Bandarlampung (Antara Megapolitan-Bogopr) - Pertamakalinya di Indonesia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menggandeng Bank BNI untuk menyalurkan Kredit komoditas Kedelai.
Hal itu untuk merealisasikan terobsan baru dari Pemerintahan Gubernur-Wakil Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, berupa pembiayaan budidaya kedelai dengan menggandeng Bank BNI dalam menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Kedelai tersebut.
"Pemprov Lampung berharap kepercayaan BNI ini menjadi model dalam pembiayaan kredit mikro pertanian. Sekarang baru budidaya kedelai. Mudah-mudahan ke depan bisa membiayai komoditas lain," kata Gubernur Ridho, di Bandarlampung, Jumat (15/9/2017).
Penyaluran ini untuk menambah modal bantuan pemerintah pusat dalam upaya mengejar produksi 50 ribu Hektare (Ha) tanaman kedelai di Provinsi Lampung.
Terobosan ini, menurut Gubernur Ridho Ficardo, untuk mendukung program pusat menargetkan swasembada kedelai di tahun 2020. Selain perluasan lahan, Pemprov Lampung melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Lampung, memberi dukungan lewat peningkatan sumber daya manusia dan modal.
Luas Areal Tanaman Kedelai Di Lampung
Program peningkaan produksi kedelai yang masuk APBN Perubahan 2017 ini, tersebar di 11 kecamatan, 44 desa, dan 141 kelompok tani dengan total luas lahan 11.549,25 Hektare.
Pada tahap pertama (Agustus-September), Pemprov Lampung memberikan persetujuan kredit bagi 3.094,75 Hektare lahan budidaya kedelai monokultur. Kemudian, pada tahap kedua seluas 8.454,5 Hektare tumpang sari dengan jagung.
"Bantuan pemerintah pusat untuk petani Rp1,29 juta per hektare. Setiap kelompok tani membudidayakan 20 hektare, sehingga dana yang diperoleh dari pusat Rp25,21 juta. Dana ini ditambah Rp55,6 juta dari kredit BNI, sehingga total biaya produksi Rp75,31 juta per kelompok," kata Kepala Dinas TPH Lampung, Edi Yanto.
Menurut data Dinas TPH Provinsi Lampung, pada 2015 luas panen kedelai mencapai 8.407 hektare dengan produksi 9.815 ton. Di 2016, produksi meningkat menjadi 9.960 ton. Selain padi, kedelai merupakan komoditas unggulan Lampung bersama jagung, cabai merah, dan bawang merah.
Produksi kedelai Lampung pada 2016 (9.960 ton) berkontribusi 1,61 persen dari total produksi nasional (859.653 ton) dan menempati posisi 14 nasional. Jumlah produksi itu, masih kurang karena kebutuhan kedelai Lampung mencapai 100 ribu ton per tahun. Sedangkan produksi Lampung masih berkisar 7.500-10 ribu ton.
Dalam mengejar target budidaya kedelai 50 ribu hektare tersebut, pada 2017 pengembangan berlangsung di 13 kabupaten dan kota se-Lampung. Di Lampung Utara ditargetkan 2.737 ha, Lampung Timur (13.380 ha), Tanggamus (1.100 ha), Mesuji (458 ha), dan Pringsewu (460 ha).
Kemudian, Pesisir Barat seluas 314 ha, Lampung Selatan (8.339 ha), Lampung Tengah (15.953 ha), Pesawaran (1.325 ha), dan Way Kanan (6.246). Selain itu, Tulangbawang Barat (1.043 ha), Tulangbawang (350 ha), dan Kota Metro 350 ha, sehingga total pengembangan kedelai mencapai 52.150 ha. (RLs/Humas Prov/ANT/BPJ/MTh).
Hal itu untuk merealisasikan terobsan baru dari Pemerintahan Gubernur-Wakil Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, berupa pembiayaan budidaya kedelai dengan menggandeng Bank BNI dalam menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Kedelai tersebut.
"Pemprov Lampung berharap kepercayaan BNI ini menjadi model dalam pembiayaan kredit mikro pertanian. Sekarang baru budidaya kedelai. Mudah-mudahan ke depan bisa membiayai komoditas lain," kata Gubernur Ridho, di Bandarlampung, Jumat (15/9/2017).
Penyaluran ini untuk menambah modal bantuan pemerintah pusat dalam upaya mengejar produksi 50 ribu Hektare (Ha) tanaman kedelai di Provinsi Lampung.
Terobosan ini, menurut Gubernur Ridho Ficardo, untuk mendukung program pusat menargetkan swasembada kedelai di tahun 2020. Selain perluasan lahan, Pemprov Lampung melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Lampung, memberi dukungan lewat peningkatan sumber daya manusia dan modal.
Luas Areal Tanaman Kedelai Di Lampung
Program peningkaan produksi kedelai yang masuk APBN Perubahan 2017 ini, tersebar di 11 kecamatan, 44 desa, dan 141 kelompok tani dengan total luas lahan 11.549,25 Hektare.
Pada tahap pertama (Agustus-September), Pemprov Lampung memberikan persetujuan kredit bagi 3.094,75 Hektare lahan budidaya kedelai monokultur. Kemudian, pada tahap kedua seluas 8.454,5 Hektare tumpang sari dengan jagung.
"Bantuan pemerintah pusat untuk petani Rp1,29 juta per hektare. Setiap kelompok tani membudidayakan 20 hektare, sehingga dana yang diperoleh dari pusat Rp25,21 juta. Dana ini ditambah Rp55,6 juta dari kredit BNI, sehingga total biaya produksi Rp75,31 juta per kelompok," kata Kepala Dinas TPH Lampung, Edi Yanto.
Menurut data Dinas TPH Provinsi Lampung, pada 2015 luas panen kedelai mencapai 8.407 hektare dengan produksi 9.815 ton. Di 2016, produksi meningkat menjadi 9.960 ton. Selain padi, kedelai merupakan komoditas unggulan Lampung bersama jagung, cabai merah, dan bawang merah.
Produksi kedelai Lampung pada 2016 (9.960 ton) berkontribusi 1,61 persen dari total produksi nasional (859.653 ton) dan menempati posisi 14 nasional. Jumlah produksi itu, masih kurang karena kebutuhan kedelai Lampung mencapai 100 ribu ton per tahun. Sedangkan produksi Lampung masih berkisar 7.500-10 ribu ton.
Dalam mengejar target budidaya kedelai 50 ribu hektare tersebut, pada 2017 pengembangan berlangsung di 13 kabupaten dan kota se-Lampung. Di Lampung Utara ditargetkan 2.737 ha, Lampung Timur (13.380 ha), Tanggamus (1.100 ha), Mesuji (458 ha), dan Pringsewu (460 ha).
Kemudian, Pesisir Barat seluas 314 ha, Lampung Selatan (8.339 ha), Lampung Tengah (15.953 ha), Pesawaran (1.325 ha), dan Way Kanan (6.246). Selain itu, Tulangbawang Barat (1.043 ha), Tulangbawang (350 ha), dan Kota Metro 350 ha, sehingga total pengembangan kedelai mencapai 52.150 ha. (RLs/Humas Prov/ANT/BPJ/MTh).