Jakarta (Antara Megapolitan) - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti menyatakan, kebanyakan dosen di Tanah Air kurang meneliti dan menulis.
"Memang kritik untuk dosen Indonesia yang dari dulu kita undang diaspora itu, apa ya kira-kira kritik anda yang paling anda pandang sebagai masalah dibanding negara lain. Hampir semuanya sepakat, yaitu kebanyakan mengajar, kurang meneliti, kurang menulis, dan kurang inovasi," ujar Ghufron di Jakarta, Selasa.
Bahkan kadang dosen tersebut, mengajar di banyak tempat. Sehingga tidak sempat untuk melakukan penelitian dan menulis jurnal ilmiah.
"Walaupun dia bagus, tapi dia bukan pemimpin. Pemimpin itu mampu mengajak dosen muda untuk melakukan penelitian, membangun mereka agar menjadi dosen yang bagus ke depan," katanya.
Ghufron menjelaskan idealnya antara mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat seimbang. Penilaian Kemristekdikti, menyebutkan untuk lektor kepala kurang lebih 30 persen penelitian. Sementara untuk profesor minimal 45 persen.
"Tapi kadang profesor kita, setelah jadi profesor istirahat dulu."
Kemristekdikti akan melakukan penilaian umum pada kinerja lektor kepala dan profesor di seluruh Indonesia pada Desember 2017. Apakah mereka telah melakukan penelitian sebanyak yang disyaratkan atau lebih banyak mengajar.
"Untuk capai jabatan, minimal penelitian dan inovasi itu 45 persen."