Bogor (Antaranews Megapolitan) - Saat ini, tidak bisa dipungkiri lagi akan pentingnya keterlibatan petani kecil dan usaha mikro, kecil menengah (UMKM) dalam apa yang disebut Global Value Chains (GVCs). Keterlibatan dalam GVCs mendorong peningkatan kesejahteraan pelaku UMKM dan petani. Persoalannya adalah petani kecil dan UMKM memiliki sejumlah kelemahan yang menyulitkan mereka untuk bisa berintegrasi dalam GVCs. Diantaranya kurangnya modal untuk melakukan ekspor dan ketidakmampuan untuk berhubungan dengan pembeli potential di luar negeri. Oleh karena itu, untuk mendorong keterlibatan petani kecil dan UMKM dalam GVCs diperlukan dukungan pemerintah.
Hal tersebut diungkap Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Kekayaan Intelektual Kementerian Luar Negeri, Tri Purnajaya dalam Lokakarya “Optimalisasi G20: Integrasi Sektor Pertanian dalam Global Value Chains” di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga (19/4).
''Sudah saatnya seluruh stakeholder pertanian dan pelaku UMKM bisa berfikir global dan bertindak lokal. Artinya kita harus bisa memanfaatkan peluang-peluang global dengan menciptakan produk-produk yang dibutuhkan oleh pasar global,” kata Tri.
Dr. Mukhamad Najib, Wakil Dekan bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB mengatakan, artikulasi nasionalisme kita saat ini bukan lagi menerima atau menolak impor, tapi bagaimana memanfaatkan peluang-peluang global dengan memperkuat basis produksi kita.
“Kalau basis produksi kita kuat, maka produk-produk asing dengan sendirinya tidak relevan berada di pasar domestik. Lebih dari itu, dengan basis produksi yang kuat maka produk kita bisa membanjiri pasar-pasar internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Sahara, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB mengatakan Indonesia memiliki peluang untuk bisa terlibat dalam Global Value Chains, khususnya di sektor pertanian. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB menunjukkan perdagangan internasional atas produk-produk pertanian Indonesia masih cukup baik. Artinya produk pertanian Indonesia masih cukup kompetitif di pasar internasional. Namun, menurutnya keterlibatan small holder farmers dalam GVCs memiliki sejumlah tantangan.
“Keterlibatan dalam GVCs membutuhkan standar-standar yang seringkali sulit dipenuhi oleh small holder farmers seperti food safety, environmental friendly, animal welfare dan lain-lain” jelas Dr. Sahara.
Serangkaian Kondisi itulah yang mendasari FEM IPB menggelar acara ini dengan menggandeng Direktorat Jenderal Kerjasama Multilateral, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Lokakarya ini menghadirkan narasumber dari kedua instansi diantaranya : Deputy Director for UN (United Nation) and Non UN Bodies Kementerian Perdagangan RI, Ayu Wulan Sagita dan Pakar Supply Chain Management dari FEM IPB, Eko Ruddy Cahyadi. (***/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Hal tersebut diungkap Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Kekayaan Intelektual Kementerian Luar Negeri, Tri Purnajaya dalam Lokakarya “Optimalisasi G20: Integrasi Sektor Pertanian dalam Global Value Chains” di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga (19/4).
''Sudah saatnya seluruh stakeholder pertanian dan pelaku UMKM bisa berfikir global dan bertindak lokal. Artinya kita harus bisa memanfaatkan peluang-peluang global dengan menciptakan produk-produk yang dibutuhkan oleh pasar global,” kata Tri.
Dr. Mukhamad Najib, Wakil Dekan bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB mengatakan, artikulasi nasionalisme kita saat ini bukan lagi menerima atau menolak impor, tapi bagaimana memanfaatkan peluang-peluang global dengan memperkuat basis produksi kita.
“Kalau basis produksi kita kuat, maka produk-produk asing dengan sendirinya tidak relevan berada di pasar domestik. Lebih dari itu, dengan basis produksi yang kuat maka produk kita bisa membanjiri pasar-pasar internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Sahara, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB mengatakan Indonesia memiliki peluang untuk bisa terlibat dalam Global Value Chains, khususnya di sektor pertanian. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB menunjukkan perdagangan internasional atas produk-produk pertanian Indonesia masih cukup baik. Artinya produk pertanian Indonesia masih cukup kompetitif di pasar internasional. Namun, menurutnya keterlibatan small holder farmers dalam GVCs memiliki sejumlah tantangan.
“Keterlibatan dalam GVCs membutuhkan standar-standar yang seringkali sulit dipenuhi oleh small holder farmers seperti food safety, environmental friendly, animal welfare dan lain-lain” jelas Dr. Sahara.
Serangkaian Kondisi itulah yang mendasari FEM IPB menggelar acara ini dengan menggandeng Direktorat Jenderal Kerjasama Multilateral, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Lokakarya ini menghadirkan narasumber dari kedua instansi diantaranya : Deputy Director for UN (United Nation) and Non UN Bodies Kementerian Perdagangan RI, Ayu Wulan Sagita dan Pakar Supply Chain Management dari FEM IPB, Eko Ruddy Cahyadi. (***/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018