Bandarlampung (Antara Lampung/Antaranews Megapolitan-Bogor) - Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dipilih menjadi "pilot project" atau percontohan percepatan sapi bunting melalui program Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (Upsus Siwab) di Sumatera, karena memiliki potensi sektor peternakan.
Kepala Seksi Pembibitan dan Produksi Dinas Peternakan dan Perkebunan Lampung Tengah, Andi Antoni, mengatakan daerahnya merupakan pilot project program Upsus Siwab di Sumatera, dan untuk Indonesia daerah ini menduduki urutan ke lima. Dari target Upsus Siwab Provinsi Lampung, jatah untuk Lampung Tengah sebesar 74 persen.
Hal ini diungkapkan Andi pada acara diklat kesehatan hewan bagi para inseminator di Balai Besar Inseminasi Buatan Provinsi Lampung di Kecamatan Terbanggibesar, Lampung Tengah beberapa waktu lalu.
Diklat yang diikuti 62 inseminator Lampung Tengah itu merupakan kerja sama Disnakbun setempat dengan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara Bogor, Jawa Barat.
Saat ini Lampung Tengah memiliki lebih dari 220 ribu ternak sapi yang ada di petani atau sebesar 42 persen. Sampai saat ini program Upsus Siwab sudah mencapai 66 persen dari target, dan Lampung Tengah berada di garis hijau yang menduduki urutan ke-5 se-Indonesia.
Diklat tersebut baru kali pertama dilaksanakan di Lampung bahkan Sumatera. Pihaknya ingin meningkatkan pengetahuan para inseminator tentang kesehatan hewan, mengingat daerah tersebut memiliki keterbatasan dokter hewan yakni hanya tujuh orang, sementara wilayah Lampung Tengah cukup luas.
Dengan jumlah dokter hewan yang terbatas itu, tentunya tidak cukup untuk mengkaver pelayanan kesehatan hewan pada 311 kampung di Lampung Tengah, karena itu peranserta inseminator sangat dibutuhkan.
Para inseminator tersebut berperan untuk mendukung tugas dokter hewan, sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup bagi inseminatror tentang kesehatan hewan agar bisa membantu peternak di Lampung Tengah.
Sementara Bupati Lampung Tengah Mustafa menargetkan daerah ini menjadi lumbung ternak terbesar di Sumatera sehingga harus diimbangi dengan produksi pakan ternak secara mandiri.
Pengembangan pakan ternak ini dilakukan dengan budi daya tanaman rumput odot di Dusun Dadimakmur, Kampung Bandarsakti Kecamatan Terusan Nunyai. Sejumlah petani dan warga diarahkan untuk menanam odot yang nutrisinya sangat baik untuk hewan ternak.
Ia menjelaskan, pihaknya punya target besar sektor peternakan. Targetnya Lampung Tengah menjadi lumbung ternak se-Sumatera. Tentunya ini harus ditunjang dengan pakan yang memadai. Karena itu dicoba membuat inovasi pakan mandiri dengan memanfaatkan tanaman odot.
Menurut Mustafa yang ikut panen raya perdana odot di kampung Bandarsakti beberapa waktu lalu, dengan mengembangkan tanaman odot diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak di Lampung Tengah. Nutrisi yang baik pada odot juga diharapkan semakin menunjang potensi peternakan di kampung-kampung.
Odot, lanjut dia, adalah tanaman dari varietas rumput gajah. Ini merupakan pakan alternatif dengan nutrisi terbaik. Jika ini dikembangkan maksimal, tentunya memberikan keuntungan bagi semua pihak, baik petani, peternak maupun pemerintah. Tak hanya memenuhi kebutuhan pakan ternak lokal, tapi bisa dipasarkan secara luas.
Ketua Gapoktan Dusun RKD Sutrisno menerangkan budi daya tanaman odot sebagai pakan ternak masih merupakan percobaan. Di Kampung Dadimakmur sudah ada tujuh hektare lahan masyarakat yang ditanami odot.
Banyaknya permintaan rumput gajah super ini, ke depan petani dan masyarakat akan diarahkan untuk menanam odot. Menurutnya budi daya odot sangat menguntungkan, selain perawatannya mudah, masa panen odot juga tidak lama.
Dalam 2,5 bulan odot sudah bisa dipanen. Setelah itu batangnya dipotong-potong 17-19 cm, per batang bisa dijual dengan harga Rp300. Permintaan per hari bisa mencapai 40 hingga 50 ton, namun karena produksinya masih terbatas, permintaan tersebut belum bisa dipenuhi. Karenanya ke depan mereka konsen mengembangkan tanaman odot.
Sutrisno menambahkan, budi daya odot sangatlah mudah. Masa tanamnya hanya 2,5 bulan. Perawatannya mudah, penanaman pertama menggunakan pupuk organik, selanjutnya cukup urea. Satu pohon nantinya bisa menghasilkan hingga 60 tunas. Daunnya juga bisa langsung dikonsumsi ternak.
