Mekkah (Antara Megapolitan) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin secara khusus meminta muassasah, pihak swasta yang ditunjuk Pemerintah Arab Saudi untuk mengurus haji, memperhatikan jumlah toilet perempuan dan daya listrik di Arafah demi kenyamanan jamaah.
"Perbandingannya jangan sama antara laki-laki dan perempuan, diperbanyak yang perempuan," katanya saat meninjau kesiapan puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), Mekkah, Arab Saudi, Senin malam waktu Arab Saudi.
Menurut Menag, itu perlu dilakukan karena selain jumlah jamaah perempuan lebih banyak, perempuan juga lebih lama menggunakan toilet.
"Jadi antrean pasti lebih panjang," katanya dengan didampingi Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Abdul Djamil, Irjen Kementerian Agama M. Jasin.
Setelah berdialog sejenak, akhirnya dicapai kesepakatan perbandingan jumlah toilet perempuan dan laki-laki adalah 60:40 persen.
Selain toilet, Menag juga meminta muassasah memperhatikan daya listrik di Arafah merujuk pengalaman tahun lalu dimana sempat terjadi mati listrik.
Ia menegaskan kejadian tahun lalu tidak boleh terulang karena listrik menjadi sangat vital di Arafah bagi tidak saja kenyamanan, namun kesehatan sejumlah jamaah.
Tanpa listrik maka "water fan" yang berfungsi mendinginkan tenda akan mati sehingga tenda akan sangat panas dan akan berbahaya bagi jamaah resiko tinggi.
Kemudian beberapa peralatan kesehatan di klinik kesehatan juga sangat tergantung pada listrik.
Tak hanya itu, Menag juga mengingatkan muassasah agar memastikan tersedia cukup daya bagi telepon genggam jamaah.
"Itu penting karena jamaah pasti ingin tetap berkomunikasi ...tolong nanti disiapkan," katanya.
Selama hampir empat jam Menag berkeliling Arafah, Muzdalifah dan Mina untuk memastikan muassasah mematuhi kesepakatan dalam kontrak.
Sebelumnya ia berharap cuaca tahun ini cukup bersahabat dengan jamaah Indonesia sehingga mereka dapat melaksanakan ibadahnya dengan baik, sekalipun menurut teori suhu diperkirakan dapat mencapai 52 derajad Celcius.
Jamaah haji akan mulai wukuf atau berhenti di Arafah pada 11 September hingga tengah hari sebelum kemudian bergerak ke Muzadalifah.
Setelah bermalam di Muzdalifah jamaah akan bergerak menuju Mina dan tinggal antara dua sampai tiga hari.
Di Arafah jamaah memperoleh fasilitas tenda terbuka dengan pendingin "water fan" atau kipas angin yang menyemprotkan air. Sementara itu di Muzdalifah jamaah disediakan hamparan karpet tanpa atap.
Di Mina, jamaah memperoleh fasilitas tenda tertutup dengan pendingin ruangan sebab akan tinggal lebih lama.
Di setiap lokasi jamaah Indonesia akan dikelompokkan menurut maktab atau pengelola pemondokan. Total terdapat 52 maktab dengan masing-masing maktab bertanggung jawab pada sekitar 3.000 orang.
Selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina seluruh jamaah akan memperoleh 15 kali makan dan satu kali makanan ringan. (Ant).
Jumlah Toilet Perempuan Di Arafah Perlu Diperbanyak
Rabu, 7 September 2016 6:53 WIB
Perbandingannya jangan sama antara laki-laki dan perempuan, diperbanyak yang perempuan.