Jakarta (ANTARA) - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjadikan swasembada pangan sebagai prioritas nasional. Langkah ini bertujuan untuk mengatasi tantangan global dan memastikan ketahanan pangan jangka panjang bagi Indonesia.
Salah satu strategi utama dalam mencapai swasembada pangan adalah pengoptimalan lahan pertanian desa. Teknologi modern dan pendampingan petani menjadi kunci untuk meningkatkan hasil pertanian yang lebih efisien.
Desa memiliki peran penting dalam mencapai swasembada pangan di Indonesia. Potensi lokal yang melimpah, seperti lahan subur, dapat dijadikan sumber daya pangan yang mandiri dan berkelanjutan.
Pemerintah terus mendukung transformasi desa sebagai pusat ketahanan pangan. Berbagai program teknologi dan partisipasi aktif masyarakat desa menjadi pilar utama dalam mendorong sektor pertanian maju.
Pemberdayaan generasi muda menjadi salah satu fokus utama dalam membangun swasembada pangan. Pemuda dianggap sebagai agen perubahan yang mampu membawa inovasi dan semangat baru ke sektor pertanian.
Bonus demografi Indonesia menjadi peluang besar untuk memperkuat sektor pertanian. Dengan keterlibatan pemuda, potensi pertanian desa dapat berkembang melalui pendekatan yang lebih modern dan efisien.
Teknologi modern menjadi elemen penting dalam modernisasi pertanian desa. Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mempercepat proses produksi pangan secara signifikan.
Selain teknologi, pelatihan untuk petani juga diperlukan. Program pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam mengadopsi teknik pertanian modern dan ramah lingkungan.
Desa memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti lahan subur dan sumber air. Potensi ini, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi kekuatan ekonomi yang mendukung kemandirian pangan Indonesia.
Swasembada dari desa
Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto menyatakan bahwa swasembada pangan harus dimulai dari desa. Hal ini menjadi bagian penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang lebih mandiri.
Indonesia adalah negara besar, namun jika ketahanan pangan rapuh dapat membuatnya rentan. Sumber daya yang melimpah di desa dapat dimaksimalkan jika dipadukan dengan kolaborasi antara berbagai pihak.
Penting bagi Indonesia untuk tidak bergantung pada impor pangan dari luar. Dengan memanfaatkan potensi desa secara optimal, kebutuhan pangan dalam negeri dapat dipenuhi, tanpa harus bergantung pada negara lain.
Dalam mewujudkan swasembada pangan, pemerintah mendorong pemetaan potensi setiap daerah, terutama yang tertinggal. Melalui pemetaan ini, potensi lokal dapat dikembangkan secara lebih efektif dan terarah.
Pengembangan desa, melalui badan usaha milik desa (BUMDes) menjadi salah satu solusi untuk mempercepat pencapaian swasembada pangan. BUMDes dapat menjadi motor penggerak untuk meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan desa.
Melalui program-program itu, desa dapat menjadi pusat kemandirian ekonomi. Dengan sinergi yang baik, desa-desa di Indonesia dapat mempercepat pencapaian kemandirian pangan.
Hampir 73 persen penduduk Indonesia ada di desa. Artinya, ketika kita membangun desa, maka sesungguhnya kita membangun Indonesia.
Sejatinya desa memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan di Tanah Air karena lebih banyak penduduk Indonesia hidup dan bertempat tinggal di desa.
Transformasi pertanian
Pagu anggaran Kementerian Pertanian untuk 2025 telah ditetapkan sebesar Rp29,37 triliun, termasuk tambahan anggaran sebesar Rp21,47 triliun.
Anggaran itu akan digunakan, di antaranya untuk meningkatkan produksi padi dan jagung, optimalisasi lahan pertanian 350 ribu hektare di Papua Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan, menyiapkan benih unggul 150 ribu ton.
Lalu, pogram cetak sawah 750 ribu hektare di Papua Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan lainnya. Hingga penyediaan alat dan mesin pertanian prapanen sebanyak 1,14 juta unit dan pupuk bersubsidi 9,03 juta ton.
Selain itu, mengembangkan pertanian modern melalui pertanian milenial, dengan target tenaga pertanian modern kompeten sebanyak 65.170 orang.
Modernisasi pertanian melalui teknologi, seperti traktor otomatis, drone penyemprot pupuk, dan sistem irigasi pintar menjadi kunci peningkatan produksi desa menuju swasembada pangan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan modernisasi pertanian dapat mengurangi biaya produksi hingga 70 persen, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat proses pertanian.
Pertanian modern memungkinkan petani mengelola usaha tani lebih optimal, tanpa beban biaya tinggi atau ketergantungan pada metode tradisional.
Penggunaan alsintan, seperti combine harvester target untuk meningkatkan hasil panen secara signifikan, mempercepat pekerjaan, dan menunjukkan manfaat nyata teknologi modern dalam proses pertanian.
