Karawang, (Antara Megapolitan) - Minat warga Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menjadi petambak garam masih minim karena berbagai faktor, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan setempat Hendro Subroto, Kamis.
"Di antara penyebab warga kurang berminat menjadi petambak garam mungkin karena keuntungannya relatif kecil," katanya, di Karawang.
Rata-rata harga garam masih cukup murah, yakni hanya bisa dijual Rp500 per 1,5 kilogram. Atas hal tersebut, keuntungan yang diraih pun kecil dibandingkan dengan menambak ikan.
Ia menilai, kondisi itu menjadi salah satu pemicu sulitnya mengembangkan produksi garam di wilayah pesisir utara Karawang.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, saat ini produksi garam di Karawang hanya diperoleh dari empat kecamatan. Di antaranya di Kecamatan Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Tempuran dan Kecamatan Cilebar.
Di Kecamatan Cilebar, lahan tambak garam seluas sekitar 150 hektare dengan satu kelompok petambak. Sedangkan di Kecamatan Tempuran terdapat 230 hektare lahan tambak garam, yang dikelola enam kelompok.
Selanjutnya, di Kecamatan Cilamaya Kulon tercatat 60 hektare lahan tambak garam yang dikelola tiga kelompok.
Terakhir di Kecamatan Cilamaya Wetan, terdapat 21 kelompok petambak garam yang menggarap 200 hektare di daerah itu.
Hendro mengaku produksi garam di sekitar daerah pesisir utara Karawang masih berlangsung. Rata-rata produksi garam hanya mencapai 13 ribu ton pertahun.
Jika diilihat dari potensinya, maka produksi garam di Karawang tersebut masih rendah. Bahkan belum bisa memenuhi kebutuhan garam untuk Karawang.
Bertambak Garam Kurang Diminati Warga Karawang
Kamis, 6 Agustus 2015 12:21 WIB
Di antara penyebab warga kurang berminat menjadi petambak garam mungkin karena keuntungannya relatif kecil.