Birmanie (Antara Megapolitan) - Bentrokan pecah antara militer dengan kelompok pemberontak di Myanmar utara, kurang dari dua pekan setelah kemenangan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi dalam pemilihan umum di negara itu.
Ribuan orang mengungsi sepanjang Oktober akibat bentrokan yang terus terjadi antara pasukan Tentara Negara Bagian Shan Utara dan pasukan pemerintah. Militer Myanmar melancarkan serangan udara menyasar suku pemberontak.
"Kami tidak berani tetap tinggal karena helikopter terus datang menyerang," kata seorang guru berusia 41 tahun, yang menghindari kawasan itu bersama 15 orang lain dalam mobilnya, seperti dikutip AFP, Rabu.
Militer memastikan pertempuran di provinsi Kachin dan Shan, yang masih dibayangi bentrokan senjata kesukuan selama sekitar 70 tahun sejak negara dulu dikenal dengan nama Burma itu mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
Pada Oktober, pemerintahan semi-sipil Presiden Thein Sein menandatangani gencatan senjata dengan sejumlah kelompok bersenjata. Namun beberapa konflik besar masih terjadi di negara berkecamuk itu.
Baik Tentara Negara Bagian Shan Utara maupun Tentara Kemerdekaan Kachin menolak menandatangani gencatan senjata itu dan terlibat dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah berbulan-bulan.
Karena pertempuran masih berlanjut hingga pemungutan suara pada November, pihak berwajib menunda pemilu di tujuh wilayah konsituen parlemen --semuanya di Shan-- serta menunda pemungutan suara di sebagian besar wilayah utara provinsi Kachin dan timur provinsi Karen.
"Pertempuran terus berlanjut selama dua malam... Sekolah-sekolah ditutup. Saya meninggalkan suami yang menjaga rumah kami," kata Pa Latt (35), yang juga berlindung di biara Lecha dengan kedua anaknya.
"Saya tidak berani pulang karena kami sangat ketakutan. Helikopter masih terbang berputar-putar," katanya.
Militer Myanmar melancarkan operasi menyasar pemberontak Shan pada 10 November, setelah pemberontak menyerang sebuah kantor polisi dan pos perbatasan militer. Sehingga menewaskan sejumlah tentara dan melukai beberapa lainnya, demikian pernyataan pemerintah, tanpa merinci.
Pasukan Shan State Army-North mengatakan sejak saat itu militer melancarkan serangan udara di kawasan tersebut.
"Mereka menggunakan pesawat-pesawat dan helikopter militer," kata Mayor Sai Kham, jurubicara pemberontak Shan.