Guru Besar dalam Bidang Ilmu Virologi dan Imunologi Virus Demam Berdarah Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Prof Dra Beti Ernawati Dewi, Ph.D.,mengingatkan perlunya deteksi dini cepat penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Sebagai pengajar FKUI yang telah melakukan penelitian untuk mengembangkan Kit Deteksi dini dan cepat DBD dengan nama dagang KODC DENGUE," kata Prof Beti Ernawati di Kampus UI Depok, Senin.

Ia berharap masyarakat memahami pentingnya deteksi dini DBD dan dapat memanfaatkan kit buatan dalam negeri ini, sehingga Indonesia zero kematian tahun 2030 dapat tercapai.

Prof Beti mengatakan bahwa demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan karena infeksi virus dengue (DENV), masih merupakan masalah kesehatan di dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Guru besar FKUI lakukan pengkajian evolusi urologi pediatrik di Indonesia

Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, kasus DBD terus meningkat secara bermakna dan berdampak pada semua provinsi di Indonesia.

Laju kasus kematian karena DBD di Indonesia menempati urutan pertama jika dibandingkan dengan negara lain.

Lebih lanjut, ia mengatakan walaupun ini mungkin saja karena under reported cases DBD di Indonesia, tetapi jumlah kematian mencapai angka 894 pada tahun 2023 dan merupakan angka kematian yang tinggi.

Kematian pada infeksi DENV disebabkan karena keterlambatan dalam penanganan. Gejala klinis yang tidak khas pada infeksi DENV, menyulitkan klinisi dalam menegakkan diagnosis.

Deteksi DENV pada awal infeksi dapat membantu klinisi memberikan penatalaksanaan yang cepat dan tepat, sehingga kematian dapat dicegah. Pada awal infeksi, DENV dapat didiagnosis dengan cara mendeteksi antigen virus, yaitu protein non-structural-1 (NS-1).

Baca juga: Guru Besar FKUI presentasikan penelitian upaya preventif risiko ablasio retina

“Melalui Hibah Inovasi Perguruan Tinggi yang dimanfaatkan di industri, kami FKUI bersama PT Konimex memproduksi KODC Dengue, yaitu kit deteksi dini dan cepat, yaitu hanya membutuhkan 15 menit berbasis NS-1,” ujar Prof Beti.

Ia menambahkan pengembangan kit dengan menggunakan DENV strain Indonesia terbukti memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dalam mendeteksi infeksi DENV di Indonesia.

Selain itu, produksi dalam negeri akan menjembatani ketergantungan Indonesia terhadap produksi luar negeri, sehingga dapat mewujudkan kemandirian bangsa dalam bidang alat kesehatan.

Selain manfaat individual, ia mengatakan bahwa deteksi dini juga memberikan manfaat sosial, yaitu memutus mata rantai penyebaran DENV lebih cepat melalui sistem pelaporan kasus infeksi DENV di Indonesia yang selalu ditindaklanjuti dengan pelaksanaan fogging di wilayah sekitar domisili pasien.

Permasalahan DBD mulai dari patogenesis hingga pencegahan dan penatalaksanaan sangatlah kompleks.

Baca juga: FKUI ciptakan inovasi mikrokapiler digital deteksi dini penyebab stroke

Oleh sebab itu, Prof Beti mengatakan bahwa melalui pendidikan kedokteran FKUI, mahasiswa telah dipaparkan pada permasalahan DBD pada sebelum menjadi dokter, yaitu pada modul Infeksi, sehingga mahasiswa memahami mulai dari gejala klinis, patogenesis hingga tata laksana farmakologis dan non farmakologis.

“Selain pendidikan, penelitian DBD di FKUI melalui pendekatan virologi dan imunologi terus dilakukan dan ini bukan hal yang mudah," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024