Bangkok, (Antara Megapolitan) - Kegiatan wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) berpeluang menjadi andalan untuk meningkatkan pendapatan devisa sektor pariwisata mengingat pengeluaran pelancong bisnis tersebut rata-rata tiga kali lebih besar dari wisman biasa (leisure).
"Spending money (pengeluaran uang) wisatawan MICE di Asia Tenggara rata-rata mencapai tiga setengah kali dibandingkan 'leisure'. Bahkan di Eropa bisa tujuh kalinya," kata Chairman Indonesia Convention and Exhibition Bureau (Inaceb), Budi Tirtawisata pada Incentive Travel & Convention Meetings (IT&CM) Asia di Bangkok, Kamis.
Menurut CEO Panorama Group ini, wisatawan MICE umumnya datang dalam jumlah besar. Wisatawan MICE juga berpotensi untuk berubah menjadi wisatawan biasa (leisure) sebelum dan sesudah konvensi. Itu yang menyebabkan tingkat pengeluaran wisatawan MICE jauh lebih besar dibandingkan wisatawan biasa, katanya.
Keuntungan lain dari kegiatan MICE, lanjut Budi, adalah memberikan sumbangan bagi naiknya citra destinasi. Wisatawan MICE pada umumnya adalah para pembuat keputusan termasuk CEO perusahaan. Dengan begitu kekuatan informasi tentang destinasi yang mereka sampaikan akan berdampak lebih kuat dalam promosi.
Oleh karena itu, Inaceb ikut berada di garis terdepan dalam mempromosikan kota-kota unggulan wisata MICE untuk memacu peningkatan kegiatan konferensi dan pameran berskala internasional di dalam negeri.
Saat ini, pemerintah telah menetapkan 16 kota unggulan kegiatan MICE di Tanah Air, antara lain Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makasar dan Medan.
Selain melalui promosi, pihaknya aktif menjalin kerja sama dengan mitra biro konvensi dan pameran dari negara lain serta mengikuti lelang (bidding) penyelenggaraan MICE di kota-kota tersebut.
Ia mengatakan kota yang dinilai siap menyelenggarakan ajang MICE internasional harus memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah. Antara lain memiliki gedung konvensi bagi penyelenggaraan MICE. Ketersediaan rute penerbangan internasional dan konektivitas antarwilayah juga menjadi pertimbangan utama serta aspek penunjang wisata lainnya seperti hotel, restoran dan jasa penyewaan kendaraan.
Tingkatkan promosi Indonesia
Asisten Direktur Inaceb, Indra Sakti Mahadewa menambahkan keberadaan Inaceb yang dibentuk pada Maret 2016 diharapkan dapat lebih memaksimalkan lagi upaya promosi MICE di Indonesia.
"Terus terang jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Thailand dan Malaysia, kita agak ketinggalan dalam kegiatan MICE," katanya.
Data ICCA (International Congress and Convention Association) 2015 menempatkan Indonesia di ranking ke-43 dunia, dengan 78 pertemuan (meetings). Sementara Singapura di peringkat ke-24 dengan 156 meetings, Thailand peringkat ke-27 dengan 151 meetings, dan Malaysia peringkat ke-35 dengan 113 meetings.
Keberadaan Inaceb juga dibutuhkan untuk peningkatan kerja sama antara industri pariwisata dengan pemerintah termasuk aparat keamanan.
"Di sinilah peran Inaceb sebagai 'jembatan' antara industri dengan pembuat kebijakan," katanya.
Ia mengatakan koordinasi yang baik akan menghasilkan data kedatangan wisman MICE yang akurat dan menumbuhkan citra positif bagi penyelenggaraan kegiatan MICE di Indonesia.
Inaceb merupakan wadah asosiasi para pelaku bisnis MICE seperti industri venue, PCO (Professional Conference Organizer) dan penyelenggara pameran (event organizer).
Kepengurusan organisasi nirlaba ini dikukuhkan oleh Menteri Pariwisata. Di negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, asosiasi sejenis berada langsung di bawah komando kantor perdana menteri.