Karawang (Antara Megapolitan) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengimbau para petambak garam menggunakan teknologi usaha garam agar produksinya bisa maksimal.
"Saat ini produksi garam masih rendah, jadi para petambak harus menggunakan teknologi dalam menjalankan usaha garam," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan setempat Hendro Subroto saat dihubungi di Karawang, Sabtu.
Ia mengatakan, ada beberapa teknologi yang bisa digunakan oleh para petambak garam di wilayah pesisir utara Karawang.
Di antara teknologi itu ialah "gio isolator" atau penggunaan karpet setelah penuaan air laut yang disimpan berhari-hari di tandon. Sehingga kualitas dan masa panen bisa lebih optimal.
Teknologi lainnya ialah "ulir filter" atau meningkatkan kadar garam agar produksinya lebih baik. Melalui teknologi ini, produksi garam bisa meningkat.
Proses produksi garam konvensional biasanya dilakukan dengan cara berpindah-pindah petakan garam. Ini berpengaruh pada kualitasnya. Garam tradisional rata-rata memiliki kadar NaCl sebesar 85-87 persen, berwarna keruh dengan kadar airnya tinggi.
Sedangkan pada proses "teknologi ulir filter" penambahan bahan aditif dan geomembran dilakukan secara terpadu. Air laut disalurkan dalam jalur air berbentuk ulir yang membuat perjalanan air cukup panjang.
Di antara tujuannya ialah untuk memperluas permukaan air sehingga waktu penguapan menjadi lebih banyak.
Hendro mengatakan, dari sembilan kecamatan dan 23 desa se-Karawang, baru empat kecamatan dan empat desa usaha tambak garam yang digarap serius. Produksinya rata-rata mencapai 13 ton per tahun.
"Jika usaha garam diolah secara serius dan menggunakan teknologi, maka produksinya bisa meningkat signifikan," kata dia.
Petambak Garam Diimbau Gunakan Teknologi
Minggu, 6 Desember 2015 14:11 WIB
Para petambak harus menggunakan teknologi dalam menjalankan usaha garam.