Terkait pemasaran, menurut Sutrisno tidak perlu khawatir karena permintaannya sangat tinggi. Sejauh ini odot sudah dipasarkan ke sejumlah kabupaten yakni Lampung Utara, Lampung Selatan, Pringsewu, Pesisir Barat, dan Mesuji. Permintaan pasar mencakup petani perseorangan, kelompok tani dan perusahaan.
Dengan program one zona one product, ia berharap semakin meningkatkan potensi peternakan di Lampung Tengah, serta meningkatkan perekonomian pembudidaya rumput odot.
Sebelumnya, Bupati Lampung Tengah Mustafa juga meresmikan kampung ternak dan menargetkan daerahnya bisa menjadi lumbung daging guna memenuhi kebutuhan lokal maupun mendukung keperluan nasional.
Dengan populasi peternakan mencapai 450 ribu, ia optimistis Lampung Tengah, Provinsi Lampung bisa memenuhi target tersebut. Terlebih saat ini tengah digencarkan pencanangan kampung ternak di seluruh kampung di kabupaten setempat.
Dengan program tersebut, lanjut dia, memungkinkan penambahan produksi sapi hingga tiga ribuan ekor setiap tahunnya. Ia menjelaskan, pihaknya telah meresmikan kampung ternak di Kampung Dono Arum Kecamatan Seputih Agung.
Dari program kampung ternak ini, masing-masing kampung mendapatkan bantuan 5 hingga 10 ekor sapi untuk dikembangkan. Dengan total 311 kampung, ini memungkinkan penambahan 3 ribuan ekor sapi di Lampung Tengah. Jika ini terus dikembangkan tentunya memungkinkan produksi yang lebih besar.
Tak hanya itu, melalui program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab), Pemkab Lampung Tengah menargetkan 60 ribu sapi bunting. Ditangani 130 petugas inseminator, hingga saat ini telah terealisasi melebihi target yakni 80 ribu ekor sapi bunting.
Menurutnya, harga daging sapi terus naik. Indonesia masih kekurangaan stok daging sampai akhirnya impor. Jika peternak digerakkan lebih masif, ia percaya kebutuhan daging dapat terpenuhi. Selain itu pengangguran di Lampung Tengah akan berkurang dan kemandirian ekonomi bisa tercipta.
Sebagai kabupaten terluas dan dikenal dengan sektor pertaniannya, Mustafa menilai Lampung Tengah memiliki potensi yang sangat baik untuk budi daya ternak sapi. Ia bahkan optimistis daerahnya bisa menjadi lumbung daging yang mampu memenuhi kebutuhan komoditas tersebut secara nasional.
Lampung Tengah memiliki SDM-SDM yang mumpuni di sektor peternakan. Selain itu juga mempunyai lahan pertanian yang luas, sehingga kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi.
Kepala Dinas Peternakan Lampung Tengah Taruna Bifi Koprawi menerangkan, saat ini populasi ternak di Lampung Tengah mencapai 220.453 ekor sapi, 3.082 ekor kerbau, dan 215.480 ekor kambing. Sementara dari target Siwab yakni 60 ribu ekor sapi.
Khusus di Kampung Dono Arum, 90 persen masyarakat merupakan peternak. Total populasi hewan ternak di kampung tersebut yakni 3.593 sapi dan 3.372 kambing.
Sebagian besar masyarakat Dono Arum adalah petani yang merangkap peternak. Itu kenapa kampung ini menjadi salah satu pilot project program kampung ternak yang digulirkan bupati. Selain dari pemerintah, mereka juga mendapatkan binaan dari PT. Indo Prima Beef Adijaya.
Guna menunjang program swasembada daging dan target lumbung ternak nasional, Pemkab Lampung Tengah juga menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan untuk membantu permodalan dan melakukan pembinaan ke peternak-peternak di kampung.
Perusahaan harus terlibat dalam pengembangan budidaya sapi di Lampung Tengah. Seperti PT. Indo Prima Beef Adijaya, kedepan akan menyusul perusahaan-perusahaan lain. Bisa lewat kerja sama kemitraan atau pendampingan peternak-peternak yang ada. Bupati pun minta perusahaan tidak hanya besar sendiri, tetapi juga bisa memberikan kontribusinya kepada masyarakat. (ANT-LPG/ANT-BPJ-MTh).
Upaya Kabupaten Lampung Tengah Menjadi Sentra Ternak
Rabu, 27 Desember 2017 7:58 WIB
Lampung Tengah memiliki SDM-SDM yang mumpuni di sektor peternakan. Selain itu juga mempunyai lahan pertanian yang luas, sehingga kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi.