Bogor (Antara Megapolitan) - Pemerintah akan mengeluarkan izin bagi nelayan di Pantai Utara Jawa (Pantura) untuk melaut di perairan Natuna dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan kawasan perairaan yang kerap dimasuki nelayan asing yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal.
"Solusi untuk memaksimalkan pemanfaatan perairan Natuna, kita akan memberikan izin kapal nelayan Pantura dapat melaut di Natuna," kata Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim, Kementerian Maritim dan Sumber Daya Arif Havas Oegroseno, dalam diskusi terkait penelaahan keputusan PCA terkait Laut Tiongkok Selatan di Bogor, Rabu.
Ia mengatakan, Kementerian Maritim dan Sumber Daya telah membahas langkah-langkah strategis untuk mengatasi pencurian ikan di perairan Natuna. Sedikitnya ada empat langkah strategis yang disiapkan yakni di bidang perikanan, pariwisata, minyak dan gas serta pertahanan.
Terkait perikanan, lanjutnya, kapasitas penangkapan ikan masyarakat nelayan setempat setelah dikurangi praktik pencurian ikan, hanya sekitar sembilan persen dari 100 persen potensi dan jenis ikan yang tersedia di perairan tersebut.
"Kondisi ini dikarenakan, hampir 200 unit kapal nelayan yang beroperasi ukurannya hanya dua grosstonase (GT), dan kebanyakan tidak bermesin, atau menggunakan mesin tempel diesel," katanya.
Selain itu, pola penangkapan ikan yang dilakukan nelayan setempat dengan sistem pergi pagi pulang sore. Sehingga daya tangkap kurang maksimal dengan potensi yang begitu besar.
Solusi untuk mengatasi situasi tersebut, lanjutnya, pemerintah akan memberikan lisensi atau izin kepada nelayan di Pantura yang memiliki kapal dengan kapasitas 20 sampai 35 GT agar bisa melaut di perairan Natuna.
"Kita optimalkan nelayan Pantura yang memiliki kapal kapasitas besar dapat melaut di wilayah ZEE (Zona ekonomi ekslusif)," katanya.
Terkait jauhnya lokasi perairan dengan daerah asal nelayan tersebut, lanjut Arif, kapal-kapal nelayan Pantura tersebut tetap berada di lokasi perairan. Nelayan dapat pulang pergi dengan menggunakan pesawat terbang.
"Konsepnya nanti kita akan libatkan BUMN untuk mengelola perikanan di wilayah Natuna," katanya.
Arif mengatakan, pemerintah sudah melakukan antisipasi agar masuknya nelayan pantura tidak menimbulkan konflik baru di Perairan Natuna. Akan dibagi zona penangkapan dimana masyarakat lokal setempat memanfaatkan perairan tepi pantai dan untuk ZEE akan dimanfaatkan oleh nelayan dengan kapal bertonase besar.
Untuk mendukung optimalisasi perairan Natuna juga akan dibangun infrastruktur seperti "cold storage" (tempat pendingin) dan listrik dengan kapasitas besar, serta pasar lelang ikan regional.
"Pasar lelang ikan regional ini dibuat seperti Tokyo Fish Market di Tsukiji Market. Jadi nanti pemasaran ke Jepang, Hongkong, dan Tiongkok, bisa langsung dari Natuna," katanya.
Tiga langkah strategis lainnya yakni pariwisata, Pemerintah telah menggandeng Pemerintah Prancis untuk mengajak asosiasi pengusahanya berinvestasi di Natuna yang memiliki potensi buah-buahan lokal. Untuk sektor Migas, Indonesia siap menjadi pesaing Singapura dalam industri Migas di Natuna.
"Untuk pertahanan, akan ditingkatkan dengan menempatkan TNI AL untuk meningkatkan pengawasannya," katanya.
Arif menambahkan, terkait pemanfaatan perikanan di perairan Natuna, dalam waktu dekat yakni Oktober akan terlihat hasilnya dengan memindahkan nelayan Pantura dari pantai Jawa ke wilayah ZEE Natuna.
Pemerintah Izinkan Nelayan Pantura Melaut Di Natuna
Kamis, 14 Juli 2016 12:07 WIB
Kita optimalkan nelayan Pantura yang memiliki kapal kapasitas besar dapat melaut di wilayah ZEE (Zona ekonomi ekslusif).