Selain itu, Kementerian Pertanian juga memfokuskan upaya peningkatan produksi melalui program pompanisasi di seluruh wilayah Indonesia.
Pompanisasi berfungsi untuk menambah areal tanam (PAT) di daerah-daerah sentra produksi, memastikan kebutuhan pangan nasional dapat terus tercukupi dengan baik.
Regenerasi petani
Regenerasi petani menjadi tantangan utama dalam pembangunan desa sebagai pilar swasembada pangan. Dengan rata-rata usia petani yang semakin tua, keterlibatan generasi muda menjadi prioritas mendesak untuk menjamin keberlanjutan sektor pertanian.
Sebagai langkah strategis, Kementerian Pertanian menginisiasi program petani milenial untuk menarik minat anak muda kembali ke bidang pertanian.
Program ini tidak hanya bertujuan mengganti peran petani senior, tetapi juga membawa transformasi pertanian menuju era modern yang berbasis teknologi.
Salah satu fokus utama program ini adalah modernisasi melalui bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) berteknologi tinggi.
Para pemuda desa yang bergabung dalam program ini akan memperoleh akses ke alat-alat canggih, seperti traktor modern, yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas, sekaligus efisiensi dalam pengelolaan lahan.
Hingga saat ini, sekitar 3.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, terutama di Sulawesi Selatan, telah dilibatkan dalam program ini. Targetnya, jumlah tersebut akan terus bertambah hingga mencapai 50 ribu petani muda.
Selain difasilitasi dengan alat modern, mereka juga diarahkan untuk mengadopsi praktik pertanian berbasis teknologi, memungkinkan mereka meraih pendapatan hingga Rp10 juta per bulan.
Program ini menempatkan generasi milenial sebagai kekuatan utama dalam revolusi pertanian, memanfaatkan bonus demografi untuk menciptakan dampak signifikan pada sektor tersebut.
Pemerintah yakin bahwa transformasi dari metode tradisional ke teknologi modern menjadi langkah kunci dalam mengatasi berbagai tantangan di bidang pertanian.
Dengan alokasi anggaran senilai Rp3 miliar, program ini tidak hanya menyediakan teknologi, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang lebih baik bagi petani muda.
Modernisasi pertanian diharapkan tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengubah sektor ini menjadi pilihan karier yang menjanjikan bagi generasi muda.
Kementerian Pertanian menempatkan misi Indonesia emas, salah satu harapan tumpuannya adalah pertanian.
Bukan hanya menteri, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono juga terlibat langsung dalam mendorong generasi muda masuk ke sektor pertanian. Ia, bahkan dinobatkan sebagai "Bapak Pembina Petani Milenial" oleh Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA).
Pertanian menjadi sektor strategis dengan potensi besar memperkuat ekonomi nasional melalui inovasi teknologi dan generasi muda, menjadikannya cerah, kompetitif, serta berkelanjutan di masa depan.
Optimisme swasembada
Presiden RI Prabowo Subianto optimistis Indonesia akan mencapai swasembada pangan dalam 4 hingga 5 tahun ke depan. Prabowo menekankan bahwa Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia.
Keyakinan Prabowo didasarkan pada diskusi dengan para pakar yang memandang pentingnya swasembada pangan untuk menghindari ketergantungan pada impor pangan dari negara lain, terutama saat krisis.
Presiden mengingatkan bahwa di masa krisis, negara-negara tidak akan bersedia menjual bahan pangan mereka. Oleh karena itu, Indonesia harus segera mencapai ketahanan pangan untuk menghadapi situasi genting.
Mengembalikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan adalah tantangan besar yang kini diemban oleh bangsa ini.
Swasembada pangan kembali ditargetkan tercapai dalam tiga hingga empat tahun ke depan, dengan berbagai upaya, di antaranya perluasan areal tanam, peningkatan masa tanam, menyalurkan pupuk bersubsidi, bantuan alat mesin pertanian, hingga modernisasi pertanian.
Di sisi lain, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Yadi Sofyan Noor menilai program pencetakan sawah baru menjadi langkah penting dalam mendukung pencapaian swasembada pangan nasional.
Program ini diproyeksikan dapat mempercepat upaya memenuhi kebutuhan pangan domestik.
Pencetakan sawah baru dianggap sebagai strategi tepat untuk memastikan ketersediaan pangan, sehingga dengan begitu dapat memperkuat ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
Teknologi dan mekanisasi menjadi elemen penting dalam keberhasilan pencetakan sawah baru. Langkah ini tidak hanya meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga mengurangi biaya produksi secara signifikan.
Mekanisasi dipandang sebagai kunci untuk mendukung efektivitas dan efisiensi program pencetakan sawah. Penggunaan teknologi modern memungkinkan petani bekerja lebih produktif dengan waktu yang lebih singkat.
Desa merupakan sentral dalam swasembada pangan Indonesia melalui dukungan pemerintah, keterlibatan generasi muda, serta adopsi teknologi modern, menjadikannya pusat produksi pangan yang tangguh dan mandiri.