Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis surplus neraca perdagangan yang bertahan selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 menjadi bukti ketahanan perekonomian Indonesia.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan per Mei 2024 tercatat surplus sebesar 2,93 miliar dolar AS.
“Kinerja perdagangan Indonesia mencatatkan surplus di tengah aktivitas ekonomi global yang masih melambat. Hal ini memberikan indikasi bahwa ketahanan ekonomi kita cukup kuat,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di Jakarta, Kamis.
Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 tercatat 22,33 miliar dolar AS, naik 2,86 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) yang didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas 2,50 persen yoy dan ekspor migas 8,44 persen yoy.
Baca juga: Kemenkeu: THR dan gaji ke-13 guna dorong daya beli masyarakat
Baca juga: Kemenkeu catat realisasi belanja pegawai 2023 telah capai Rp260,9 triliun
Kenaikan ekspor nonmigas terutama ditopang oleh peningkatan mayoritas komoditas utama seperti besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, serta nikel dan barang daripadanya.
Sementara kenaikan ekspor migas didorong oleh peningkatan ekspor minyak mentah dan gas alam di tengah penurunan ekspor hasil minyak.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia sejak Januari hingga Mei 2024 tercatat sebesar 104,25 miliar dolar AS dengan negara tujuan ekspor terbesar ke China, disusul Amerika Serikat, India, dan Jepang.
Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar 19,40 miliar dolar AS, turun 8,83 persen yoy. Kontraksi ini disebabkan penurunan mayoritas komoditas utama impor, seperti kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, mesin dan peralatan mekanik, serta mesin dan perlengkapan elektrik.
Baca juga: Kemenkeu tambah anggaran bantuan beras Rp8 triliun disalurkan mulai Oktober hingga Desember 2023
Sedangkan bila ditinjau berdasarkan golongan penggunaan barang, penurunan impor terjadi pada barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal masing-masing sebesar 16,19 persen yoy, 7,51 persen yoy, dan 10,13 persen yoy.
Berbeda dengan nilai impor yang mengalami penurunan, volume impor Mei 2024 tercatat meningkat sebesar 2,54 persen yoy.
Febrio menyatakan Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama.
“Kita harus tetap waspada dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar dia.