Jakarta (ANTARA) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan unsur penting dalam memperkuat negara. Tidak hanya dari segi pertahanan di bidang persenjataan dan armada perang, TNI juga memainkan peran krusial dalam memperkuat ketahanan pangan dan perekonomian daerah.
Semua itu dilakukan demi memperkuat kedaulatan pangan Indonesia, seperti yang selama ini digaungkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Peran memperkuat ketahanan pangan ini pun didalami oleh TNI AD, terutama saat tampuk kepemimpinan dipegang oleh Jenderal TNI Maruli Simanjuntak yang bertindak sebagai KSAD.
Selama 2024, TNI hadir dengan beragam program ketahanan pangan, mulai dari TNI AD Manunggal Air, Panen Raya, hingga pembentukan Batalyon Penyangga Daerah Rawan (PDR).
Program-program tersebut digelar di wilayah pelosok yang dinilai membutuhkan penguatan ketahanan pangan agar masyarakat bisa bertahan hidup secara mandiri.
Tidak hanya itu, program ini juga berguna untuk memperkuat kepercayaan masyarakat akan hadirnya Pemerintah melalui TNI AD dalam menangani urusan perut.
Dengan demikian, rasa nasionalisme masyarakat pun meningkat dan paham separatisme yang bertentangan dengan Pemerintah bisa diredam.
Tiga program besar yang dijalankan TNI AD selama 2024 itu memiliki keterkaitan erat. Program-program itu saling melengkapi guna menciptakan sistem ketahanan pangan yang kuat bagi masyarakat.
TNI AD Manunggal Air
Program TNI AD Manunggal Air merupakan kegiatan pembangunan titik-titik dan perbaikan saluran guna memudahkan masyarakat mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Program ini pertama kali bergulir pada 2016 kala Maruli masih menjabat sebagai Komandan Korem 074/Warastratama di Wonogiri, Jawa Tengah.
Kala itu Maruli melihat beberapa tempat di wilayahnya mengalami kekeringan. Kondisi tersebut membuat hati menantu dari mantan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan itu tergerak membuat titik air berupa sumur yang dilengkapi alat pompa dan pipa saluran air.
Alhasil, sebanyak 17 bendungan, enam tanggul, tiga embung, serta pompa hidran sederhana berhasil dibangun TNI AD di daerah tersebut.
Langkah tersebut terbukti efektif menghilangkan kekeringan di wilayah Jawa Tengah. Program TNI Manunggal Air pun semakin besar kala Maruli diangkat sebagai Pangdam IX/Udayana pada 2021, Pangkostrad pada 2022, dan KSAD pada 2024.
Program TNI Manunggal Air itu yang semula hanya digelar di tingkat provinsi menjelma menjadi salah satu program strategis tingkat nasional.
Semenjak program tersebut diselenggarakan secara besar-besaran pada 2022 hingga tahun ini (tercatat hingga Agustus 2024), TNI AD berhasil membangun 2.671 titik air di 2.467 lokasi di seluruh Indonesia.
Jumlah tersebut dicapai TNI AD berkat kerja sama antara seluruh satuan hingga masing masing kodam yang ada di setiap provinsi.
Selain seluruh jajaran di daerah, capaian itu diraih TNI AD berkat kerja samanya dengan beberapa pihak swasta dalam program corporate social responsibility (CSR).
Sebanyak 2.671 titik air itu terdiri atas 674 pompa hidran, 1.832 sumur bor, dan 165 sistem distribusi air gravitasi. Program tersebut berhasil membantu 1.058.499 jiwa untuk mendapatkan air bersih serta menyuburkan lebih dari 35.000 hektare lahan pertanian di seluruh Indonesia.
Data per November 2024, TNI AD sudah berhasil membangun 3.128 titik air di seluruh Indonesia. Jutaan jiwa dan ribuan hektare lahan pertanian terbantu dengan program ini.
Panen raya
Panen raya yang dilakukan TNI AD merupakan program pemanfaatan lahan kosong yang ada di wilayah menjadi lumbung pangan guna memperkuat ketahanan pangan.
Program itu dijalankan Maruli guna menindaklanjuti instruksi Presiden Ke-7 RI Joko Widodo untuk memanfaatkan lahan kosong menjadi lahan pertanian.
Seluruh jajaran kodim hingga korem yang ada di wilayah pun berlomba-lomba menggarap lahan kosong di wilayah menjadi lahan pertanian. Ada yang ditanami jagung, padi, beragam sayuran, hingga buah-buahan.
Seluruh hasil tani tersebut pun dapat dikelola dan dinikmati langsung masyarakat setempat.
Yang paling besar yakni ketika TNI AD dan Kementerian Pertanian menggelar panen raya di Desa Neglasari, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada 4 Juni lalu.
Panen raya tersebut terbilang besar karena dijadikan proyek percontohan nasional yang harus diikuti oleh seluruh instansi.
Hasil panen itu merupakan buah kerja keras personel TNI AD dan petani setempat dalam mengelola lahan seluas sekitar 980 hektare.
Maruli menjelaskan, lahan yang diberikan oleh PTPN itu awalnya merupakan kawasan semak belukar dan gersang. Berkat tenaga dan fasilitas yang dimiliki TNI AD, lahan tidur itu disulap menjadi ladang pangan masyarakat.
