Pada 2024 DPRD Kota Bogor telah menyetujui ada 13 Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang akan dibahas melalui rapat paripurna pada Kamis (30/11) 2023 melalui Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda).
Persetujuan itu ditandatangani Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dan Ketua DPRD, Atang Trisnanto bersama jajaran pimpinan DPRD lainnya pada rapat paripurna DPRD Kota Bogor tersebut.
Salah satu dari Raperda atas usul perangkat daerah (Pemerintah Kota/Pemkot Bogor) adalah Raperda Bentuk dan Lambang Bogor.
Terkait dengan bentuk dan lambang Kota Bogor, dalam laman kotbogor.go.id disebutkan bahwa terdapat warna-warna yang melingkupinya, yakni emas, merah, biru dan hijau.
Sedangkan mengenai arti tiap-tiap lambang, yakni pada kiri atas ada burung garuda kuning emas yang merupakan Lambang Negara.
Sedangkan pada kanan atas, di Kota Bogor terletak Istana Kepresidenan Bogor yang dinyatakan dengan lukisan istana warna perak.
Pada kiri bawah, Kota Bogor tidak dapat dilepaskan dari bayangan Gunung Salak, yang dilukiskan dalam simbol gunung dengan empat buah puncaknya.
Sementara itu Kota Bogor adalah suatu pusaka dari Kerajaan Padjajaran, di mana hal ini dilukiskan dengan bentuk Kujang.
Merunut sejarah, maka Kota Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri pada abad XV sebelum masuknya VOC di Indonesia.
Sebutan "parung angsana" atau kampung baru merupakan cikal bakal Bogor yang dibangun oleh Raden Tanujiwa atau Kyai Tanujiwa pada tahun 1689- 1705 Masehi.
Prabu Siliwangi
Sejarah Bogor dari masa prasejarah hingga sekarang Perjalanan Bogor dari masa prasejarah hingga sekarang memiliki cerita yang panjang dan menarik. Kota yang terletak di Jawa Barat ini telah menjadi saksi perjalanan waktu dan mengalami berbagai perubahan dalam sejarahnya.
Pada masa prasejarah, daerah Bogor dikenal sebagai wilayah yang subur dengan lanskap pegunungan dan sungai yang melintasinya. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia sudah tinggal di daerah ini sejak zaman Neolitikum, ribuan tahun yang lalu.
Kemudian, pada abad ke-5 Masehi, muncul Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Pusat pemerintahan kerajaan ini adalah Kota Pakuan (yang kini dikenal sebagai Bogor). Di era ini juga dibangun Prasasti Batu Tulis sebagai pusat keagamaan dan kebudayaan.
Pada periode kolonial Belanda, Bogor menjadi penting karena letaknya yang strategis. Pada tahun 1745, Pemerintah Hindia Belanda membangun Istana negara di kota ini. Istana tersebut kemudian dikenal dengan nama "Istana Bogor" atau sering disebut juga "Buitenzorg".
Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Bogor telah menyaksikan berbagai peristiwa penting dalam sejarahnya. Pada masa prasejarah, daerah ini menjadi tempat permukiman manusia purba.
Kemudian pada abad ke-5 Masehi, muncul Kerajaan Sunda dan "Kota Pakuan" sebagai pusat pemerintahan.
Namun, perjalanan panjang Bogor belum berakhir di sana. Pada era kolonial Belanda, Istana Bogor dibangun sebagai tempat singgah para pejabat Belanda. Bangunan megah ini menggambarkan arsitektur Eropa dengan sentuhan lokal yang menawan.
Dengan pesona alamnya yang masih terjaga baik seperti Kebun Raya Bogor dan Gunung Salak sebagai latar belakang indahnya kota ini semakin menjadikan destinasi wisata unggulan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pada periode sejarah Bogor yang menarik, terdapat masa kejayaan Kerajaan Sunda dan kemunculan "Kota Pakuan". Pada abad ke-4 Masehi, daerah ini dikenal sebagai wilayah kerajaan Tarumanagara yang berpusat di daerah Karawang.
Namun, pada abad ke-5 Masehi, Tarumanagara mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Sunda.
Raja-raja dari Kerajaan Sunda memerintah dengan bijaksana dan berhasil menciptakan masyarakat yang maju secara politik, ekonomi, dan budaya.
Kota Pakuan sendiri merupakan Ibu Kota dari Kerajaan Sunda pada masa itu. Terletak di wilayah yang sekarang menjadi Kota Bogor.
Kota ini memiliki struktur perkotaannya sendiri dengan sistem pengairan yang canggih serta bangunan-bangunan istana megah.
Salah satu tokoh penting dalam sejarah perkembangan Bogor adalah Sri Baduga Maharaja atau lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi.
Beliau merupakan raja Kerajaan Sunda yang terkenal dengan kehebatannya memimpin. Di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi, Pakuan menjadi kerajaan besar yang dikenal di Nusantara.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sunda Pakuan dapat ditemukan di wilayah Batu Tulis, seperti Prasasti Batu Tulis, situs Purwakalih dan situs batu congkrang.
