Kebumen, Jateng (ANTARA) - American Red Cross (Amcross) dan Japanese Red Cross Society (JRCS) mengenalkan materi Enhance Vulnerability Capacity Assessment (EVCA) atau kajian risiko partisipasi yang diikuti perwakilan relawan Siaga Berbasis Masyarakat (Sibat) Palang Merah Indonesia (PMI) se-Indonesia.
"Pelatihan ini sebagai salah satu bentuk peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Sibat PMI dalam melakukan kajian risiko kebencanaan di masyarakat," kata fasilitator Amcross Teguh Wibowo di Kebumen, Sabtu.
Menurut Teguh, PMI memiliki banyak pengalaman dalam menjalankan berbagai upaya pengurangan risiko bencana di masyarakat serta beradaptasi dengan perubahan iklim sejak awal 2000.
Baca juga: Teknik pembangunan rumah aman gempa jadi daya tarik peserta Latgab Sibat PMI 2024
Tentunya setiap personel yang diterjunkan ke lapangan, baik dalam upaya pencegahan maupun membantu proses penanggulangan bencana, harus bisa melakukan berbagai kajian risiko yang bisa saja timbul di masyarakat.
Masih di tempat yang sama, fasilitator Amcross Al Akbar Abubakar menambahkan, dalam hal perencanaan membangun ketangguhan, masyarakat harus memulai dengan melakukan kajian untuk mengidentifikasi masalah seperti jenis ancaman bencana, kerentanan dan kapasitas. Untuk membedah ketiga hal di atas tentu perlu adanya pendekatan.
Saat ini International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) telah mengenalkan banyak pendekatan dalam mengkaji ketangguhan sejak 1990-an di sejumlah negara.
Baca juga: BNPB dorong peningkatan kapasitas relawan penyandang disabilitas dengan gandeng PMI
Participatory Rural Appraisal/Vulnerability and Capacity Assessment (PRA/VCA) adalah pendekatan awal yang dikenalkan dalam kajian, di mana ketangguhan masyarakat dibedah menggunakan 22 alat yang dikategorikan ke dalam lima dimensi ketangguhan.
Kemudian pada 2019, IFRC memperbaharuinya dengan menambah dimensi (inklusi) menjadi 11 dimensi ketangguhan ke dalam pendekatan yang dinamakan EVCA. Isu yang turut dikembangkan dalam pendekatan ini adalah perubahan iklim dengan melakukan kajian kepada masyarakat perkotaan.
Alat kajian yang dipakai juga lebih fleksibel, dari 22 alat, tidak perlu semua harus digunakan. Serta tersedianya kerangka (template) excel khusus untuk memasukkan informasi yang dikumpulkan oleh masyarakat, sehingga menghasilkan dokumen kajian risiko partisipasi masyarakat.
Baca juga: PMI dorong ketangguhan iklim melalui respon antisipatif berbasis prakiraan cuaca
Sementara fasilitator JRCS Yana Mulyana mengatakan peningkatan kapasitas melalui materi EVCA ini penting untuk para relawan Sibat PMI se-Indonesia, karena merupakan salah satu kegiatan strategis yang memasukkan komponen ketangguhan terkini dalam membangun masyarakat tangguh bencana.
Adapun komponen dimensi ketangguhan mulai memahami risiko, kesehatan, peluang ekonomi, sosial kohesi dan lainnya serta menguatkan berbagai informasi yang akan diambil saat proses kajian risiko.
"Dengan adanya pelatihan ini peserta dapat menerapkan pendekatan VCA dalam sebuah proses kajian risiko di masyarakat khususnya di daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi," katanya.
Membangun ketangguhan masyarakat adalah kunci kesiapan dalam menghadapi bencana. Masyarakat yang tinggal di daerah berisiko bencana harus dipersiapkan sedini mungkin terkait pengetahuan dan keterampilan, juga harus dikenalkan bagaimana merencanakan dan melaksanakan ketangguhan bencana dari masyarakat dan oleh masyarakat itu sendiri.
Amcross-JRCS kenalkan materi EVCA kepada relawan Sibat PMI se-Indonesia
Sabtu, 28 September 2024 23:08 WIB