Dari 980 hektare lahan, 250 hektare ditanami singkong dan 130 hektare ditanami jagung. Tidak hanya itu, lahan ini pun digunakan untuk budi daya sapi dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), seluas 100 hektare, kemudian beberapa hektare digunakan untuk peternakan ayam dan perkebunan buah seperti pepaya, mangga, cabai, dan lain-lain.
Dari lahan tersebut, TNI AD dan masyarakat setempat bisa menghasilkan panen jagung kering rata-rata 5-6 ton/hektare, sementara untuk singkong 8-9 ton/hektare.
Hingga saat ini, program pemanfaatan lahan tidur di seluruh wilayah Indonesia oleh TNI AD masih berlanjut.
Batalyon PDR
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto pada Oktober 2024 lalu membentuk lima Batalyon PDR (Penyangga Daerah Rawan) yang bertugas di Papua guna mendukung program ketahanan pangan.
Batalyon ini bukan hanya hadir untuk memberikan akses makanan, melainkan juga sebagai pendekatan nonmiliter untuk menumpas pergerakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.
Dengan metode soft approach ini, diharapkan masyarakat dapat mengakui kehadiran Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan. Hal tersebut dapat berdampak pada meningkatnya rasa nasionalisme sehingga paham separatis pun dapat dihilangkan.
Batalyon ini tersebar di lima daerah di Papua dan bakal bekerja sama dengan Kementerian Pertanian serta masyarakat setempat untuk menanam komoditas pangan utama, salah satunya padi.
Lima Yonif dalam Batalyon PDR ini terdiri dari Yonif 801/Ksatria Yuddha Kentswuri bermarkas di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua; Yonif 802/Wimane Mambe Jaya bermarkas di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berikutnya Yonif 803/Nduka Adyatma Yuddha bermarkas di Kabupaten Boven Digoel di Provinsi Papua Selatan; Yonif 804/Dharma Bhakti Asasta Yudha bermarkas di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan; dan terakhir Yonif 805/Ksatria Satya Waninggap bermarkas di Sorong, Papua Barat Daya.
Data yang dihimpun ANTARA menyebutkan kekuatan masing-masing yonif itu, yaitu Yonif 801 diperkuat 691 prajurit yang 450 orang di antaranya didatangkan dari Kodam III/Siliwangi dan 150 orang dari Kodam I/Bukit Barisan, kemudian Yonif 802 diperkuat juga oleh 691 prajurit yang 350 di antaranya didatangkan dari Kodam Jaya, 150 orang dari Kodam II/Sriwijaya, dan 100 orang dari Kodam Iskandar Muda.
Selanjutnya Yonif 803 diperkuat oleh 691 prajurit yang di antaranya didatangkan dari 230 Kodam V/Brawijaya, 25 prajurit dari Kodam VI/Mulawarman, 225 prajurit dari Kodam XIV/Hasanuddin, 100 prajurit dari Kodam XVII/Cenderawasih, dan 20 orang dari Kodam XVIII/Kasuari.
Yonif 804 diperkuat oleh 691 prajurit yang 400 di antaranya didatangkan dari Kodam IV/Diponegoro, 43 prajurit dari Kodam XII/Tanjungpura, 157 prajurit dari Kodam XIII/Merdeka.
Terakhir, Yonif 805 juga diperkuat oleh 691 prajurit, yang 306 di antaranya Kodam IX/Udayana dan 294 di antaranya dari Kodam XVI/Pattimura.
Selain dilengkapi dengan ratusan prajurit dari setiap yonif, TNI AD juga melengkapi Batalyon PDR dengan perlengkapan pertanian untuk menunjang tugas di daerah.
Selain fasilitas pertanian, TNI AD juga membekali para prajurit dengan ilmu pertanian agar mereka bisa mengetahui tata cara bercocok tanam dengan baik.
Karena itu, TNI AD menggandeng Universitas Pertahanan untuk memberikan pembekalan tentang ilmu pertanian kepada prajurit.
Setelah batalyon dibentuk, proses pengiriman pasukan ke wilayah Papua pun langsung dilakukan hari itu juga. Dalam proses tersebut, TNI AD mengaku mengalami beberapa tantangan.
Salah satunya yakni medan yang cukup sulit untuk mengirim pasukan dan perbekalan yang lainnya. Karena itu, proses pengiriman pasukan dan logistik dilakukan secara bertahap.
Pelan tapi pasti, akhirnya seluruh pasukan beserta fasilitas yang dibutuhkan untuk bertani akhirnya sampai di lokasi dan siap menjalankan tugas.
Program 2025
Hingga akhir 2024, tiga program ketahanan pangan TNI AD itu masih berlangsung. Pembangunan demi pembangunan di bidang infrastruktur pangan di setiap daerah masih bergulir.
Program strategis ini akan berlangsung hingga 2025. Hal tersebut dapat dipastikan mengingat Prabowo sangat menekankan program ketahanan pangan dalam Astacita yang jadi landasan kerja Kabinet Merah Putih.
Terlebih, tahun 2025 seluruh lini Pemerintah akan bahu-membahu menggulirkan program makan bergizi gratis untuk pelajar.
Tentu seluruh jajaran TNI, termasuk TNI AD juga akan dilibatkan dalam program nasional itu. Namun demikian, hingga saat TNI AD belum menjelaskan dengan rinci langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk melibatkan diri dalam program makan bergizi gratis.
Namun demikian, Maruli memastikan pihaknya berkomitmen membantu Pemerintah menggulirkan program makan bergizi gratis.
Editor: Achmad Zaenal M