Tempat-tempat bersejarah tersebut sering dikunjungi para peziarah maupun wisatawan yang ingin menyaksikan sisa-sisa peradaban dari masa lalu.
Napak tilas
Pendiri Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Pascasarjan Institut Pertanian Bogor (KMNU-IPB) yang juga budayawan Sunda, Ahmad Fahir, M.Si menilai bahwa pewarisan sejarah Bogor kepada generasi muda adalah keniscayaan sehingga sejarah tidak terlupakan.
Karena itu, pada 7 Mei 2017, "Baraya Kujang Pajajaran" memprakarsai upacara adat "Napak Tilas Prabu Siliwangi".
Baraya Kujang adalah sebuah komunitas budaya Sunda pemegang "ageman" atau kujang pusaka Pajajaran
"Gagasan itu adalah ejawantah kerinduan orang Sunda akan sosok sang prabu," kata Ki Fahir -- panggilan karib Ahmad Fahir -- yang juga menjadi Ketua Panitia Sarasehan "Napak Tilas Eyang Prabu Siliwangi".
Napak tilas itu berupa "long march" dari eks lokasi Keraton Pakuan Pajajaran di Batutulis hingga eks Situs Bukit Badigul di Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
Kepala Disparbud Kota Bogor saat itu, H Shahlan Rasyidi mengapresiasi kegiatan kegiatan yang digagas Baraya Kujang Pajajaran tersebut.
"Bogor adalah situs bersejarah bagi perjalanan hidup Prabu Siliwangi, karena beliau bertahta di Bogor pada 1482 hingga 1521 M. Momen penobatan beliau sebagai raja Pakuan Pajajaran adalah tonggak Hari Jadi Bogor yang selalu kita peringati setiap tanggal 3 Juni," katanya.
Shahlan mengakui pemerintahan belum memerhatikan secara maksimal peninggalan peninggalan bersejarah di wilayah Bogor, termasuk di Kota Bogor.
Akibatnya, cukup banyak peninggalan bersejarah yang rusak atau hancur apalagi yang terletak di tanah milik pribadi.
Kini, dengan adanya Raperda Bentuk dan Lambang Bogor yang akan dibahas pada 2024, pihak eksekutif dan legislatif di Kota Bogor mewujudkan tanggung jawab akan pentingnya warisan sejarah bagi generasi muda, sehingga tetap memiliki pengetahuan sejarah, termasuk mengenai bentuk dan lambang Kota Bogor.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Persetujuan itu ditandatangani Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dan Ketua DPRD, Atang Trisnanto bersama jajaran pimpinan DPRD lainnya pada rapat paripurna DPRD Kota Bogor tersebut.
Salah satu dari Raperda atas usul perangkat daerah (Pemerintah Kota/Pemkot Bogor) adalah Raperda Bentuk dan Lambang Bogor.
Terkait dengan bentuk dan lambang Kota Bogor, dalam laman kotbogor.go.id disebutkan bahwa terdapat warna-warna yang melingkupinya, yakni emas, merah, biru dan hijau.
Sedangkan mengenai arti tiap-tiap lambang, yakni pada kiri atas ada burung garuda kuning emas yang merupakan Lambang Negara.
Sedangkan pada kanan atas, di Kota Bogor terletak Istana Kepresidenan Bogor yang dinyatakan dengan lukisan istana warna perak.
Pada kiri bawah, Kota Bogor tidak dapat dilepaskan dari bayangan Gunung Salak, yang dilukiskan dalam simbol gunung dengan empat buah puncaknya.
Sementara itu Kota Bogor adalah suatu pusaka dari Kerajaan Padjajaran, di mana hal ini dilukiskan dengan bentuk Kujang.
Merunut sejarah, maka Kota Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri pada abad XV sebelum masuknya VOC di Indonesia.
Sebutan "parung angsana" atau kampung baru merupakan cikal bakal Bogor yang dibangun oleh Raden Tanujiwa atau Kyai Tanujiwa pada tahun 1689- 1705 Masehi.
Prabu Siliwangi
Sejarah Bogor dari masa prasejarah hingga sekarang Perjalanan Bogor dari masa prasejarah hingga sekarang memiliki cerita yang panjang dan menarik. Kota yang terletak di Jawa Barat ini telah menjadi saksi perjalanan waktu dan mengalami berbagai perubahan dalam sejarahnya.
Pada masa prasejarah, daerah Bogor dikenal sebagai wilayah yang subur dengan lanskap pegunungan dan sungai yang melintasinya. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia sudah tinggal di daerah ini sejak zaman Neolitikum, ribuan tahun yang lalu.
Kemudian, pada abad ke-5 Masehi, muncul Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Pusat pemerintahan kerajaan ini adalah Kota Pakuan (yang kini dikenal sebagai Bogor). Di era ini juga dibangun Prasasti Batu Tulis sebagai pusat keagamaan dan kebudayaan.
