam Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Islam Wasathiyah, di Bogor, Selasa, membahas peluang dan tantangan yang dihadapi umat muslim di era globalisasi saat ini.
"Apa yang menerpa Islam saat ini harus kita sikapi bersama. Kita memiliki generasi muda yang hidup di era digital saat ini yang harus kita siapkan pemahamannya dengan mempresentasikan Islam yang sebenarnya," kata Yahya Sergio Yahe Pallavinci dari Italia.
Sebagai Presiden dari Komunitas Islam di Italia, Yahya menyampaikan pemikirannya tentang konsep Islam Wasathiyah di Eropa, di hadapan peserta diskusi KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim sedunia.
Dari paparannya, Yahya menyebutkan tantangan yang dihadapi umat muslim di Eropa khususnya di Italia adalah penolakan adanya pemikiran tentang Islam fobia, serta status mereka sebagai minoritas di negara yang mayoritas non muslim.
Menurut dia, penolakan tersebut karena kesalahan presepsi memandang Islam yang digambarkan sebagai garis keras, ekstrimisme, dan radikal.
Pemikiran tentang menyebarluaskan konsep Islam Wasathiyah lanjutnya, sangat baik, agar semua orang tau bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih dan sayang kepada semua, Islam yang menghargai perbedaan, toleransi, dan membawa kedamaian.
Namun saat ini ia melihat ada tantangan lain yang perlu disikapi oleh ulama Muslim di dunia, adanya kecenderungan sikap ketakutan pada agama saat ini sehingga memilih tidak mempercayai Tuhan (Atheis).
Sementara itu, ulama dari United Kingdom (UK) Qori Muhammad Asim mengingatkan peran ulama untuk menyiapkan generasi muda muslim yang kini menghadapi tantangan perpindahan agama.
Menurut Asim, yang juga pimpinan Imam Masjid Makkah, ada dua jenis tantangan yang dihadapi umat Islam di era globalisasi ini yakni tantangan yang berasal dari dalam dan dari luar.
"Secara internal tantangan itu muncul dari diri sendiri, apa yang terjadi saat ini adanya internet, sumber daya yang bersinggungan dengan ruang dan waktu, menambah bobot tantangan itu," katanya.
Ia mengatakan era digital adalah tantangan komprehensip yang belum mampu dihadapi umat muslim dengan pemikiran yang kompetitif.
"Umat Islam belum disiapkan bagaimana menghadapinya," katanya.
Salah satu kunci menghadapi tantangan itu, lanjutnya, adalah konsep Islam Wasathiyah yang saat ini sedang dibahas oleh seluruh ulama dunia.
Ia mengatakan ekstrimisme yang terjadi adalah bentuk kekerasan yang bertentangan dengan Islam Wasathiyah yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SWA. Gerakan inilah yang menimbulkan terjadinya Islam fobia.
"Ekstrimisme itu terjadi karena adanya pemikiran mayoritas dan minoritas, serta memandang secara sempit tentang syariat Islam," katanya.
Menurut dia, Rasulullah SWA telah memberikan teladan dan contoh yang luar biasa, ketika Islam menjadi minoritas di Makkah, dan menjadi Mayoritas di Madinah. Bagaimana Rasulullah menunjukkan kepemimpinannya di dua negara tersebut.
"Ini tantangan bagi umat muslim yang jadi minoritas, dan mayoritas. Sayangnya pemuka agama (Islam) tidak mampu menjawab tantangan itu, tidak mengaktualisasikan Islam Wasathiyah sesuai negaranya," kata dia.
Berbicara muslim di Eropa, tidak seperti muslim di Timur Tengah, terjadi migrasi agam dari muslim ke kristen yang cukup besar proposinya.
"Tantangan ini muncul, karena tidak adanya rasa memiliki, di mana muslim muda kita yang umurnya dari 13 sampai 30 tahun berpindah agama," katanya.
Ia mengingatkan perpindahan agama yang terjadi di kalangan generasi muda Muslim menjadi tantangan bagi ulama apakah ajaran Islam yang selama ini ditinggalkan tidak tertanam di dalam diri mereka atau hanya sekadar menjadi norma saja.
Sedangkan Prof Salisu Shehu dari Nigeria yang bertindak sebagai moderator mengingatkan para ulama dan cendekiawan muslim di Dunia untuk berperan meningkatkan pendidikan umat Islam.
Menurut Shehu yang juga Sekretaris Umum Deputi Dewan Tertinggi Nigeria urusan Islam, pendidikan sangat penting, agar kehidupan umat Islam lebih baik.
Fakta yang terjadi saat ini, contohnya di Nigeria jumlah umat Islamnya lebih banyak dari di Asia, tetapi dibandingkan kaum Kristen, umat islam yang berpendidikan lebih rendah.
Ulama dunia bahas tantangan globalisasi dalam Islam
Rabu, 2 Mei 2018 19:23 WIB
Ekstrimisme itu terjadi karena adanya pemikiran mayoritas dan minoritas, serta memandang secara sempit tentang syariat Islam.