Jakarta (ANTARA) - Sawit Watch menyebut kemampuan penyerapan dari sawit tidak sebanding dengan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari alih fungsi lahan, terutama yang dilakukan di lahan gambut dan hutan di lahan mineral.
Seperti dikonfirmasi kepada ANTARA dari Jakarta, Jumat, Direktur Eksekutif Sawit Watch Achmad Surambo mengatakan meski sawit sebagai tanaman memiliki kemampuan menangkap karbon dioksida tapi pengalihan fungsi lahan membuat perkebunan sawit berpotensi menghasilkan emisi GRK lebih besar dibandingkan kemampuan penyerapannya.
"Terjadi ketimpangan antara emisi dengan simpanan karbon, atau telah terjadi tekor artinya yang keluar emisi CO2 dibandingkan yang diserap. Simpanan tersebut tidak sebanding dengan emisi yang dihasilkan dari alih fungsi lahan, terutama pada hutan di tanah mineral dan gambut," katanya.
Baca juga: DPR minta Kementerian ATR/BPN stop alih fungsi lahan pertanian
Berdasarkan publikasi Sawit Watch, tanaman sawit dengan usia 25 tahun mampu menyerap karbon sebesar 39,94 ton per hektare (ha) atau setara dengan 146,58 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2-eq). Bagian tanaman yang mampu menyerap karbon paling besar adalah batang sawit yang mencapai 29,13 ton per ha atau setara dengan 106,91 ton CO2-eq.
Aktivitas perkebunan sawit menghasilkan emisi karbon, baik yang berasal dari operasional perkebunan sawit maupun ketika perubahan simpanan karbon.
Tidak hanya itu, maksimum emisi dihasilkan sawit dalam menggantikan hutan di lahan padang rumput sebesar -59 ton CO2-eq dan nilai minimum -115 ton CO2-eq. Hasil maksimum emisi dihasilkan sawit menggantikan hutan di lahan padang rumput sebesar -59 ton CO2-eq dan minimum -115 ton CO2-eq dan maksimum emisi yang dihasilkan sawit menggantikan hutan di lahan mineral 835 ton CO2-eq serta minimum 175 ton CO2-eq.
Nilai terbesar dilihat di lahan gambut dengan hasil maksimum1835 ton CO2-eq dan minimum sebesar 1175 ton C02-eq. Tidak hanya itu, dampak alih fungsi lahan tidak hanya emisi GRK tapi juga potensi kehilangan keanekaragaman hayati.
Baca juga: Walhi sebut banjir Bima-Dompu dampak alih fungsi 30.000 ha lahan perbukitan