Dubai (Antara Megapolitan) - Pemerintah Bahrain menutup sementara penerbitan koran yang terhubung dengan oposisi, "al-Wasat" di internet. Pemberangusan sementara itu dilakukan karena "al-Wasat" diduga menerbitkan tulisan yang mengancam kesatuan bangsa.
Koran mandiri satu-satunya di Bahrain itu terhubung dengan oposisi mayoritas muslim Syiah. Harian tersebut ditindak pemerintah pada tahun lalu. Artinya, "al-Wasat" sudah dua kali ditutup sejak Agustus.
"Koran itu berulang kali menerbitkan dan menyiarkan berita memecah masyarakat, mengancam kesatuan bangsa dan ketertiban umum," kata Kementerian Penerangan seperti dikutip kantor berita BNA yang kemudian dilansir Reuters.
Pegawai koran itu memastikan seluruh layanan lewat Internet diberhentikan sementara. Namun, koran cetak masih diizinkan terbit.
Bahrain adalah negara sekutu Barat, bahkan Amerika Serikat menempatkan pasukan Angkatan Laut untuk Timur Tengah (Armada V) di negara itu.
Tindakan pemerintah itu memicu protes warga di negara mayoritas Syiah tersebut pada 2011.
Pemerintah cukup keras menekan oposisi sejak tahun lalu, diantaranya membatalkan izin kelompok utama oposisi, al-Wefaq. Bahkan otoritas terkait menambah masa penjara pemimpinnya, menahan aktivis ternama, Nabeel Rajab dan mencabut kewarganegaraan pemimpin spiritual umat Syiah, Ayatollah Isa Qassim.
Bahrain juga menghukum mati tiga pria Syiah, Minggu atas kasus teror bom yang menewaskan tiga polisi, termasuk seorang pejabat dari Emirat.
Hukuman mati itu pertama dilakukan setelah pemerintah lama tidak mengeksekusi terdakwa.
"Al-Wasat" didirikan perusahaan swasta pada 2002, dan ditutup oleh pemerintah karena alasan sama 2015 lalu.
Koran itu juga sempat diberangus sementara pada 2011 setelah unjuk rasa menentang pemerintah berlangsung, hingga pegawai seniornya dipecat dan digugat ke pengadilan.
Harian itu dikepalai Mansoor al-Jamri, satu dari tiga redaktur senior yang diadili karena diduga mengarang berita saat koran melaporkan peristiwa unjuk rasa.
Unjuk rasa menentang pemerintah dipimpin kelompok Syiah, menentang pemerintah, yang diisi keluarga kerajaan penganut Sunni.