Pada periode kolonial Belanda, Bogor menjadi penting karena letaknya yang strategis. Pada tahun 1745, Pemerintah Hindia Belanda membangun Istana negara di kota ini. Istana tersebut kemudian dikenal dengan nama "Istana Bogor" atau sering disebut juga "Buitenzorg".
Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Bogor telah menyaksikan berbagai peristiwa penting dalam sejarahnya. Pada masa prasejarah, daerah ini menjadi tempat permukiman manusia purba.
Kemudian pada abad ke-5 Masehi, muncul Kerajaan Sunda dan "Kota Pakuan" sebagai pusat pemerintahan.
Namun, perjalanan panjang Bogor belum berakhir di sana. Pada era kolonial Belanda, Istana Bogor dibangun sebagai tempat singgah para pejabat Belanda. Bangunan megah ini menggambarkan arsitektur Eropa dengan sentuhan lokal yang menawan.
Dengan pesona alamnya yang masih terjaga baik seperti Kebun Raya Bogor dan Gunung Salak sebagai latar belakang indahnya kota ini semakin menjadikan destinasi wisata unggulan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pada periode sejarah Bogor yang menarik, terdapat masa kejayaan Kerajaan Sunda dan kemunculan "Kota Pakuan". Pada abad ke-4 Masehi, daerah ini dikenal sebagai wilayah kerajaan Tarumanagara yang berpusat di daerah Karawang.
Namun, pada abad ke-5 Masehi, Tarumanagara mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Sunda.
Raja-raja dari Kerajaan Sunda memerintah dengan bijaksana dan berhasil menciptakan masyarakat yang maju secara politik, ekonomi, dan budaya.
Kota Pakuan sendiri merupakan Ibu Kota dari Kerajaan Sunda pada masa itu. Terletak di wilayah yang sekarang menjadi Kota Bogor.
Kota ini memiliki struktur perkotaannya sendiri dengan sistem pengairan yang canggih serta bangunan-bangunan istana megah.
Salah satu tokoh penting dalam sejarah perkembangan Bogor adalah Sri Baduga Maharaja atau lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi.
Beliau merupakan raja Kerajaan Sunda yang terkenal dengan kehebatannya memimpin. Di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi, Pakuan menjadi kerajaan besar yang dikenal di Nusantara.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sunda Pakuan dapat ditemukan di wilayah Batu Tulis, seperti Prasasti Batu Tulis, situs Purwakalih dan situs batu congkrang.
Tempat-tempat bersejarah tersebut sering dikunjungi para peziarah maupun wisatawan yang ingin menyaksikan sisa-sisa peradaban dari masa lalu.
Napak tilas
Pendiri Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Pascasarjan Institut Pertanian Bogor (KMNU-IPB) yang juga budayawan Sunda, Ahmad Fahir, M.Si menilai bahwa pewarisan sejarah Bogor kepada generasi muda adalah keniscayaan sehingga sejarah tidak terlupakan.
Karena itu, pada 7 Mei 2017, "Baraya Kujang Pajajaran" memprakarsai upacara adat "Napak Tilas Prabu Siliwangi".
Baraya Kujang adalah sebuah komunitas budaya Sunda pemegang "ageman" atau kujang pusaka Pajajaran
"Gagasan itu adalah ejawantah kerinduan orang Sunda akan sosok sang prabu," kata Ki Fahir -- panggilan karib Ahmad Fahir -- yang juga menjadi Ketua Panitia Sarasehan "Napak Tilas Eyang Prabu Siliwangi".
Napak tilas itu berupa "long march" dari eks lokasi Keraton Pakuan Pajajaran di Batutulis hingga eks Situs Bukit Badigul di Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
Kepala Disparbud Kota Bogor saat itu, H Shahlan Rasyidi mengapresiasi kegiatan kegiatan yang digagas Baraya Kujang Pajajaran tersebut.
"Bogor adalah situs bersejarah bagi perjalanan hidup Prabu Siliwangi, karena beliau bertahta di Bogor pada 1482 hingga 1521 M. Momen penobatan beliau sebagai raja Pakuan Pajajaran adalah tonggak Hari Jadi Bogor yang selalu kita peringati setiap tanggal 3 Juni," katanya.
Shahlan mengakui pemerintahan belum memerhatikan secara maksimal peninggalan peninggalan bersejarah di wilayah Bogor, termasuk di Kota Bogor.
Akibatnya, cukup banyak peninggalan bersejarah yang rusak atau hancur apalagi yang terletak di tanah milik pribadi.
Kini, dengan adanya Raperda Bentuk dan Lambang Bogor yang akan dibahas pada 2024, pihak eksekutif dan legislatif di Kota Bogor mewujudkan tanggung jawab akan pentingnya warisan sejarah bagi generasi muda, sehingga tetap memiliki pengetahuan sejarah, termasuk mengenai bentuk dan lambang Kota Bogor.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023