Jakarta (ANTARA) - Bayern Muenchen hanya bisa menuntaskan treble keduanya dalam sejarah mereka yang berkilauan dengan mengalahkan Paris Saint Germain pada final Liga Champions, Senin dini hari pukul 02.00 WIB nanti untuk menegaskan statusnya sebagai klub super Jerman.
Bayern melaju ke final di Lisbon dengan mencetak 42 gol selama Liga Champions musim ini. Mereka menang 20 kali berturut-turut salam semua kompetisi sejak awal Februari.
"FC Bayern adalah klub sepakbola global yang memiliki kewajiban untuk bermain di puncak internasional. Itulah fokus kami," kata Oliver Kahn yang kini menjadi salah seorang pembesar klub ini seperti dikutip AFP, Minggu.
Sejak pergantian abad, Bayern sudah 19 kali masuk babak gugur Liga Champions, lima kali mencapai final yang dua di antaranya mereka juarai pada 2001 dan 2013. Dan saat itu mereka sudah 15 kali menjuarai Bundesliga.
Bayern terakhir kali gagal menjuarai liga Jerman pada 2011/2012 ketika Jurgen Klopp memimpin Dortmund meraih gelar kedua berturut-turutnya.
Bayern membalas pada 2012/2013 dengan treble pertama dalam sejarah klub, dengan merebut gelar juara Bundesliga, Piala Jerman, dan Liga Champions. Senin dini hari nanti mereka berkesempatan mengulanginya lagi untuk kedua kali.
Begitu kuat cengkeraman Bayern terhadap sepakbola Jerman sampai-sampai Dortmund yang menjadi runner-up Bundesliga dalam dua musim terakhir pun tak bisa menunaikan janjinya mengakhiri dominasi Bayern.
"Kami tidak perlu mengatakan apa-apa lagi tentang Bayern Muenchen karena lawan-lawan bukan lagi pasti mereka kalahkan, tetapi dihancurkan," kata kepala eksekutif Dortmund Hans-Joachim Watzke merujuk kemenangan besar 8-2 Bayern atas Barcelona pada perempat final.
Terkaya di Jerman
Dengan omset pada musim 2018/2019 sebesar 750 juta euro Rp13 triliun) dan laba operasional 146 juta euro (Rp2,5 trilun), Bayern adalah klub terkaya di Jerman.
Deloitte Football Money League 2020 memperkirakan Bayern adalah klub terkaya keempat di Eropa setelah Barcelona, Real Madrid, dan Manchester United.
Mengeduk terus pendapatan menjadi elemen sentral dari strategi klub di bawah kepemimpinan mantan bos Uli Hoeness dan bos saat ini Karl-Heinz Rummenigge.
Hoeness, mantan striker Bayern dan Jerman, memimpin selama 40 tahun. Dia hengkang karena menjalani hukuman singkat di penjara setelah dinyatakan bersalah atas kasus penipuan pajak pada 2013. Ia menolak menjual saham klub ini kepada investor luar.
Sponsor-sponsor utama Audi, Adidas dan Allianz yang semuanya berkantor pusat di Bayern masing-masing menguasai 8,33 persen saham. Sedangkan 75 persen sisanya dimiliki oleh suporter klub.
Baca: Tuchel yakin tampil pertama di final bukan faktor kelemahan PSG
Baca: Juara Liga Champions jadi misi Mbappe sejak gabung PSG
Melalui kebijakan jual beli pemain yang tebang pilih yang kadang-kadang kejam dari klub-klub Jerman lainnya serta menambah pemain impor asing yang tak terlalu mahal, Bayern telah mendominasi Bundesliga sejak 1970-an.
Setelah Dortmund mengalahkan Bayern 5-2 pada final Piala Jerman 2012, Bayern langsung menarik hikmah. Mereka membeli bintang baru Dortmund Mario Goetze pada 2013.
Mereka kemudian membeli striker yang mencetak hatrik pada final Piala Jerman 2014 itu, Robert Lewandowski, pada 2014 dan bek tengah Mats Hummels pada 2016, begitu kontrak kedua pemain Dortmund ini habis. Mereka membeli kiper bintang Jerman Alexander Nuebel dengan status bebas transfer dari Schalke dan Leroy Sane dari Manchester City untuk musim depan.
Pemain-pemain Bayern menunjukkan kepercayaan diri sama yang terpancar dalam moto mereka 'Mia San Mia' yang berarti "Kami adalah diri kami".
Ganti punggawa
Pelatih kepala Hansi Flick yang juga mantan pemain Bayern, menggantikan Niko Kovac November tahun lalu. Ia menerapkan ketertiban dan ketegasan.
"Yang membedakan dia adalah ketenangannya, kepala dinginnya dan kerja samanya dengan tim pelatih," kata kapten Bayern Manuel Neuer. "Dia tak cuma menunjukkan hal itu di Bundesliga dan Piala Jerman, tapi juga di Liga Champions."
Bahkan saat personel datang pergi silih berganti, Bayern tetap angkuh mendominasi.
Rummenigge mengkader Olivier Kahn yang mantan kapten klub dan penjaga gawang Jerman, sebagai penggantinya memimpin Bayern.
Mantan CEO Adidas Herbert Hainer menggantikan Hoeness sebagai presiden klub.
Hoeness mungkin telah lama menghilang namun kehadirannya masih akan terasa sampai tahun-tahun mendatang. "Saya akan bodoh jika tidak mendapatkan nasihat dia dari waktu ke waktu," kata Hainer seperti dikutip AFP.
Kenapa Bayern Muenchen begitu dominan di Jerman?
Minggu, 23 Agustus 2020 20:08 WIB