Bekasi (Antara Megapolitan) - Globalisasi ekonomi dan persaingan global yang semakin ketat menuntut perusahaan agroindustri untuk mempunyai daya saing yang tinggi secara berkesinambungan. Saat ini daya saing produk agorindustri Indonesia di tingkat ASEAN masih lemah.
Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Machfud, MS saat jumpa pers pra orasi ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (26/10). Menurutnya, untuk pasar ASEAN, produk agroindustri Indonesia masih kalah dibandingkan Thailand, Vietnam dan Singapura.
"Tidak semua komoditas agroindustri kita kalah saing. Menurut Harmonize System (HS), produk agroindustri digabungkan menjadi 37 golongan. Dari 37 golongan tersebut, 59 persen kelompok produk kita berada pada kategori lemah atau sangat lemah jika dibandingkan dengan Thailand, Vietnam dan Singapura," ujarnya.
Masalahnya komplek. Pertama karena faktor produktivitas, pengembangan inovasi, teknologi proses dan produk baru yang relatif belum maksimal.
Kedua, sistem logistik yang belum efisien dan efektif. Ketiga, konsistensi, implementasi dan sinergitas kebijakan antar lembaga baik di pusat maupun di daerah yang berkaitan dengan iklim investasi.
Keempat, ketentuan negara pengimpor yang berkaitan dengan mutu produk, kemasan, aspek keamanan serta lingkungan yang belum terpenuhi sepenuhnya oleh agorindustri Indonesia.
Kelima, antisipasi yang kurang efektif terhadap perubahan lingkungan makro dan lingkungan bisnis yang strategis. Terakhir adalah keterkaitan struktural agroindustri dalam suatu sistem rantai pasok dan rantai nilai yang masih lemah.
"Efisiensi produktivitas itu menyangkut biaya produksi. Para ahli sepakat bahwa faktor penentu daya saing adalah produktivitas dan inovasi teknologi. Ini berdampak pada mutu dan biaya. Dengan inovasi kita bisa mengembangkan produk-produk baru yang mungkin bisa menarik pasar," terangnya.
Untuk itu perlu dikembangkan Teknik Sistem Industri (TSI), yakni disiplin keilmuan yang menyangkut aspek keteknikan yang secara seimbang mengintegrasikan aspek manusia dalam proses manajemen dan pengambilan keputusan pada agroindustri sebagai suatu sistem. TSI bisa diterapkan pada lingkup peningkatan kinerja sistem produksi dan sistem rantai pasok, manajemen risiko dan mutu, serta aspek kebijakan dan strategi pengembangan
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Machfud, MS saat jumpa pers pra orasi ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (26/10). Menurutnya, untuk pasar ASEAN, produk agroindustri Indonesia masih kalah dibandingkan Thailand, Vietnam dan Singapura.
"Tidak semua komoditas agroindustri kita kalah saing. Menurut Harmonize System (HS), produk agroindustri digabungkan menjadi 37 golongan. Dari 37 golongan tersebut, 59 persen kelompok produk kita berada pada kategori lemah atau sangat lemah jika dibandingkan dengan Thailand, Vietnam dan Singapura," ujarnya.
Masalahnya komplek. Pertama karena faktor produktivitas, pengembangan inovasi, teknologi proses dan produk baru yang relatif belum maksimal.
Kedua, sistem logistik yang belum efisien dan efektif. Ketiga, konsistensi, implementasi dan sinergitas kebijakan antar lembaga baik di pusat maupun di daerah yang berkaitan dengan iklim investasi.
Keempat, ketentuan negara pengimpor yang berkaitan dengan mutu produk, kemasan, aspek keamanan serta lingkungan yang belum terpenuhi sepenuhnya oleh agorindustri Indonesia.
Kelima, antisipasi yang kurang efektif terhadap perubahan lingkungan makro dan lingkungan bisnis yang strategis. Terakhir adalah keterkaitan struktural agroindustri dalam suatu sistem rantai pasok dan rantai nilai yang masih lemah.
"Efisiensi produktivitas itu menyangkut biaya produksi. Para ahli sepakat bahwa faktor penentu daya saing adalah produktivitas dan inovasi teknologi. Ini berdampak pada mutu dan biaya. Dengan inovasi kita bisa mengembangkan produk-produk baru yang mungkin bisa menarik pasar," terangnya.
Untuk itu perlu dikembangkan Teknik Sistem Industri (TSI), yakni disiplin keilmuan yang menyangkut aspek keteknikan yang secara seimbang mengintegrasikan aspek manusia dalam proses manajemen dan pengambilan keputusan pada agroindustri sebagai suatu sistem. TSI bisa diterapkan pada lingkup peningkatan kinerja sistem produksi dan sistem rantai pasok, manajemen risiko dan mutu, serta aspek kebijakan dan strategi pengembangan
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017