Depok (ANTARA) - Tim peneliti University of Nebraska Amerika Serikat bersama mitra lokal dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), dan Universitas Indonesia (UI) mengidentifikasi salah satu kendala rendahnya hasil panen di lahan petani kecil karena nutrisi buruk dan tidak seimbang pada tanaman.
"Temuan utama dari proyek riset ini adalah Potasium (K) membatasi hasil panen di sebagian besar lahan petani kecil untuk tanaman padi, jagung, dan kelapa sawit di Indonesia," kata Guru Besar Biologi FMIPA UI Prof. Jatna Supriatna, Ph.D., di Kampus UI, Kota Depok, Kamis.
Kondisi tersebut, katanya, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan minim petani tentang sumber pupuk yang tepat, kesulitan dalam memperoleh pupuk, hingga daya beli petani minim terhadap pupuk.
Kebutuhan nutrisi pada tanaman, menurut Jatna, menjadi faktor penting bagi produktivitas pertanian terutama di Indonesia. Kekurangan potasium (K) pada tanaman kelapa sawit misalnya, diketahui secara khusus dapat menghambat produktivitas yang kemudian berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional dan kehidupan petani kecil.
Temuan tersebut dikemukakan dalam diskusi The Round Table Discussion on Balanced Nutrition for Rice, Jagung, and Oil Palm yang diselenggarakan oleh Research Center for Climate Change (RCCC) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) dan The University of Nebraska, Lincoln, Global Yield Gap Atlas Project (GYGA) Amerika Serikat.
"Diskusi ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk melakukan inisiatif kolektif dari pemangku kepentingan terkait. Hal ini dilakukan untuk mengarahkan kembali program penelitian dan penyuluhan pertanian serta menyempurnakan program subsidi pupuk guna memastikan nutrisi yang cukup dan seimbang pada tanaman padi, jagung, dan kelapa sawit petani kecil," kata Jatna Supriatna.
Diskusi meja bundar yang diadakan di Jakarta ini, menawarkan langkah awal untuk membentuk inisiatif bersama antara University of Nebraska-GYGA, Universitas Indonesia, Pupuk Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), dan Kementerian Pertanian untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi untuk padi, jagung dan kelapa sawit di Indonesia tersebut.
Para pemangku kepentingan yang hadir pada kegiatan tersebut sepakat untuk berbagi temuan utama dari proyek riset yang dilakukan dari 2015 sampai dengan 2023 di Indonesia.
Tim GYGA yang dipimpin oleh Profesor Patricio Grassini bersama dengan mitra Indonesia dari BRIN dan PPKS, telah melaksanakan proyek riset untuk mengidentifikasi kendala utama potensi hasil panen di Indonesia untuk padi, jagung, dan kelapa sawit di lahan petani kecil. Riset padi dan jagung telah dimulai pada 2015 sementara riset pada kelapa sawit dimulai pada awal 2018 hingga 2023.
Dalam diskusi ini, peserta membahas mekanisme pemenuhan nutrisi yang tepat untuk lahan padi, jagung, dan kelapa sawit di Indonesia serta mengupayakan agenda solusi, seperti mengidentifikasi jalan yang dapat memberikan dampak positif bagi sebagian besar petani kecil melalui peningkatan nutrisi tanaman dari pupuk.
Hasil diskusi diputuskan bahwa sebagai langkah selanjutnya akan dikeluarkan dokumen konsensus yang ditandatangani oleh para peserta. Dokumen konsensus ditujukan kepada para pemimpin pemerintah yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan pendekatan program subsidi pupuk yang dibutuhkan tanaman terutama kelapa sawit, agar sepenuhnya dapat lebih intensif pada hasil panen terutama di masa kritis.
Peneliti: Produktivitas panen rendah dipicu nutrisi buruk
Kamis, 23 Februari 2023 20:26 WIB