Pengurus RW 12 Kelurahan Tugu Cimanggis Kota Depok Jawa Barat mengadakan Pelatihan Kegawatdaruratan bagi warga dan lingkungan dengan cara memberdayakan seluruh potensi dan keahlian warga dilingkungannya baik tenaga medis maupun para ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Ahli Failure Analysis yang juga Sekretaris RW12 Askar Triwiyanto PhD di Depok, Senin mengatakan tujuan kegiatan ini adalah melatih sebanyak mungkin SDM Relawan dari kalangan warga guna merespon kondisi kedaruratan yang mungkin terjadi kapanpun dan dimanapun.
Selain itu dalam beberapa situasi keterbatasan jumlah paramedis dan fasilitas sedikit banyak berpengaruh dalam kecepatan dan ketepatan penanganan, maka pengurus mengambil prakarsa untuk melibatkan sebanyak mungkin partisipasi warga dengan pemberdayaan SDM yang berdomisili di lingkungan kita (dokter, perawat, bidan, farmasi, maupun masyarakat umum) dalam Satuan Tugas Tanggap Darurat.
K3 sendiri merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sebagaimana termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 yang dikutip oleh Ketua RW12 Mizanul Hakim SE.
Hadir dari kalangan profesional yang kompenten untuk menjadi narasumber pelatihan yang sudah memasuki tahap II ini adalah dr. Riri Indriyanti, MKK, Sp. KKLP serta tim dari konsultan K3 yakni P3K PT Capsugel maupun dari perwakilan Pokja Sehat Kelurahan Tugu juga Satgas Ambulance Masjid Alhuda Cimanggis Depok.
Pelatihan yang dikemas apik sejak Pre-tes, praktik P3K maupun post-tes ini disambut antusias lebih dari 40 orang peserta yang berkomitmen menjadi relawan lingkungan.
Secara medik, setiap orang memilki potensi untuk mengalami kondisi kegawat darutatan; baik karena penyakit, kecelakaan, kecelakaan kerja, keracunan, diserang binatang buas, atau penyebab lainnya.
Sementara kondisi gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan dari resiko kecacatan. Oleh karenanya ilmu atau keterampilan dasar penanganannya juga patut dimiliki aktivis atau relawan lingkungan.
Sebagaimana diketahui ada banyak kondisi yang memaksa kita selaku mahluk sosial untuk bertindak cepat dan tepat dalam menghadapi kondisi-kondisi tak terduga dan pentingnya ketrampilan minimal guna membantu mengurangi beban mereka yang terkena dampak kondisi darurat di level lingkungan terdekat.
Inisiatif seperti ini seharusnya sudah melekat bagi kita warga Negara Indonesia yang terkenal dengan sikap kegotong-royongannya dalam kebajikan.
"Sayangnya belakangan muncul fenomena salah kaprah dalam menghadapi kegawatdaruratan di lingkungan," kata.
Warga lebih banyak ambil peran ‘wartawan’ dengan mendahulukan penggunaan gadget untuk bersegera mengabadikan bencana dibandingkan bersegera untuk membantu penanganan, akibatnya potensi kegagalan penanganan kondisi darurat jadi lebih serius.
Semoga kegiatan yang lahir dari inisiatif pimpinan/pengelola lingkungan seperti ini bisa menjadi trend baru yang positif dilingkungan atau kawasan yang lebih besar dan berdampak lebih massif.