Jakarta (ANTARA) - Lontong cap go meh bukan sekadar hidangan biasa.
Di balik kelezatannya tersimpan sejarah panjang yang mencerminkan akulturasi budaya Tionghoa dan Nusantara.
Lontong Cap Go Meh dipercaya berasal dari tradisi masyarakat Tionghoa Peranakan di Jawa, terutama di daerah Semarang dan Surabaya.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2025/01/29/6DB01D6F-FE17-4706-89B7-F30882531B46.jpeg)
Seiring waktu, hidangan ini mulai populer dan menjadi sajian khas yang bisa ditemukan di banyak restoran dan warung makan, terutama di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta.
Kini, setiap perayaan Cap Go Meh, banyak orang, termasuk yang bukan keturunan Tionghoa, ikut menikmati hidangan ini.
Di sudut Metro Atom Pasar Baru, tersembunyi kuliner legendaris yang selalu dinanti setiap perayaan Cap Go Meh atau perayaan Imlek, yakni Ketupat Cap Go Meh Gloria Ny Kartika Tjandra.
Sejak 1965, hidangan khas ini telah menjadi bagian dari tradisi yang menghubungkan budaya Tionghoa dan Nusantara, menyatukan makna kebersamaan dalam setiap suapan.
Dulu, warung ini berdiri di kawasan Gloria, Pancoran, tersembunyi di sebuah gang kecil di samping pertokoan.
Dari generasi ke generasi, racikan bumbu dan resepnya tetap dijaga tanpa perubahan berarti.
Selain rasanya yang istimewa, kualitas bahan menjadi prioritas utama di tempat tersebut, tentunya dengan menggunakan bahan premium, seperti ayam kampung, telur bebek, hingga cabai kualitas terbaik.
Setiap bahan dipilih dengan teliti untuk memastikan cita rasa tetap terjaga dari tahun ke tahun.
Menjelang perayaan Imlek dan Cap Go Meh, dapur Ketupat Cap Go Meh Gloria mulai sibuk sejak dini hari. Dari pukul lima pagi, para pekerja mulai memasak, memastikan semua bahan sudah siap sebelum pelanggan datang.
Baca juga: Vihara Dhanagun Suguhkan Lontong Cap Go Meh